Sabtu, 27 Oktober 2012


Cubung Wulung

                                                                                                          edohaput

Keempatpuluhdua

Mbok Semi tidak bisa menghilangkan ingatannya tentang sandal yu Jumprit yang ada di kolong ambennya pak Blengur. Tidak pernah terdengar sebelumnya kalau Blengur ada hubungan dengan yu Jumprit. Tidak pernah ada gunjingan ada hubungan antara Blengur dengan yu Jumprit. Mbok Semi juga tahu siapa yu Jumprit itu. Perempuan janda yang sangat jarang keluar rumah. Pekerjaannya hanya mengurus sawah peninggalan suaminya. Bahkan sejak ikut di keluarga pak Pedut, yu Jumprit menjadi sangat jarang ke luar rumah. Sawah peninggalan suaminya digarap orang lain. Apalagi sejak yu Jumprit menjadi orang yang bisa menolong orang seperti layaknya Nyi Ramang, maka yu Jumprit menjadi sangat jarang bisa keluar rumah. Hari - harinya disibukkan oleh tamu - tamu yang datang pergi silih berganti. Mbok Semi tahu itu. Tetapi sandal itu ? Mengapa ada di kolong ambennya Blengur. Kalau Jumprit tidak datang apa mungkin sandal itu bisa sampai kesana. Jumprit bisa saja menemui Blengur. Mungkin saja Jumprit menemui Blengur. Bukankah Jumpritlah yang menyembuhkan Blengur dari kesurupannya ketika itu ? Mungkin saja Jumprit menemui Blengur. Lalu karena Jumprit janda muda tidak tahan melihat Blengur yang berotot dan tidak pernah mengenakan baju di waktu siang. Jumprit tergoda. Ahkirnya terjadi kegiatan yang tidak direncanakannya di rumah Blengur yang sepi itu. Karena Jumprit tidak ingin ketahuan orang lalu Jumprit tergesa - gesa keluar dari rumah Blengur dan sandalnya ketinggalan. Mbok Semi mereka - reka. Mbok Semi cemburu. Tetapi Mbok Semi juga ragu akan rekaannya sendiri. Mungkinkah begitu ? Mbok Semi  tidak punya kesimpulan. Ahkirnya mbok Semi mengambil keputusan untuk menanyakan saja kepada Blengur, mengapa sandal Jumprit bisa berada di rumahnya. Mbok Semi tidak mau sandal itu membebani pikirannya. Semalam sandal itu telah membuatnya tidak bisa memejamkan mata.

