Rabu, 03 Oktober 2012



Cubung Wulung 

                                                                                                           edohaput


Ketigapuluhsatu


Juragan Rase menemui Kliwon. " Kang Rase mengajakku kesini, ada apa, kang ?" Kliwon tidak tahu maksud juragan Rase mengajaknya ke rumahnya. Rumah juragan Rase besar dan cukup menonjol dari rumah - rumah yang ada di kiri kanannya. Sejak menjadi juragan, Rase banyak mengumpulkan uang dan bisa membangun rumah yang lebih baik dari rumah yang ada di dusun pada umumnya. Rase yang dulu hidupnya menumpang di keluarga Kliwon telah mampu mandiri dan menjadi kaya. " Begini Won, aku mengajakmu ke  rumahku dak lain aku dan kamu bisa membicarakan jimat peninggalan nenekmu tanpa ada orang lain yang mendengarkan. " Kliwon mengerinyitkan dahi mendengar kalimat juragan Rase yang tiba - tiba menyebut jimat. Kemarin lusa Plencing dan Tobil atas suruhan juragan Gogor menemui dirinya juga masalah jimat. " Won, sampai detik ini aku belum bisa menemukan jawaban, mengapa Nyi Ramang nenekmu itu mewariskan jimat itu ke yu Jumprit. Mengapa tidak kepada lik Pedut bapakmu itu, atau kepadamu sebagai cucu laki - lakinya, atau kepada Menik. Benar Won, sampai hari ini aku tidak mengerti maksud nenekmu itu." Kalimat juragan Rase yang inipun hanya membuat Kliwon terus mengerinyitkan dahinya. Kliwon sejak kecil memang tidak cerdas. Kliwon yang semenjak kecil selalu dimanjakan membuat kedewasaannya terlambat. Kliwon jarang bisa berpikir dan memutuskan satu masalah dengan cepat. Kliwon yang sejak dulu amat tergantung kepada mboknya, menyebabkan dirinya kurang bisa mandiri. Cara berpikirnya cenderung dangkal dan ngawur. Kliwon tidak bisa mengambil keputusan yang tepat bila terjadi permasalahan atas dirinya. Semenjak mboknya tidak ada Kliwon sangat tergantung pada bapaknya, pak Pedut. Berbeda dengan Menik adiknya. Menik yang tidak banyak merasakan kasih sayang dan cinta mboknya, karena  keburu ditinggal meninggal, justru mampu mandiri dan tidak banyak tergantung pada orang lain. Menik cerdas. Menik bisa selalu mengambil keputusan secara cepat dan tepat. Menik tidak pernah berpikir ngawur. Seperti kalimat juragan Rase yang baru saja diucapkan inipun Kliwon tidak bisa mengerti arah tujuan mengapa juragan Rase mengatakan seperti ini. Kemana arah keinginan juragan Rase Kliwon tidak segera bisa menangkap. " Nyi Ramang nenekmu itu menurutkan tidak adil, Won. Menurutmu gimana, Won ?" Juraga Rase memancing Kliwon untuk bisa mengikuti alur kemauannya. " Menurutku juga tidak adil, kang." Kliwon menjawab pendek. Kliwon memang tidak pandai membuat kalimat - kalimat ketika sedang bericara dengan orang. Kliwon sering mengalir saja terhadap apa yang dibicarakan orang kepada dirinya. " Aku ingin membantumu, Won." Juragan Rase merogoh sakunya dan mengeluarkan setumpuk uang. " Ambil uang ini. Cari akal agar jimat itu bisa segera berada di tanganmu. Uang ini bisa kamu gunakan. Terserah kamu, Won." Juragan Rase merogoh saku yang satunya dan menambahkan tumpukan uang di meja. Kliwon melihat tumpukan uang yang bergitu banyak. Kliwon belum pernah melihat uang sebanyak itu selama hidupnya. Paling - paling uang hasil panen yang tidak seberapa yang bisa dilihatnya. " Kabari aku jika jimat itu sudah berada di tanganmu. Aku akan menambah pemberianku." Juragan Rase meraih cangkir teh dan minum. " Kang Rase ?" Kliwon ingin bertanya banyak kepada juragan Rase, tetapi buru - buru dipotong oleh juragan Rase : " Sudahlah Won, ambil uang ini. Terserah kamu. Kamu mau berbuat apa. Yang penting jimat itu tidak boleh ada di tangan orang yang sebenarnya tidak berhak." juragan Rase mengeluarkan sapu tangan, membungkus uang dan meletakkan di tangan Kliwon. 
Kini Kliwon benar - benar bingung. Apa yang mau dilakukan dengan uang yang kelewat banyak yang kelewat banyak ini. Setumpuk uang yang dibungkus sapu tangan terasa berat di tangannya. Serasa tiba - tiba ada beban berat yang harus dipikulnya. Apa yang dimau juragan rase dengan memberinya uang .Pekerjaan yang seperti apa yang dimaui juragan Rase yang harus ia lakukan. Kliwon belum juga mengerti maksud juragan rase. Apakah juragan Rase juga ingin menguasi jimat itu seperti kemauan juragan Gogor. Kliwon menjadi ingat janji juragan Gogor lewat mulut Plencing dan Tobil. Kalau dirinya bisa memberikan jimat itu kepada juragan Gogor dirinya akan mendapat penukaran dengan emas setengah kilogram dan sepuluh ekor sapi. Begitu pentingkah jimat itu bagi mereka, sehingga mereka sangat begitu tergoda memiliki jimat itu. Sejak mendiang neneknya masih hidup, sampai saat ajal menjemputnya, Kliwon tidak pernah tertarik dengan jimat itu. Bahkan memperhatikannyapun tidak. Menurut Kliwon jimat itu malah bikin repot keluargannya. Banyak tamu yang datang untuk ditolong. Pekerjaan sawah kadang - kadang menjadi terbengkelai karena banyak mengurusi tamu. Hasil yang didapat tidak seberapa. paling - paling mereka hanya pada membawa oleh - oleh atau barang bawaan yang berupa makanan dan lain - lain yang malahan menguntungkan tetangga dekat. Neneknya tidak pernah mau jika ada tamu yang meninggalkan uang. Neneknya bahkan mengancam jika uang tetap ditinggal neneknya tidak akan mau lagi menerima tamunya yang nekat memberinya uang. Kini tiba - tiba setelah neneknya tiada jimat itu menjadi sangat berharga. Juragan Gogor mau menukarnya dengan setengah kilogram emas dan sepuluh ekor sapi. Kini tiba - tiba pula juragan Rase memberinya uang yang tidak sedikit dan minta supaya jimat itu ada di tangannya. Ada apa gerangan dibalik kesaktian jimat itu. Apakah akan ada tuah yang bisa membuat seseorang menjadi kaya. Atau akan membuat orang yang memilikinya akan terpenuhi segala keinginannya. Kliwon tidak bisa berpikir jauh. Hanya itu yang bisa terlintas di benaknya. " Lho Won, kok malah ngalamun. Sudah bawa uang itu. Kamu boleh pergi. " Kalimat juragan Rase ini menyadarkan lamunan Kliwon. Sejenak Kliwon mengamati uang yang dibungkus sapu tangan dengan cara memijit - mijitnya. Tebal sekali. Kliwon membayangkan uang di tangannya pasti cukup untuk membeli seekor sapi besar. Kliwon segera cabut dari duduknya dan berpamitan meninggalkan juragan Rase. Sebelum melewati pintu Kliwon masih mendengar juragan Rase berpesan : " Won, jangan sampai ada orang tahu kalau uang itu dari aku." Kliwon menoleh sejenak dan tanpa reaksi apa - apa segera meninggalkan rumah juragan Rase. 

bersambung .....................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar