Rabu, 19 September 2012



Cubung Wulung 

                                                                                                edohaput


Keduapuluhlima

Semakin santer saja kabar tentang yu Jumprit bisa menyembuhkan pak Blengur yang kesurupan. Warga telah percaya jimat Nyi Ramang tidak hilang. Tidak dijual oleh pak Pedut. Nama pak Pedut yang telah menjadi buruk di pikiran warga menjadi pulih. Warga kembali baik bersikap terhadap pak Pedut. Ternyata Nyi Ramang sangat bijak. Mewariskan jimatnya kepada yu Jumprit. Dari hari ke hari kabar terus menyebar kemana - mana. 
Hari masih pagi. Di rumah Pedut datang beberapa orang dari desa tetangga. Mereka datang untuk bertemu dengan yu Jumprit agar mendapat pertolongan disembuhkan dari derita sakitnya. Bahkan ada juga yang datang dengan ditandu karena parahnya sakit sehingga tidak bisa berjalan. 
Yu Jumprit kebingungan. Apa yang harus ia lakukan terhadap orang - orang yang datang minta pertolongannya. Yu Jumprit tidak merasa bisa. Ia tidak menyembuhkan pak Blengur dari kesurupannya. Waktu itu dirinya hanya diminta Menik mengguyurkan air yang telah dipakai mencuci selangkangan Menik. Yu Jumprit amat gelisah. Pak Pedut yang menemui orang - orang di ruang tamu terdengar membicarakan yu Jumprit. Terdengar satu kalimat yang semakin membingungkan dan menggelisahkan yu Jumprit. " Mohon sabar ya, Yu Jumprit lagi buat teh. Sebentar lagi pasti akan segera menemui." Pak Pedut mengucapkan kalimat ini dengan nada yang seolah - olah yu Jumpritlah sang penolong sejati. 
Yu Jumprit yang gelisah menjadi semakin gundah mendengar kalimat pak Pedut ini. Berarti ia harus menolong orang - orang itu. Lalu apa modal yang akan digunakan untuk menolong. Ia tidak memiliki apa - apa. Tidak memiliki kebisaan apa - apa. Orang telah salah menilai. Orang telah salah mengabarkan dirinya mampu menyembuhkan orang kesurupan. Orang telah salah menduga. Ia tidak mewarisi jimat Nyi Ramang. Di dapur yu Jumprit berlambat - lambat membuat teh, sambil terus berpikir bagaimana menanggapi orang - orang yang datang itu. Menik yang juga sedang menikmati sarapan pagi di dapur terlihat santai, tenang dan geli melihat sikap yu Jumprit yang terus tampak menderita gudah dan resah. Selesai membuat teh yu Jumprit membawanya ke ruang tamu dimana ada orang - orang yang sedang menunggu dirinya. Alangkah terkejutnya yu Jumprit ketika sampai di ruang tamu. Orang - orang segera beranjak dari duduk di kursi dan segera duduk di lantai sambil tampak membungkuk - bungkuk memberi hormat kepada yu Jumprit. Yu Jumprit menjadi kikuk. Belum pernah rasanya ia mendapat penghormatan dari orang seperti ini. Yu Jumprit memang sangat tahu cara orang - orang menghormat Nyi Ramang yang seperti dilakukan orang - orang ini kepadanya. Tetapi dirinya toh bukan Nyi Ramang. Orang telah salah. Yu Jumprit meminta agar orang - orang itu kembali duduk di kursi. Tetapi tidak ada yang berani. Mereka tetap duduk di lantai. Yu Jumprit segera meninggalkan orang - orang kembali ke dapur. Kegelisahannya, kegundahannya, dan keresahannya serta ketakutannya terhadap dirinya sendiri membuat Yu Jumprit tiba - tiba terduduk di amben dapur dan menangis tersedu. Menik yang tetap dengan santai menikmati sarapannya dengan lauk sambal tempe tersenyum