Pak Blengur kaget mbok Semi datang siang - siang. " Kok siang - siang ta, yu ?" Pak Blengur menyapa Mbok Semi. " Lho apa dak boleh aku datang menemuimu siang - siang ?" Bantah Mbok Semi. " Ya boleh saja ta, yu. Cuma tumben ". Blengur tertawa. " Dak tumben - tumbenan. Apa dak boleh orang kangen pingin ketemu." Yu Jumprit memberengut manja. " E lha ... marah ya ?" Lagi - lagi Blengur tertawa berderai. " Dak lucu !" Mbok Semi tambah pura - pura memberengut sambil meletakkan bungkusan pisang goreng dan wedang serbat panas. " Dak jualan ya, yu ?" Pak Blengur tidak lagi tertawa. " Lho piye ta, lha orang dak bisa nahan kangen ya lebih baik kedai ditutup." Mbok Semi membongkar bungkusan dan menata pisang goreng dan minuman di amben. " Dah ini diminum mumpung panas. Pisang gorengnya juga masih panas." Mbok Semi duduk di amben diikuti pak Blengur. " Yang bener ada apa ta yu, kok siang - siang." Pak Blengur menyambar pisang goreng dan memasukkan ke mulutnya. " Kamu ini gimana ta ? Orang sudah dibilang kangen kok masih tanya lagi !" Kembali mbok Semi pura - pura memberengut. Pak Blengur jadi diam. Mulutnya yang penuh pisang goreng mencoba tersenyum. " Begini dik. Dari pada aku pusing bertanya - tanya pada pikiran sendiri, lebih baik aku bertanya langsung pada dik Blengur. Tapi sebelumnya maaf lho, dik." Mbok Semi serius. " Weh .... kok bikin deg - degan ta, yu. Ada apa ?" Blengur menyerutup wedang serbat panas. " Gini dik, aku penasaran mengapa sandal Jumprit bisa ada di rumah ini ?" Mbok Semi tambah serius. " Sandal Jumprit, yu ?" Pak Blengur mengerinyitkan dahi. Mbok Semi berdiri dari duduk, membungkuk dan mengambil sepasang sandal di kolong amben. " Ni dik. Ni sandal Jumprit. Mengapa sandal ini bisa ada disini, dik." Mbok Semi mengangkat sepasang sandal dan ditunjukkan ke pak Blengur. Pak Blengur sekilas mengamati sandal. " Jujur saja dik. Aku dak marah kok. Dan aku juga dak cemburu. Pantas saja kalau dik Blengur menyukai Jumprit. Jumprit kan lebih muda dari aku." Mbok Semi lagi - lagi memberengut. Pak Blengur tertawa lepas. Untung saja rumah Blengur di ujung kuburan. Jika tidak tertawa lepasnya bisa mengagetkan orang. " Jadi sandal ini milik Jumprit ta, yu ?" Blengur masih dengan tertawa. " Aku dak tahu kalau sandal itu milik Jumprit, yu." Blengur serius. " Aku menemukan sandal itu ada di pinggir kali empat hari yang lalu, yu. Jadi sandal itu milik Jumprit ta, yu ?" Pak Blengur minta penjelasan mbok Semi. " Jangan bohong dik, dak baik." Mbok Semi ingin penegasan dari pak Blengur. " Sungguh yu, sandal itu aku temukan di pinggir kali sewaktu aku mau buang air. Buat apa aku bohong, yu." Pak Blengur serius. Melihat roman muka Blengur yang sungguh - sungguh mbok Semi jadi percaya. Perasaannya jadi ayem. Ternyata Blengur tidak berhubungan dengan Jumprit. " Apa dak dengar kabar pa, dik, kalau Jumprit sudah empat hari mengilang ?" Mbok Semi memberitahu Blengur. " Lha aku ini hidupnya kan hanya di kuburan ta, yu. Mana dengar kabar ? Jumprit menghilang gimana, yu ?" Pak Blengur ingin tahu lebih banyak. " Makanya dik, walaupun dik Blengur ini juru kunci kuburan, ya sering - seringlah datang ke dusun. Biar bisa tahu ada apa di dusun." Mbok Semi menyalahkan pak Blengur. " Sekarang orang - orang sedang resah karena kepergian Jumprit yang tidak diketahui kemana. Sebaiknya nanti sore dik Blengur ke rumah pak Pedut. Ceritakan yang sebenarnya tentang sandal ini. Barangkali bisa jadi petunjuk kemana Jumprit itu pergi. Kok aneh ya dik. Sandal ini kok bisa di pinggir kali. Ah dak usah dipikir. Yang penting dik Blengur segera mengembalikan sandal Jumprit ini kepada pak Pedut." Banyak mbok Semi ngomong. " Baik yu. Sekarang saja aku akan kembalikan sandal ini ke pak Pedut. Dan aku mau cerita kalau sandal ini aku temukan di pinggir kali." Blengur mau beranjak dari duduknya. Mbok Semi cepat - cepat mencegah pak Blengur beranjak dengan cara mendekati duduknya dan memeluk tubuh besar Blengur yang tidak berbaju. " Yu ..!" Blengur kaget. " Aku kangen dik !" Mbok Semi terus memeluk tubuh pak Blengur sambil kakinya dikangkang - kangkangkan agar kain bawah yang dikenakannya menjadi kendur. " Lho kan kemarin malam sudah ta, yu." Blengur mendengus - dengus karena wajahnya menempel di payudara yang empuk - empuk kenyal di dada Mbok Semi yang masih tertutup kain atas. " Ah ... pokoknya aku kangen....!" Napas mbok Semi memburu. Blengur yang memang selalu ketagihan oleh ulah mbok Semi tidak menyia - nyiakan kesempatan. Segera dirogohnya milik mbok Semi yang ada di balik kain bawahnya. Mbok Semi ambruk di amben. Sebentar kemudian pak Blengur dan mbok Semi segera membuat keributan di atas amben. Pisang goreng yang ada di piring menjadi berserakkan karena tertendang kaki. Wedang serbat di gelas terguling dan tumpah membasahi tikar amben. Amben bergoyang dan berderit - derit. Gelas dan piring yang berbenturan karena ulah kaki - kaki yang ribut tidak lagi terdengar di kuping mbok Semi dan kuping pak Blengur. Mereka sangat sibuk untuk menempatkan diri pada posisi yang diharapkan   dapat segera menghantarkan mereka menuju rasa yang berlebih - lebih. 

bersambung ....................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar