Selasa, 02 Oktober 2012


Cubung Wulung 

                                                                                              edohaput


Ketigapuluh

Tumi duduk di ruang tamu rumah juragan Gogor. Lampu tidak dinyalakan terang. Hanya temaran saja. Tumi duduk menunggu juragan Gogor menemui. Dari jendela ruang tamu yang belum tertutup rapat angin malam yang dingin menerobos masuk. Tidak ada perasaan senang di hati Tumi. Juga tidak ada perasaan sedih. Perasaan bangga yang seperti ketika pertama kali datang di rumah juragan Gogor juga tidak ada. Perasaan Tumi hampa. Ia datang ke rumah juragan Gogor ini karena undangan ke dua juragan Gogor. Ketika pertama kali datang, Tumi yang diundang juragan Gogor untuk menilai bentuk sebuah perhiasan Tumi amat bangga. Walaupun ahkirnya Tumi diperdaya juragan Gogor dan Tumi mendapat liontin dan setumpuk uang. Kedatangannya kali ini Tumi sudah tahu persis, pasti juragan gogor akan lagi memperdayanya. Tumi sudah siap. Tumi nekat. Tumi bertekat bulat akan selalu menyerahkan dirinya kapanpun juragan Gogor menghendakinya. Tumi berniat memorot harta juragan Gogor. Dirinya berniat melayani juragan Gogor dangan sungguh - sungguh agar juragan Gogor memperoleh kenikmatan yang luar biasa dan ahirnya selalu kangen akan dirinya. 
Tadi siang Tobil dan Plencing datang di rumahnya. Tumi mendapat kiriman dari juragan Gogor berupa setumpuk uang yang dibungkus sapu tangan. Uang yang diberikan juragan Gogor yang ketika Tumi datang pertama belum juga digunakan. Masih terselip di bawah pakaian di lemari. Tumpukan uang yang cukup banyak. Tadi siang Tobil dan Plencing mengirim uang dari juragan Gogor lebih banyak dari yang pertama diterimanya. Hanya saja yang pertama juragan Gogor salain uang, menghadiahkan juga kalung dan liontin untuk dirinya. 
Juragan Gogor menemui Tumi. " Kita ngobrol di atas saja, Tum." Juragan Gogor mengajak Tumi ke lantai dua rumahnya. Tanpa pikir panjang Tumi berdiri dan melangkah mengikuti langkah juragan Gogor. Menaiki tangga dan sampai di ruangan yang beberapa tempo hari yang lalu ia diperdaya juragan Gogor. Tumi tidak duduk di sofa tetapi langsung duduk di pinggir ranjang besar. " Tum kita ngobrol dulu. Minum - minum. Ini kan belum terlalu malam." Juragan Gogor minta ngobrol - ngobrol dulu. " Tidak juragan. Kalau nanti kelewat malam, bapak dan simbok bisa curiga. " Jawab Tumi sambil melepas sendalnya dan menaikkan kakinya di ranjang. 
Juragan Gogor menelan ludah melihat kaki panjang Tumi. Kaki yang bagus, bersih dengan Tumit yang tampak halus. Karena duduknya Tumi agak slebor maka rok bawahnya tersingkap dan sebagian pahanya nampak di mata juragan Gogor. Juragan Gogor teringat ketika pertama kali menyetubuhi Tumi. Tumi begitu menggairahkan. Tumi begitu membuat birahinya meledak - ledak. Milik Tumi yang bisa menyedot - nyedot. Leher Tumi yang jenjang. Payudara Tumi yang masih begitu kenyal, dan rintihan serta desahan Tumi yang mendayu merdu, membuat napas juragan Gogor memburu. Juragan Gogor mendekati Tumi. Tumi yang didekati mendongakkan wajah dan menatap mata juragan Gogor dengan penuh harap agar juragan Gogor segera melakukannya. Selain Tumi ingin cepat selesai dan pulang, juga karena Tumi ingin dipuaskan seperti ketika pertama hubungan dengan juragan Gogor. Berhubungan dengan Gudel yang dicintainya tidak senikmat berhubungan dengan juragan Gogor. Juragan Gogor yang