menyaksikan polah tingkah yu Yumprit. " Kenapa menangis yu ?" Menik menyelesaikan sarapannya dan membawa piring kotor ke pinggir sumur di dalam dapur. " Kamu !" Yu Jumprit membentak Menik dengan nada kesal. " Lho kok aku yu. Salah apa aku ." Sanggah Menik dengan tetap sambil tersenyum. " Lha iya ... kalau aku kemarin dulu tidak kamu suruh mengguyurkan air di muka pak Blengur yang kesurupan, mana mungkin orang pada mencari aku. Lha sekarang gimana ?" Nada jengkel yu Jumprit tumpah kepada Menik. Yang dijengkeli malah semakin melebarkan senyumannya. " Sekarang aku harus gimana , Nik !" Yu Jumprit menahan tangisnya dan menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya. " Ya terserah yu Jumprit mau apa. Kalau aku yang senang - senang saja karena orang - orang itu datang pada membawa barang bawaan ." Menik tertawa. " Jangan edan kamu, Nik. Aku ini sungguh bingung !" Yu Jumprit terisak. " Gampang yu ..... beri saja mereka air. Suruh mereka minum." Kata Menik santai. " Lha kalau mereka tidak pada sembuh ?" Yu Jumprit melototi Menik. Yang dipelototi tersenyum lebar dan sorot matanya menampakkan rasa kasihan kepada yu Jumprit. " Lha kalau tidak sembuh kan mereka tidak bakal kesini lagi. Dan Yu Jumprit akan dikabar - kabarkan kalau tidak bisa menyembuhkan orang sakit. Dan kemarin itu barangkali cuma kebetulan saja yu Jumprit bisa menyembuhkan pak Blengur. Beres kan Yu . " Menik dengan gaya seorang guru menasehati yu Jumprit. Mendengar penuturan Menik yu Jumprit ayem. Betul juga. Ketemu nalar juga. Kalau orang - orang itu tidak pada sembuh, pasti akan segera tersiar kalau dirinya  tidak mewarisi jimat Nyi Ramang. " Setuju Nik .... setuju....cocok......!" Yu Jumprit berbinar. Dan senyumannya mengembang di bibirnya yang merah.
Menik segera masuk ke kamar mandi di samping sumur. Mengambil ember dan dikangkanginya. Menik segera mengguyur - guyurkan air di selangkangannya. Dan air yang diguyurkan di selangkangannya terkucur masuk ke ember. Yu Jumprit tidak tahu apa yang dilakukan Menik. Tahu yu Jumprit Menik membantunya mengambilkan air yang bersih dan bening.  Keluar dari kamar mandi Menik kembali mendekati yu Jumprit. " Ni ...yu ...airnya. Tuangkan di gelas - gelas dan berikan kepada orang - orang itu agar diminum." Begitu Menik langsung berlalu masuk ke rumah induk dan membaringkan diri di amben ruang tidurnya. 
Di ruang tamu segera ada kegaduhan. Mereka yang sakit langsung sembuh. Yang lumpuh tidak bisa berjalan mencoba berdiri dan bisa berdiri walaupun tampak belum kuat. Yang sakitnya tidak begitu parah langsung merasakan bandannya enteng. Air dalam gelas - gelas tuntas diminum orang - orang yang datang. Pak Pedut yang masih menemani orang - orang di ruang tamu ikut bersuka cita karena kesembuhan mereka. Yu Jumprit tidak tahan berlama - lama menyaksikan kegaduhan orang - orang yang juga mencoba bersujud - sujud di kakinya sambil mengucapkan terima kasih. Yu Jumprit segera meninggalkan orang - orang yang sedang bersuka cita. Yu Jumprit segera bergegas mencari Menik. " Nik .....Nik....mereka sembuh Nik.... ayo lihat mereka Nik ....!" Yu Jumprit menggoyang - goyangkan tubuh Menik yang terbaring. Menik tidak menanggapi. Dibalikkan tubuhnya menjadi tengkurap dan dengan bantal segera menutupi kepalanya.

