Rabu, 31 Oktober 2012


Cubung Wulung 

                                                                                                             edohaput


Keempatpuluhempat

Matahari belum sempurna muncul. Gudel bersama pak Blengur dan tiga pemuda dusun sudah sampai di pinggir kali. Suasana pinggir kali masih gelap lantaran pohon - pohon besar dan rimbunya daun. Empat orang berdiri di pinggir kali. Mereka termangu. " Disini Del. Sandal itu aku temukan. Satu sandal disini, yang satunya lagi disana." Pak Blengur menunjuk tempat dimana sandal yu Jumpit ditemukannya. Gudel mengamati tanah disekitar tempat ditemukannya sandal. Ada beberapa telapak kaki yang nampak berusaha dihapus. Gudel terus mengamati. Beberapa telapak kaki ditemukan. " Melihat telapak - telapak kaki ini, ada langkah - langkah kaki yang menuju ke hulu. Sebaiknya kita menyusur kali menuju ke hulu." Gudel memberi tahu pak Blengur dan ketiga temannya. " Benar telapak - telapak kaki ini menuju ke hulu." Waru mengiyakan pendapat Gudel. " Ini bukan telapak kaki yu Jumprit. Terlalu besar untuk telapak kaki perempuan. Berarti yu Jumprit tidak sendiri. Ia bersama orang lain." Gudel menambah pernyataannya. " Sudah ayo kita turun dan kita susuri saja kali dan kita benar harus berjalan ke hulu." Pak Blengur menyemangati.
Kali yang penuh dengan batu - batu besar dan tumbuhan liar sangat susah dilalui. Lumut tebal yang menempel di pepohonan dan tebing - tebing kali membuat seramnya suasana kali. Setiap kali melewati gerumbul yang rimbun Gudel terpaksa menggunakan sabitnya untuk membersihkan tanaman liar untuk untuk memberi jalan. Belum lama mereka berjalan menyusur kali pandangan mereka tertumbuk tumpukan ranting - rating kayu yang mengonggok. Gudel, pak Blengur, Waru, Pokol, dan Tunggak berhenti berjalan. Mereka semua matanya tertuju pada onggokan ranting. Daun - daun ranting nampak sudah layu dan belum kering. Dipikiran mereka ranting - ranting itu dipotong dari pohon pasti belum lama. Yang menjadi pertanyaan mereka siapa orang yang datang kesini untuk memotong ranting. Kalau hanya mencari kayu bakar, tidak perlu orang menyusur kali sejauh ini. Semakin menuju hulu, kali ini memang tidak penah didatangi orang. Selain sulitnya berjalan, juga mau apa datang  jauh - jauh menempuh perjalanan sulit dan berbahaya. Setelah beberapa saat termangu, Gudel, Waru, Pokol, Tunggak dan pak Blengur bergegas mendekati onggokan ranting. Mereka mencurigai onggokkan ranting yang ditata menggunduk seperti menutupi sesuatu. Dengan sabitnya Gudel segera membongkar tumpukan ranting. Mereka terkejut dan sacara bersamaan mundur surut selangkah setelah melihat apa yang ditutupi ranting - ranting itu. Jasad yu Jumprit terlentang telanjang tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Mereka mendekat lagi dan melihat lebih dekat. Gudel melihat ada luka sayat di payudara yu Jumpit dengan darah yang sudah mengering. Mukanya lebam. Dan ada bekas cekikan di leher yu Jumprit. Mata jasad yu Jumprit masih terbuka, nampak melotot. Rambut panjangnya tergerai tidak beraturan. Mereka segera berpendapat dan berkesimpulan yu Jumprit diperdaya orang. Siapa orangnya tega melakukan ini. Gudel tidak bisa berpikir jernih. Gudel meminta Waru untuk segera pulang ke dusun agar warga membantu membawa pulang jasad yu Jumprit. 
Tidak sepotongpun kain yu Jumprit ditemukan di sekitar. Gudel, Pokol dan Tunggak menyisir sekitar. Tetap tidak ditemukan kain yang semula dikenakan yu Jumprit. Juga tidak ditemukan benda lain yang mungkin ditinggalkan oleh orang yang memperdaya yu Jumprit. Mereka berkesimpulan, orang yang memperdaya yu Jumprit ini pasti membawa pergi kain yu Jumprit. Lalu untuk apa kain itu dibawa.  