betah berlama - lama itulah yang membuat Tumi merasa terpuaskan melebihi kepuasan yang pernah diberikan Gudel. Juragan Gogor berdiri di pinggir ranjang dan memegang pundak Tumi dan menurunkan wajah lalu memcium bibir Tumi yang membuka. Ciuman juragan Gogor yang telah menjulur - njulurkan lidah di mulut Tumi ditanggapinya dengan menjulurkan lidah pula. Tidak seperti ketika pertama kali berhubungan dengan juragan Gogor Tumi malu - malu membalas ciuman juragan Gogor. Bibir juragan Gogor dan bibir Tumi saling berpagut menggila. Sementara itu tangan Tumi telah berhasil membuka kancing celena juragan Gogor dan sudah sempat pula merogoh dan mengeluarkan mentimun juragan Gogor yang telah tegak kaku mengarah ke dada Tumi yang telah dirogoh juragan Gogor dan telah diremas - remasnya pula. Tumi memelorotkan celana juragan Gogor. Tumi gemas memegangi mentimun juragan Gogor yang memang kelewat besar dan panjang. Tumi ingin segera merasakan sensasi mentimun ini. Tumi ingin miliknya segera ditembusnya dalam - dalam dan terus disodok - sodok. Sementara itu juragan Gogor terus mencium bibir Tumi dan tangannya tidak berhenti meremas buah dada. Tumi yang terus menikmati bibir dan lidah juragan Gogor dan remasan - remasan tangan juragan Gogor di payudaranya, menjadi semakin gemas dan geregetan dengan mentimun juragan Gogor. Dengan gerak geliatan sambil mendesah Tumi berhasil lepas dari ciuman juragan Gogor. Maksud hati Tumi ingin rebah dan agar segera ditindih tubuh juragan Gogor, tetapi matanya malah tertumbuk dengan apa yang sedang digenggamnya, mentimun juragan Gogor. Yang besar panjang dengan ujung merah meradang. Miliknya yang ada di selangkangannya yang terus teras sangat pegal dan gatal ingin ditusuk mentimun juragan Gogor membuat Tumi mejadi semakin gemas dan geregetan saja melihat mentimun yang aduhai ini. Insting Tumi tiba - tiba menggerakkan mulutnya untuk menganga dan tangannya menarik menntimun juragan Gogor untuk didekatkan di mulutnya. Dan dengan sekali tarik mentimun juragan Gogor telah berada di dalam mulut Tumi. Karena gemasnya Tumi langsung menyedot - nyedot mentimun juragan Gogor. Tumi melakukan sesuatu yang tidak lazim bagi dirinya. Tumi melakukan hal sangat tidak disangka - sangkanya sendiri. Tumi melakukan hal yang tidak biasa. Tumi melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya. Sebaliknya juragan Gogor kaget setengah mati mentimunnya ada di mulut Tumi dan disedot - sedot. Digesek - gesek lidah. Mulut Tumi yang kecil membuat mentimun juragan Gogor mudah tergesek - gesek oleh bibir Tumi yang mungil. Kekagetan juragan Gogor berubah menjadi keheranan, mengapa Tumi melakukan ini. Juragan Gogor yang sudah sangat berpengalaman bersenggama dengan banyak wanita, belum pernah mentimunnya masuk mulut. Kini mentimunnya telah dieumut Tumi dengan gerakan gemas dan geregetan. Juragan Gogor menemukan rasa yang belum pernah dirasakan. Juragan Gogor menemukan rasa nikmat yang luar biasa. " Tum.....edan.....Tum.....jangan...edan....kamu.....aaaaaugghhh.....Tum...edan....edan.....aaaaaauggghhh...Tum.....Wooouugghhh...!" JuraganGogor terpekik tertahan menahan rasa yang sangat enak dan belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaki Juragan Gogor sangat gemetar menahan rasa. Tangannya mencengkeram erat Kepala Tumi. Tangan juragan Gogor terus bergerak kemana - mana dari mencengkeram kepala lalu mencoba mencari milik Tumi. Tetapi karena Tumi posisinya duduk maka juragan Gogor tidak menemukannya. Juragan Gogor yang kesetanan menahan rasa, tidak sadar merobek kain di depan dada Tumi. Karena kain robek buah dada Tumi yang dari rumah sengaja tidak dikotangi menjadi menyembul keluar. Dengan kuat dan kasar karena didorong oleh rasa yang sangat luar biasa di mentimunnya maka juragan Gogor meremas - remas payudara Tumi. Karena buah dadanya diremas secara kasar dan terasa sakit nikmat menjadikan Tumi semakin menggila mempermainkan mentimun juragan Gogor di mulutnya. Mentimun juragan Gogor berkedut keras. Dan kaki Juragan Gogor mengejang - ngejang. Tumi tahu kalau mentimun juragan Gogor pasti akan memuntahkan cairan kenikmatannya. Tumi menarik keluar Mentimun juragan Gogor dan dengan tangannya mengocok mentimun juragan Gogor dengan kasar pula, seperti juragan Gogor meremas penthilnya. Juragan Gogor mengejang kuat, terpekik, dan seluruh tubuhnya bergertar. Tumi tahu kalau juragan Gogor sampai. Dengan sekali tarik Tumi menempelkan mentimun juragan Gogor ke payudarannya dan digosok - gosokannya. " Tuuuuuuuuummmm.....!" Mani juragan Gogor muncrat, tumpah, meleleh dan menempel di penthil Tumi. Sejurus kemudian juragan Gogor ambruk lemas di ranjang dengan napas tersengal - sengal. Tumi mengelap mani yang tertumpah banyak di payudarannya. Tumi menuangkan minum dan mengansurkan ke juragan gogor yang terlentang di ranjang. Napas tersengal juragan Gogor beransur mereda. Tumi melihat mentimun besar juragan Gogor mulai mengcil dan membengkok, diujung mentimun masih ada sisa mani yang meleleh. 
Tumi menelanjangi diri dan segera rebah di samping juragan Gogor. Dengan lembut diciumnya bibir juragan Gogor. Tangannya melepasi kancing baju juragan Gogor. Kemudian Tumi menciumi dada juragan Gogor yang berbulu. Kembali Tumi mengelus mentimun juragan Gogor. Di tangan Tumi mentimun juragan Gogor tidak lama kemudian telah lagi berdiri tegak mendongak. Merasakan mentimunnya sudah kembali siap dipakai, juragan Gogor segera bangkit dan melucuti semua yang dikenakannya. Juragan Gogor Telajang di pinggir ranjang. Tumi Terlentang kangkang di atas ranjang. Kembali napas juragan Gogor memburu menyaksikan tubuh telanjang Tumi. Tubuh seorang gadis remaja. Dengan payudara yang kencang, perut kecil dan rata, dan kemaluan yang berambut tipis. Juragan Gogor segera naik keranjang, melebarkan kangkangannya Tumi dan segera menindih tubuh kecil Tumi dan menyodokkan mentimunnya yang sudah menempel di bibir kemaluan. Tumi terpekik, terbeliak dan segera memejamkan matanya untuk menikmati persenggamaan. Juragan Gogor tanpa ampun langsung memacu pompaan mentimunnya keluar masuk di milik Tumi yang masih sempit dan telah basah. Tumi menggelinjang hebat bagai cacing tersentuh panas bara setiap kali sampai di puncak. Desahan, rintihan, pekik jerit nikmat Tumi semakin membuat nafsu birahi juragan Gogor meledak - ledak. Yang terdengar kemudian hanya napas memburu juragan Gogor, ranjang yang berderit - derit, dan alas ranjang yang tergesek - gesek tumit Tumi yang terus begerak karena menahan rasa di seluruh tubuhnya. Lehernya yang disedot - sedot juragan Gogor. Payudaranya yang juga terus digigit - gigit dan bibirnya yang juga tidak lepas dari serangan. Tumi terus menggelinjang mendesah, melenguh dan terpekik.

bersambung ....................



Tidak ada komentar:

Posting Komentar