Senin, 22 Oktober 2012



Cubung Wulung 

                                                                                                  edohaput


Keempatpuluh

Kuburan sangat sepi seperti malam - malam biasanya. Gerimis turun. Kandang - kadang yang terdengar hanya tembang yang dilantunkan pak Blengur jika malam belum larut. Jangankan kuburan jalanan kampungpun akan sangat sepi bila malam telah tiba dan disertai hujan atau gerimis. Kecuali gelapnya suasana juga karena dinginnya udara. Malam ini  gerimis turun cukup deras dan sebentar kemudian turun sebagai hujan. Ada cahaya menerobos dari celah - celah dinding bambu rumah pak Blengur yang berada di ujung kuburan. Mbok Semi sudah berada di dalam rumah pak Blengur sejak gerimis belum berubah menjadi hujan. 
" Dik Blengur, sudah berapa kali ya kita melakukan hubungan." Mbok Semi melepas kain bawahnya. Nampak di mata pak Blengur milik mbok Semi yang lebat berambut. " Ya dak usah dihitung ta, yu." Pak Blengur juga melepas sarungnya yang di dalamnya memang tidak ada celana kolor. Mbok Semi melihat punya pak Blengur mendongak kaku menunjuk ke arah dirinya yang berdiri di depan pak Blengur. " Seingatku sudah tujuh kali lho, dik !" Mbok Semi menjawab pertanyaannya sendiri sambil melepasi kancing kain atas yang dikenankannya. Pak Belngur melihat munculnya payudara mbok Semi yang montok tetapi sudah luruh kebawah bak buah pepaya yang menggantung di pohon. Payudara yang tidak lagi muda. Tidak lagi ranum. Tetapi karena memang mbok Semi tidak pernah menyusui karena tidak pernah punya anak, maka puting susu buah dada mbok Semi kecil. Seperti puting susu gadis remaja. Selesai membuka seluruh kancing baju atas mbok Semi mendekat ke pak Blengur yang setengah berdiri pantatnya menopang tubuhnya menempel di pinggir amben. Yang dilakukan mbok Semi kemudian segera menggenggam mentimun pak Blengur dan memijit - mijitnya halus. Pak Blengur merasakan hangatnya tangan mbok Semi. Tanpa diminta tangan pak Blengurpun segera berada di milik mbok Semi. Mbok Semi membuka pahanya sehingga menjadi berdiri agak kangkang untuk memberi keleluasaan jari - jari pak Blengur yang akan bermain - main di bibir miliknya. Tangan lain memeluk pantat mbok Semi tangan lain berada di selangkangan mbok Semi, dan mulutnya telah berada di buah dada mbok Semi, pak Blengur mendengus - dengus birahinya menggebu. Yang terdengar kemudian hanya desahan dan jeritan tertahan mbok semi yang mampu menindih suara jatuhnya air hujan di genting. Seandainya saja rumah pak Blengur ini tidak berada di kuburan, desah dan jerit mbok Semi akan mudah terdengar tetangga. Mbok Semi tahu kalau suaranya tidak bakalan didengar orang, maka dengan sangat leluasa dirinya mendesah bahkan mengaduh cukup keras sambil tubuhnya menggeliat - geliat di pelukan pak Blengur yang tanpa jeda terus bermain di semua lekuk tubuh mbok Semi. Sebentar saja pak Blengur sudah mampu membuat mbok Semi berbasah - basah. " Dik ayo, dik. Aku sudah tidak tahan ! .....auugghhh....!" Mbok Semi merasakan miliknya sudah sangat mengembang. Yang dirasakan ingin segera miliknya segera disumpal oleh mentimun besar pak Blengur yang terus digenggamnya dan di pijit - pijitnya dengan gemas. Pak Blengur memenuhi permintaan mbok Semi. Ditarik dan segera dibaringkannya tubuh mbok Semi di amben dengan tanpa melepas pelukannya. Disibakkan paha mbok Semi dengan kakinya dan pak Blengur segera mengambil posisi tepat untuk menghunjamkan mentimunnya. " Auuuuugghhh ..... enak sekali dik !" Mbok Semi mebeliakkan matanya menatap wajah pak Blengur yang semakin memerah karena merasakan mentimunnya telah masuk tanpa sisa di milik mbok Semi. " Tekan dik. .... aaahhhgg .... pompa yang keras, dik. ... genjot dik ....auuggh..." Mbok semi mengoceh agar pak Blengur menuruti keinginannya. Tanpa menunggu nanti pak Blengur memenuhi permintaan mbok Semi. Digenjotnya mbok milik mbok Semi dengan mentimunnya yang sangat kaku kuat - kuat dengan interval yang pendek. Sementara itu mbok Semi hanya bisa mengangkat - angkat kakinya ke atas dan sesekali kedua kakinya melingkar di pinggul pak Blengur. Tubuhnya dipeluk kuat pak blengur sehingga tidak mampu menggeliat. Susunya terus digigiti dan disedoti pak Blengur tiada jeda. Setiap kali sampai mbok Semi hanya bisa berteriak keras dan menggelengkan kepala kekiri kekanan dan matanya semakin terpejam. Dan tubuhnya mengejang serta seluruh kulit tubuhnya merinding nikmat. Rasa yang belum pernah diperoleh. Dan dengan pak Blengur rasa ini selalu didapatkan. Pak Blengur tahu kalau mbok Semi telah berakali - kali sampai.  