Rabu, 17 Oktober 2012



Cubung Wulung

                                                                                                  edohaput


Ketigapuluhtujuh

Sejak sore gamelan sudah ditabuh bertalu - talu. Dari rumah pak Pedut suara gamelan kadang - kadang terdengar agak jelas, tetapi kadang - kadang tidak terdengar karena suara terbawa arah angin. Jarak antara rumah pak pedut dengan rumah pak Lurah memang cukup jauh.  Suara gamelan membuat warga ingin segera bersiap - siap untuk berbondong - bondong menuju halaman rumah pak Lurah. Malam ini pak Lurah menggelar keramaian berupa tontonan gratis untuk wargannya. Tontonan berupa penampilan pethilan wayang orang Bambang Cakil. Cerita sepotong bertemunya Arjuna dan para punakawan, Semar, Gareng, Petruk, Bagong dengan Buta Cakil. Buta Cakil adalah raksasa yang akan mati di tangan Arjuna. Yang paling menarik orang untuk menonton pethilan adalah kelucuan dan gurauan para punakawan. Adegan munculnya punakawan menjadi dagelan yang sangat bisa menghibur penonton. Malam ini pak Lurah sengaja mengadakan keramaian, karena hasil tembakaunya bisa terjual dengan harga yang baik. Pak Lurah meraup keuntungan besar. Sudah menjadi tradisi desa bagi siapa saja yang hasil panennya berlimpah, pasti akan mengadakan keramaian sebagai ujud terima kasih kepada semua yang telah membantunya terutama sebagai ungkapan terima kasih kepada sang Pencipta. Tontonan pethilan Bambangan Cakil akan berahkir pada tengah malam. Untuk mengisi larut malam digelar tayuban. Dimana ledhek - ledhek muda, cantik dan bahenol menari di atas panggung dan mendapat saweran dari para lelaki berduit. 
Hari gelap mulai merambahi pedesaan. Tumbuhan besar tidak lagi terlihat sebagai tumbuhan yang hijau rindang, melainkan nampak seperti raksasa yang berdiri menunggu mangsa. Gunung dan hutan tidak lagi tampak biru menghijau, melainkan nampak sebagai suatu onggokan besar hitam kelam bagai raksasa tidur di kegelapan malam. Malam ini memang rembulan tidak muncul, karena tanggal belum sampai. Malam gelap. Warga desa laki - laki, perempuan, tidak ketinggal anak - anak dengan membawa obor berjalan bergerombol - gerombol menuju halaman rumah pak Lurah. Pokol dan Sarinti bergandengan tangan berjalan santai. Tidak ketinggalan Tumi dan Gudel, dan lain - lain pasangan. Mereka mesra bergandengan tangan dan berjalan dengan memilih menyelusuri jalan - jalan yang gelap. Udara dingin tidak menghalangi langkah mereka. Baju - baju tebal mereka kenakan untuk menahan dinginnya udara malam. 
Lain dengan Menik. Malam ini justru menik menyelimuti tubuhnya dan memilih meringkuk di kamarnya. Ia memilih tinggal di rumah. Menikmati bantal dan guling. Pak Pedut, dan Kliwon juga telah meninggalkan rumah. Pikiran Menik melayang kepada Gono yang tidak pernah kabar - kabar. Sendainya malam ini ada Gono, dirinya pasti juga akan berada di tempat keramaian. Menik tidak tahu apakah Gono masih ingat akan dirinya. Ingat akan janjinya. Apakah Gono bisa berhasil kerja di kota, atau justru sebaliknya Gono terlunta - lunta di kota. Menik tidak bisa menebak. Hanya saja terlintas dipikiran Menik, Gono ini pinter, punya banyak ketrampilan dan ulet. Siapa tahu Gono sedang sibuk kerja untuk dapat mengumpulkan kekayaan. 