Pak Pedut keluar kamar dan melangkah ke dapur. Melewati kamar Kliwon kakak Menik, sudah terdengar dengkurnya. Kamar Menik telah ditutup rapat - rapat.  Di dapur Pak Pedut segera mendekati yu Jumprit yang sedang menyulaki amben. Nampaknya Yu Jumprit juga sudah ngantuk dan akan segera berangkat tidur. " Jum .... kamu tidur di kamarku saja. Disini dingin. Ayo Jum .. !" Kata pak Pedut sambil meletakkan pantatnya di amben dapur dimana ada yu Jumprit. " Enak tidur di dapur kok kang. Bisa bangun pagi - pagi. Lagian  kalau pas tidak begitu ngantuk bisa nyambi - nyambi kerjaan , kang." Yu Jumprit menjawab ajakan pak Pedut tetap sambil terus kelut - kelut amben. " Kamu itu sudah sangat banyak berjasa kepada keluargaku ini, masak aku tega kamu tetap tidur di dapur. Apalagi ternyata sekarang kamulah yang bisa menolong orang - orang yang perlu bantuan. Dan ternyata pula kamulah yang oleh simbok dipercaya memegang jimat itu. Rasanya tidak pantas kalau kamu terus hanya di dapur, Jum. Toh juga sebentar lagi kamu menjadi isteriku." Kalimat pak Pedut panjang. Yu Jumprit hanya bisa diam. Pikirannya kembali kacau seperti tadi siang. Ternyata pak Pedutpu seperti orang - orang di luar sana, mengira dirinya memporeleh warisan jimat dari Nyi Ramang. " Jum, mungkin simbok itu sudah bisa memperkirakan kalau aku bakal memperistri kamu, jadi jimat yang sangat penting itu pun diwariskan ke kamu. Jum .... lalu kapan simbok memberikan jimat itu ke kamu, Jum ?" Kalimat terahkir yang berupa pertanyaan tentang jimat membuat yu Jumprit semakin kacau. Jawaban apa yang mesti disampaikan kepada pak Pedut. Karena yu Jumprit tidak menjawab dan tetap sibuk dengan amben tempat tidurnya, pak Pedut melanjutkan kalimatnya : " Mulai malam ini aku tidak lagi menganggap dirimu pembantu keluargaku. Kamu adalah isteriku dan kamu anggota keluargaku. Menjadi mboknya Kliwon dan Menik. Walaupun kita belum ada layang resmi yang menyatakan kita sebagai suami isteri, tetapi kita kan sudah tinggal serumah. Dan Kita malah pernah berhubungan layaknya suami isteri. Kliwon dan Menikpun juga sudah setuju kalau kamu bakal menggantikan mboknya. Apalagi Jum. Maka sudah selayaknya kamu tidur di kamarku." Kembali kalimat pak Pedut panjang. Yu Jumprit tetap diam. Yu Jumprit menghentikan kegiatannya membersihkan amben dan duduk dihadapan pak Pedut. Matanya tampak berkaca - kaca. Yu Jumprit terharu oleh pernyataan - pernyataan pak Pedut. Yu Jumprit menitikkan air mata. " Lho kok malah nangis ta, Jum." Pak Pedut menatap mata yu Jumprit. Ada rasa kasihan dan rasa sayang di hati pak Pedut kepada yu Jumprit. Diraihnya tubuh yu Jumprit agar jatuh dipeluknya. Yu Jumprit berada di pelukan pak Pedut. Dengan punggung telapak tangannya pak Pedut mengusap air mata yu Jumprit. Kemudian mendongaknya wajah yu Jumprit. Diciumnya pipi yu Jumprit dengan lembut dan penuh perasaan cinta dan kasih. Dari pipi mulut dan hidung pak Pedut beralih ke bibir Yu Jumprit. Yu Jumprit yang juga menyukai pak Pedut dan walaupun belum pernah dengan mulutnya atau anggukan kepalanya ia menyatakan bersedia diperistri pak Pedut, tetapi dihatinya ia sudah sangat ingin segera terwujud pak Pedut mencari layang resmi yang menyatakan dirinya dan pak Pedut syah sebagai suami - isteri. Ciuman pak Pedut yang sampai dimulutya disambutnya dengan membuka mulutnya sehingga bibir pak Pedut langsung mengena di bibirnya. Sebentar saja kemudian yu Jumprit telah merasa dipagut - pagut pak Pedut. Dari bibir pak Pedut meneruskan ke leher Yu Jumprit. Dan melorot juga ke buah dada yu Jumprit yang telah berhasil kancing baju bagian dada dibuka. Pak Pedut dan yu Jumprit melupakan apa yang baru saja dibicarakan. Napas - napas berahi telah menderu. Mereka tidak lagi ingat dirinya ada dimana dan sedang melakukan apa. Yang ada hanya cinta mereka yang berpadu, bersatu, dan membuat irama derit amben dapur semakin lama semakin keras terdengar di telinga Menik yang di kamarnya belum benar - benar tertidur. 

bersambung ..........................




Tidak ada komentar:

Posting Komentar