Dusun geger. Semua warga, terutama yang laki - laki dan para perjaka bergegas bahkan pada berlarian menuju kali. Waru dan para pemuda mempersiapkan pikulan dari bambu untuk membawa pulang jasad yu Jumprit. Para perempuan segera bergegas menuju rumah pak Pedut untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perawatan jenasah. Tidak sedikit pula para perempuan yang segera sibuk mengepulkan asap dapur yang pasti akan sangat dibutuhkan untuk menyambut orang - orang yang datang melayat. Rumah pak Pedut yang belum lama kebanjiran orang karena meninggalnya Nyi Ramang, kini pasti akan lagi kebanjiran orang melayat yu Jumprit yang meninggal mendadak karena diperdaya orang. 
Juragan Rase datang bersama para pembantunya dengan menuntun dua ekor sapi untuk disembilih. Juragan Gogor datang memberikan uang kepada keluarga pak Pedut. Orang - orang terpandang di dusun tidak ketinggalan sibuk membawa barang berupa beras, jagung, kelapa, sayur - mayur dan lain sebagianya. 
Kabar cepat sekali tersiar ke mana - mana. Pak Lurah bersama bu Lurah telah datang sebelum jasad yu Jumprit tiba di rumah pak Pedut. Orang banyak berkumpul di halaman rumah pak Pedut menunggu jasad yu Jumprit tiba. 
Warga hanya bisa saling bertanya tanpa bisa memberi jawaban pasti. Siapa tega membunuh yu Jumprit. Mengapa yu Jumprit di bunuh di kali. Mengapa yu Jumprit di bunuh. Benarkah yu Jumprit dibunuh orang lantaran jimat. Orang yang telah tega memperdaya yu Jumpit adalah orang yang sangat kejam. Belum pernah ada sebelumnya peristiwa yang sangat mengejutkan seperti ini  terjadi. Warga hidup dengan sangat rukun. Tidak pernah ada perselisihan antar warga yang menajam. Warga saling hormat, saling mengasihi, saling menghargai bahkan saling membantu. Warga tidak pernah ada cekcok mulut. Mengapa tiba - tiba ini terjadi menimpa yu Jumprit. 
Yu Jumprit dikenal waga sebagai sosok yang ramah, rendah hati, mudah bergaul, ringan membantu sesama, dan belum pernah terdengar di telinga warga yu Jumprit cekcok dengan tetangga. Yu Jumprit ditinggal mati suaminya. Dan sejak itu hidupnya diabdikan di keluarga pak Pedut. Yu Jumprit masih ada hubungan darah dengan mendiang isteri pak Pedut. Sejak berada di keluarga pak Pedut, yu Jumprit memang jarang keluar rumah. Jarang ke sawah. Pekerjaannya hanya di dapur membantu Menik. Yu Jumprit tidak pernah punya keinginan yang aneh - aneh. Yu Jumprit tahu menempat dirinya yang hanya sebagai pembantu di rumah pak Pedut. 
Yu Jumprit menjadi orang terkenan ketika mula - mula menyembuhkan pak Blengur dari kesurupannya. Sejak itu banyak orang datang meminta tolong yu Jumprit. Kemudian orang tahu kalau yu Jumprit adalah pengganti Nyi Ramang. Yu Jumprit telah mewarisi jimat Nyi Ramang. Didengar pula oleh warga kalau yu Jumrpit akan segera dinikahi pak Pedut. 
Kemana yu Jumprit pergi kini sudah terjawab. Yu Jumprit sudah ditemukan. Yang masih menjadi pertanyaan mengapa yu Jumprit mati karena diperdaya orang. Siapa yang membunuhnya. Dan apa alasannya sampai orang tega memperdaya yu Jumprit.
Menik yang banyak menerima pertanyaan dari para perempuan, termasuk Tumi yang datang membantunya di dapur tidak banyak menjawab. Menik memilih diam. Menik tidak mau berkata - kata yang mungkin justru kalimat - kalimatnya akan membuat para perempuan bingung dan kaget. Menik menyibukan diri. Dan menghindar setiap kali ada perempuan yang bertanya tentang yu Jumprit. 
Kliwon yang dikerumini para perjaka juga tidak banyak berkata - kata. Kliwon tanpak tidak peduli akan kematian yu Jumprit. Kliwon tidak mau menanggapi omongan para perjaka yang mengira - ira. Yang berandai - andai. Kliwon terus menjejali mulutnya dengan rokok, dan duduk santai di teras rumah sambil terus menerima ucapan bela sungkawa dari orang. Di wajah Kliwon tak ada nampak wajah yang sedih. 
Pak Pedut juga terdiam di ruang tamu. Dirinya hanya bisa berucap aku tidak tahu setiap kali orang menanyakan tentang yu Jumprit, sambil sesekali mengusap air matanya. 

bersambung ................



Tidak ada komentar:

Posting Komentar