Di dapur yu Jumprit gelisah. Suara gamelan yang sayup - sayup sampai di telinganya sangat menggoda untuk ikut - ikutan pergi menonton. Terbayang dipikiran yu Jumprit lucunya punakawan yang melontarkan guroan - guroan segar. Dan tingkah polah para punakawan yang sangat mudah mengundang tawa. Belum menyaksikan saja yu Jumprit sudah tersenyum sendirian. Apalagi kalau melihatnya, dirinya pasti akan terbahak. Yu Jumprit sangat tergoda. Segera dikenankannya baju tebal, dan obor yang sudah dipersiapkannya disulut, dengan langkah jinjit - jinjit agar tidak didengar Menik, yu Jumprit menyelinap melalui pintu dapur meninggalkan rumah. 
Menik mendengar pinta dapur bederit. Disingkapkan selimutnya. Menik ingin tahu apa yang terjadi di dapur. Menik sangat ingat tadi yu Jumprit sudah mengancing rapat - rapat pintu dapur. Menik curiga yu Jumprit pergi juga ke tempat keramaian. Menik melihat dapur kosong. Pintu dapur tidak lagi terkancing. Menik tahu yu Jumprit pergi. Menik mengancing rapat pintu dapur dan kembali ke kamar. Menyelimuti dirinya dengan selimut tebal. Kembali pikirannya melayang ke Gono. Gono yang pergi ke kota untuk menjadi kaya. Gono yang berjanji setelah berhasil di kota akan segera pulang dan melamar dirinya. Gono yang pernah mencium bibirnya, meremas payudaranya, dan meraba - raba seluruh kulit tubuhnya dan membuat dirinya merinding nikmat. Gono yang pernah datang ke rumahnya malam - malam ketika rumah dalam keadaan kosong dan Gono mencumbunya sampai miliknya menjadi basah. Gono yang selalu dengan kelembutannya membelai - belai rambutnya. Dirinya akan sangat terlena di pelukkan Gono yang dicintainya sepenuh perasaannya. Ingat ini, tiba - tiba ada sesuatu yang menjalari pikiran dan seluruh tubuhnya. Sesuatu yang tiba - tiba membuat jantungnya menjadi berdegup. Sesuatu rasa yang menyebabkan instingnya menuntun tangannya meraba - raba yang ada di balik kainnya. Menik meremas - remas buah dadanya dan membayangkan Gonolah yang melakukannya. Setiap tangannya kuat meremas, Menik meringis dan mendesah. Kedua kakinya menjulur - njulur mengejang. Tangan satunya tertuntun mengarah ke bawah dan menyusup ke balik celana dalamnya. Terbayang Gonolah yang melakukannya. Padahal tangan dan jari Gono belum pernah satu kalipun menyentuh miliknya. Karena ketika tangan Gono mau sampai ke situ Menik selalu menolak dan mengahkiri bercumbunya. Menik tidak mau selangkangannya di sentuh orang. Kali ini tangannya sendiri yang mengelusnya. Dan jari - jarinya sendiri yang mempermainkannya. Ditelantangkan tubuhnya. Dikangkangkannya pahanya. Selimutnya terlepas dari tubuhnya. Menik sudah sangat terangsang oleh jarinya sendiri. Dua jari manis dan jari telunjuknya membuka bibir miliknya dan jari tengahnya diputar - putar di tempat yang membuatnya merasa semakin nikmat. Menik terus menggelinjang dan merintih. Menik tahu di rumah tidak ada orang. Menik leluasa melepas desahnya, rintihannya dan jeritannya. Menik membuat tempat tidurnya menjadi tidak beraturan. Sepreinya tergulung - gulung. Bantal dan gulingnya berjatuhan ke lantai karena polahnya. Dan ahkirnya Menik mengatupkan pahanya. Sementara itu jari - jarinya semakin gencar memainkan miliknya yang semakin membasah. Menik menjerit keras dan tubuhnya terangkat - angkat. Sejurus kemudian lunglai dan napasnya tersengal. Menik menikmati kepuasan oleh dirinya sendiri. Menik lelah dan tertidur. 
Malam telah sangat larut. Hampir pagi. Pak Pedut membuka pintu rumah dengan kunci. Pak Pedut mendengar napas pulas Menik. Pak Pedut yang melihat ledhek - ledhek cantik dan bahenol yang tadi menari - nari gemulai di atas panggung dengan pantat yang sengaja di megal - megolkan sangat terangsang. Pak Pedut tadi berjalan pulang dengan cepat - cepat bermaksud segera sampai di rumah dan akan segera mengajak yu Jumprit untuk melampiaskan terangsangnya oleh ledhek - ledhek. Pak Pedut tidak menemukan yu Jumprit di kamarnya. Sejak yu Jumprit menerima lamarannya yu Jumprit telah mau tidur seranjang dengan pak Pedut. Hampir - hampir setiap malam pak Pedut bercinta dengan yu Jumprit. Pak Pedut ke dapur. Kosong. Pak Pedut gelisah. Pak Pedut menyesal mengapa tadi dirinya tidak mengajak yu Jumprit nonton bersama. Pati yu Jumprit juga pergi nonton. Tetapi mengapa sudah selarut ini tidak pulang juga. Kliwon pulang dan langsung masuk ke kamarnya. Sebentar kemudian dengkuran Kliwon terdengar keras. Pak Pedut tidak bisa memejamkan matanya. Ditunggunya yu Jumprit di ruang depan sambil menikmati teh anget. Lama ditunggu yu Jumprit tidak muncul pulang. Ada perasaan marah di hatinya. Birahinya yang terangsang oleh ledhek - ledhek membuatnya ada perasaan jengkel. Mengapa Jumprit sudah selarut ini tidak juga pulang. Jumprit tidak akan tertarik dengan ledhek - ldhek. Lalu kemana ? Mengapa ? Terbersit rasa cemburu di hati. Jangan - jangan Jumprit dirayu orang. Orang tahu Jumprit lama menjanda. Orang pasti akan menggodanya. Tetapi bukankah orang sudah pada tahu kalau Jumprit segera akan dinikahinya ? Dan orang tahu kalau Jumprit saat ini bukan Jumprit yang dulu. Jumprit sekarang adalah Jumprit yang sakti karena jimat. Akankah orang akan segampang itu melecehkan Jumprit ? Mengingat ini pak Pedut ayem. Tidak bakalan orang berani menggoda Jumprit. Tetapi lalu Jumprit kemana. Malam hampir pagi kenapa tidak pulang ? Mungkin juga Jumprit marah, karena dirinya tidak mengajaknya bersama menonton. Jumprit pasti sedang marah. Dan pulang ke rumahnya. Kesimpulan ini membuat pak Pedut ayem. Pak Pedut tidak lagi gelisah. Pak Pedut sangat menyesal. Pak Pedut besuk pagi akan segera menjemput Jumprit ke rumahnya dan minta maaf. Kembali bayangan ledhek - ledhek yang buah dadanya hanya saparo saja tertup kain dan ketika menari - nari kainnya tersingkap - singkap sehingga paha putihnya sangat sering menggoda mata, membuat burungnya tidak mau melemas. Semakin kaku saja. Dan terasa pegal. Pak Pedhut bingung. Kliwon mendengkur. Menik pulas. Pak Pedhut tidak malu - malu lagi segera mencopot celananya. Burungnya medongak kaku. Pak Pedhut tidak bisa menahan birahinya. Pak Pedhut dengan serta merta menggenggam burungnya dan segera telapak tangannya bergerak memainkan burungnya yang membuat pikirannya tidak bisa lepas dari bayangan ledhek. Dibayangkannya ledhek sedang kangkangkannya dan pahanya yang putih mulus di elusnya. Dan pak Pedhut segera mendorong burungnya untuk menelusup dan tenggelam di selangkangan ledhek. Sebentar saja pak Pedhut sudah tidak tahan. Kedua kakinya terkejang - kejang, mulutnya ternganga dan jeritan tertahannya keluar bersamaan dengan napasnya yang memburu - buru. Pak Pedhut memuncratkan cairan kenikmatannya di kursi tempat duduknya. 

bersambung .....................








Tidak ada komentar:

Posting Komentar