Tubuh mbok Semi semakin lemas dan tidak berdaya. Pak Blengur yang sedari tadi juga sudah mencoba menahan agar tidak segera muntah demi memuaskan mbok Semi, kali ini sudah tidak mau menahan lagi. Dengan kuatnya genjotannya dipercepat. Pak Blengur menggeram. Tubuhnya kaku mengejang, mentimunnya disodokkan dalam - dalam ke milik mbok Semi yang telah sangat basah. Sementara itu mbok Semi sangat senang bisa menerima tumpahan kehangatan yang meleleh di dalam miliknya. Mbok Semi sangat senang dan bahagia merasakan tubuh pak Blengur berkelenjotan di atas tubuhnya.
Suasana kembali sepi. Tenang. Tidak ada amben yang bergoyang berderit - derit. Tidak ada lagi desah, jerit dan geraman. Tubuh pak Blengur dan tubuh mbok Semi terlentang telanjang di amben. Napas mereka mulai luruh dan tidak lagi terdengar sengalannya. Mereka menikmati lemasnya badan dan puasnya rasa. 
Mbok Semi segera turun  dari amben setelah napasnya benar - benar reda. Dipungitinya kain - kain yang teserak di lantai. Dan menyelimuti tubuh pak Blengur dengan sarungnya. Pada saat dirinya membungkuk - bungkuk memunguti baju dan kain itulah mata mbok Semi tertumbuk pada sepasang sandal yang ada di kolong amben. Mbok Semi amat paham itu sandal milik yu Jumprit. Yu Jumprit akan mengenakan sandal itu jika keluar rumah karena ada kepentingan, seperti kondangan atau berkunjung - kunjung ke tetangga. Mbok Semi sering melihat sandal itu dikenakan yu Jumprit. Lalu mengapa sandal itu ada di kolong ambennya pak Blengur. Apakah pak Blengur ada hubungan dengan Jumprit juga ? Apakah pak Blengur juga berhubungan dengan Jumprit seperti dirinya berhubungan dengan pak Blengur ? Terbersit rasa cemburu. Kalau begitu Blengur tidak hanya terhadap dirinya berhubungan seperti ini. Ternyata dengan Jumprit pula. Tiba - tiba mbok Semi ingat kalau Jumprit sudah empat malam ini menghilang. Lalu apakah Blengur ada kaitannya dengan kepergian Jumprit ? Mbok Semi mengambil kesimpulan. Blengur terkait dengan mengilangnya Jumprit. Kalau tidak, mana mungkin sandal Jumprit bisa ada di rumah Blengur. 
Mbok Semi telah kembali mengenakan kain. Pak Blengur mendengkur. Maksud hati mbok Semi ingin menanyakan kenapa sandal Jumprit bisa ada di rumah pak Blengur. Pak Blengur terlanjur mendengkur. Tidak tega mbok Semi membangunkan Blengur yang sedang menikmati keterlenaannya. Dipandanginnya tubuh Blengur yang kokoh, besar, panjang, dan berotot. Tubuh yang telah delapan kali menempel dan menggesek tubuh telanjangnya. Tubuh yang telah memberinya kenikmatan dan kepuasan tiada bading. Apakah tubuh itu juga pernah menggumuli tubuh telanjang Jumprit ? Mbok Semi kembali membungkukkan badan. Ditatapnya sepasang sandal di kolong amben. Sandal yang tampak berlepotan tanah. Mengapa sandal itu berlepotan tanah ? Yu Jumprit hanya bisa bertanya - tanya. Mengapa pula Jumprit sampai meninggalkan sandalnya di rumah ini ? Jumprit sekarang menghilang dan membuat gelisah semua orang. Sandalnya ada disini. Kalau begitu kemana perginya Jumprit Blengur pasti tahu. Sandal ini, ya sandal ini ! Kemarin - kemarin di kolong ini tidak ada sandal Jumprit. Jumprit menghilang. Sandal Jumprit disini. Ah ...! Aku bingung ... ! Berkecamuk berbagai pikiran dan pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Mbok Semi membuka pintu. Angin dingin menerpa masuk ruangan. Mbok Semi keluar dari rumah pak Blengur,  menutup pintu dan segera melangkahi beberapa batu nisan, dan kembali melewati jalan setapak dipinggir kali. Dengan diterangi lampu senter yang sebentar dinyalakan dan sebentar dipadamkan karena takut ada orang melihat, Mbok semi berjalan cepat. Pikirannya masih tetap disibukkan oleh sandal di kolong amben. Sandal milik Jumprit. 

bersambung ........................



Tidak ada komentar:

Posting Komentar