Jumat, 03 Agustus 2012


Cubung Wulung 


                                                                                                edohaput


Kelimabelas 

Halimun mulai  menyelimuti pedusunan. Udara dingin mulai merambat dan menerobos celah - celah dinding bambu setiap rumah. Orang mulai menghangatkan diri dengan menyelimuti badan dengan kain yang tebal, atau dengan membuat api di dapur sambil menjerang air. Atau memilih tidur dan melipat tubuh sekecil mungkin untuk menahan dingin. Jika keadaan sudah begini dingin orang malas keluar rumah. Kalau tidak karena didesak keperluan yang penting lebih baik berada di rumah beristirahat melepas kepenatan  setelah seharian berada di sawah. 
Lain dengan Juragan Rase. Niatnya untuk menemui pak Pedut tidak terhalang oleh dinginnya malam. Juragan Rase, juragan muda dan kaya. Satu - satunya juragan di dusun yang melakukan jual beli sapi dan hewan ternak lainnya. Kesuksesan juragan Rase adalah karena saran, nasehat dan pertolongan Nyi Ramang. Nyi Ramanglah yang selalu menyemangatinya agar Rase tidak putus asa ketika menamui rintangan. Satu hari Rase sudah kehilangan semangatnya berdagang hewan. Karena kurang pengalamannya Rase menderita rugi yang membuat modalnya hampir ludes. Rase datang menangis ke Nyi ramang. Nyi Ramang banyak memberi petuah dan diahkiri dengan mengguyurkan air sesiwur di kepala Rase. Sejak itu Rase selalu untung, tidak menemui banyak rintangan dan sukses. 
Sebelum menjadi juragan, Rase adalah pemuda kebanyakan. Pemuda biasa yang tidak memiliki kelebihan kepribadian maupun kelebihan kekayaan. Rase bahkan bisa digolongkan pemuda yang tidak beruntung. Keluarganya tidak banyak memiliki sawah dan ladang. Kehidupan kesehariannya hanya sebagai buruh, menjual jasa tenaga untuk membantu orang lain mengolah sawah ladangnya. Hanya saja Rase bukan pemuda yang lemah. Bukan pula pemuda yang suka bermalasan. Keinginannya menjadi orang kaya memacu semangatnya untuk tidak segan - segan mengerjakan apapun asal mendapat upah yang bisa dikumpulkan yang direncanakan untuk modal berdagang. Rase tidak mudah putus asa dan tidak mudah menyerah. 
Melewati jalan berbatu yang tidak rata Juragan Rase berjalan cepat menuju rumah pak Pedut. Juragan Rase bertekat menanyakan keberadaan jimat Nyi Ramang. Sudah sejak lama, mulai dari Nyi Ramang sakit karena tua dan tidak mau lagi menerima tamu yang akan minta tolong seolah jimat itu hilang tidak bertuan. Juraga Rase amat memercayai kalau kesuksesannya itupun karena jimat itu. Juraga Rase masih sangat ingat ketika Nyi Ramang memasukkan jimat itu di air sesiwur dan kemudian air itu diguyurkan di kepalanya. Dan sejak saat itu usaha dagang yang dilakukannya tidak pernah merugi. Dulu juragan Rase pernah sangat dekat dengan Nyi Ramang karena seringnya Rase datang menemui Nyi Ramang.  Bahkan saat Nyi Ramang tamu, Raselah yang banyak membantu Nyi Ramang menyediakan ini dan itu. Bahkan Rase boleh dibilang pernah menjadi cantriknya Nyi Ramang. Maka tidak mustahil jika Rase pernah melihat jimat itu. Jimat itu berupa batu akik kecubung wulung sebesar biji kacang. Juragan Rase ingin merawat jimat itu jika ternyata pak Pedut dan anak - anaknya tidak bersedia ketempatan jimat itu. Juraga Rase ketika itu bahkan pernah menimang jimat itu ketika Nyi Ramang memintanya agar memasuk keluarkan  jimat itu di gelas - gelas berisi air putih yang ditunggu para tamu untuk diminumkan. 


Di rumah pak Pedut lagi menunggui yu Jumprit yang sedang menjerang air sambil menghangatkan badan di depan tungku. Sejak menyaksikan yu Jumprit mencari nikmat untuk diri sendiri tempo malam yang lalu, pak Pedut sangat tertarik dengan yu Jumprit. Yu Jumprit di rumah pak Pedut karena membantu kerepotan keluarga pak Pedut dengan adanya meninggalnya Nyi Ramang. Yu jumprit terpaksa tertahan tidak bisa pulang kerumah sendiri lantaran kerepotan malah semakin banyak datang, lain lagi sejak itu pak Pedut selalu  menghalangi dengan berbagai alasan agar yu Jumprit tetap tinggal. " Kalau airnya sudah mendidih  buat saja wedang jahe, Jum ". Pak Pedut terus menatap yu Jumprit. Yu Jumprit di mata pak Pedut semakin cantik saja. Tubuhnya yang berkulit bersih tertimpa cahaya api tungku tampak agak kemerahan. Di mata pak Pedut yu Jumprit menjadi tampak bercahaya. Yu Jumprit yang selalu slebor sekenanya saja jika mengenakan kain, menjadikan bagian - bagian tubuhnya yang seharus rapat ditutupi malah menjadi sering terbuka. Di depan tungku yang diterangi api paha yu Jumprit sangat menggoda pak Pedut. Yu Jumprit yang tidak suka mengenakan celana dalam dan berjongkok di depan tungku dan sesekali ketika kainnya tersingkap membuat mata pak Pedut terpincing - pincing agar bisa semakin jelas melihat milik yu Jumprit yang ada di selangkangannya. Pak Pedut yang sudah sangat lama tidak melakukan hubungan badan dengan wanita lantaran isterinya meninggal karena jatuh dari tebing sedalam puluhan meter ketika pulang dari ladang menggendong hasil panen sayurannya, nafsu birahinya menggelagak menyaksikan polah yu Jumprit di depan tungku. Rupanya yu Jumprit tahu kalau pak pedut sedang mengawasinya. Maka yu Jumprit dengan sengaja menggoda pak pedut dengan berjongkok dan membuka - buka pahanya sehingga selangkannya bisa tertimpan cahaya api tungku. Yu Jumprit tahu pasti kalau pak Pedut menginginkannya. Pada hari - hari belakangan ini pak Pedut sangat perhatian terhadap dirinya. Bahkan pada beberapa malam yang lalu pak Pedut telah menyatakan niatnya kalau pak Pedut akan segera menikahinya sebelum sampai pada peringatan seratus hari meninggalnya Nyi Ramang. Maka yu Jumprit menjadi tidak pelit - pelit lagi menampakkan miliknya kepada pak Pedut. 
Yu Jumprit selesai membuat wedang jahe. " Cepet bawa sini Jum, wedang jahenya ". Pak Pedut tak sabar. Bukan wedang jahenya sebenarnya yang diinginkan pak Pedut. Melainkan yu Jumprit yang diinginkannya segera mendekatinya yang sedang duduk di amben dapur. Yu Jumprit mendekati pak Pedut membawa wedang jahe. Yu Jumprit sengaja duduk di amben di sisi dekat pak Pedut. Yu Jumprit tahu apa yang diinginkan pak Pedut. Disamping itu yu Jumprit yang sudah sangat lama menjanda juga sudah sangat  kangen diraba - raba tangan lelaki. Sekali saja pak pedut menyerutup wedang jahe dan segera mematikan rokoknya di asbak segera tangannya meraih yu Jumprit agar yu Jumprit jatuh dipelukannya. " Jum ... ". Napas pak pedut tersengal. Yu jumprit telah direbahkan di amben. " Kang Pedut ... ". Napas yu Jumprit juga memburu. Yu Jumprit pasrah dan rela. Toh beberapa hari kedepan pak Pedut akan menikahinya. Pak pedut sudah sangat tak sabar. Tangannya segera menelusup ke dada Yu Jumprit. Dan hidung pak Pedut tidak henti - hentinya berganti - ganti digosok - gosokan dan pipi dan leher yu Jumprit. Pak pedut tidak mengenal enaknya bibir beradu dengan bibir. Pak pedut tidak tahu itu. Ia orang desa polos tidak berpengalaman. Tahunya pipi, leher, buah dada, puting susu, dan empuk - empuk basah yang ada di selangkangan perempuan. Pak Pedut yang sudah sejak siang memang merencanakan untuk menggauli yu Jumprit hanya mengenakan kain sarung saja. Ia sengaja tidak menutupi pantatnya dengan celana kolornya. Maka ketika menindih yu Jumprit, membuat yu Jumprit merasakan pahanya tersodok terung besar, kaku dan hangat. Tangan pak Pedut telah berhasil melepas kain jarik yu Jumprit, yang oleh yu Jumprit sengaja dipasang kendor, karena yu jumprit tahu kalau pak Pedut menginginkannya. Tangan pak Pedut sudah berada di selangkangan yu Jumprit. Yu Jumprit melenguh. Dan semakin membuka pahanya dan menekuk lututnya ke atas. Dengan demikian tangan pak pedut menjadi sangat leluasa mengelus - elus miliknya dan menekan - nekankan jarinya di belahan miliknya yang mulai membasah karena nafsu gairahnya. Tangan Yu Jumprit juga tidak kalah sigap segera menggenggam terung besar pak Pedut yang sudah sangat kaku.


Juragan Rase sampai di depan rumah pak Pedut. Melihat dari dapur masih terlihat ada cahaya api yang menerobos dari celah - celah dinding bambu, maka juragan Rase ingin mengetuk pintu dapur saja. Karena pasti di dapur masih ada orang yang terjaga. Karena juga ketika dulu ia masih belum juragan, memasuki rumah pak Pedut juga mesti lewat pintu dapur. Pintu dapur memang tidak terpasang sempurna sehingga ada celah cukup lebar. Cahaya dari situ menerobos cukup terang. Juragan Rase ingin tahu siapa yang masih terjaga di dapur, maka ia menempelkan matanya dan mencoba melihat ke dalam. Juragan Rase sangat terkejut. Jantungnya tiba - tiba berdegup keras. Kakinya terasa bergetar dan seolah tak sanggup menahan tubuhnya. Matanya yang mengintip melihat pak Pedut di atas tubuh yu Jumprit sedang menggerakkan pantatnya maju mundur. Kaki yu Jumprit yang kangkang bergerak - gerak dan sesekali mengejang. Pantat pak pedut yang berada di antara kedua paha yu Jumprit bergerak semakin cepat. Telinga Juragan Rase bisa sangat mendengar desahan yu Jumprit. Juragan Rase tidak tahan. Kecuali itu ia juga tidak tega mengganggu orang yang sedang menikmati indahnya malam. Maka ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya menjumpai pak Pedut. Juragan Rese ngeloyor pergi dengan hati - hati agar tidak didengar, dan cepat - cepat kembali ke jalan berbatu meninggalkan rumah pak pedut.


bersambung ..........................