Selasa, 04 September 2012



Cubung Wulung

                                                                                                             edohaput


Kedelapanbelas

Tumi kecewa. Peristiwa di hutan bersama Gudel tidak membuatnya hamil. Berarti rencana menjerat Gudel perjaka yang dicintainya agar segera menjadi suaminya gagal. Kembali Tumi harus mengatur siasat agar Gudel menggaulinya lagi. Ia harus hamil. Kalau tidak Gudel yang amat dicintainya akan lepas. Tumi tahu kalau Gudel sedang didera kesulitan. Ayah Gudel akan menjual sebagian sawahnya untuk diberikan saudara sekandung Gudel yang sudah berkeluarga dan tinggal jauh di tempat lain. Saudara sekandung Gudel butuh modal usaha. Satu - satunya yang bisa ditoleh adalah sawah milik ayahnya. Gudel tidak ingin sebagian sawah ayahnya lepas. Maka ia harus mencari uang untuk menutup keperluannya saudara ini. Tetapi caranya bagaimana. Uang tabungan hasil panennya tidak bakal cukup. Tumi tahu itu. Maka Tumi akan meminjamkan tabungannya yang berupa emas kepada Gudel. Dengan demikian Gudel akan berhutang budi dan berhutang uang pada dirinya. Gudel akan dijerat dengan siasat ini. Tumi harus berhasil. Kalau tidak cintanya pada Gudel hanya akan menggantung di awang - awang. 

Hari masih belum siang. Matahari hangat dan belum mampu menguapkan embun yang masih menempel di rerumputan. Tumi sedikit berhias. Membedaki wajahnya dan sedikit memoles bibirnya agar tampak lebih memerah. Ia berniat menjumpai Gudel di sawah. Pagi begini Gudel pasti sedang berada di sawah. Tumi berharap di sawah tidak ada banyak orang. Kebetulan gotong - royong menggarap sawahnya Gudel sudah selesai. Gudel pasti agak senggang dan di sawah hanya menengok tanaman yang beberapa hari sebelumnya ditanam. Tumi sengaja mengenakan rok yang tinggi di atas lutut. Ia berharap nanti kalau ia duduk di pematang sawah atau berjongkok Gudel akan dapat melihat pahanya dan bahkan bisa melihat celana dalamnya yang dibaliknya ada miliknya yang sedikit menggunung. Tumi juga sengaja tidak berkutang dan mengenakan baju atas yang agak transparan. Payudaranya yang pernah diremas - remas Gudel di hutan tempo hari agar bisa nampak di mata kekasihnya.  Tumi berharap Gudel akan terangsang. Dan akan mengajaknya bersembunyi di balik semak - semak dan mencumbunya. 

Tumi berjalan di pematang sawah. Di tangannya tertenteng tas kresek berisi wedang serbat dan kimpul goreng yang dibeli di kedai mbok Semi. Di kejauhan terlihat Gudel sedang membenahi tanaman cabai yang roboh karena angin. Tumi mempercepat jalannya. " Istirahat dulu kang, ini aku bawakan wedang serbat dan kimpul goreng ". Tumi duduk di pematang sawah dan meletakkan barang bawaan. Sengaja Tumi duduk agak membuka kedua pahanya. Ia berharap Gudel melihat selangkangannya. Gudel mendekat dan berjongkok di hadapan Tumi. Dengan demikian mata Gudel dapat dengan jelas melihat apa yang ada di selangkangan Tumi. Daging yang sedikit membusung dan tertutup celana dalam. Milik Tumi yang beberapa tempo hari yang telah lalu telah diperawaninya di hutan. Gudel menjadi tidak malu - malu lagi melihat punya Tumi. Sebaliknya Tumi juga tidak malu - malu lagi miliknya ditatap Gudel. Toh masing - masing telah merasakan dan mengetahuinya. D eg -degan juga Gudel melihat milik Tumi. Tumi pura - pura tidak tahun anunya sedang diperhatikan Gudel. Malah tumi sengaja membuka - buka pahanya. Agar mata Gudel tidak lagi terhalangan pandangannya. Sifat berangasan Gudel meuncul. Rasanya Gudel ingin memegang milik Tumi yang belahannya tampak tergaris di celana dalamnya. Tetapi niatnya tidak dilaksanakan, ia takut nanti Tumi salah paham. Maka hanya sesekali diliriknya. Berganti - ganti menatap wajah Tumi yang pagi ini tampak berbinar dan cantik. " Kang sawah jadi dijual ?" Tanya Tumi membuka pembicaraan sambil mengulurkan wedang serbat ke tangan Gudel. " Lha gimana lagi Tum. Habis aku tidak bisa memenuhi kebutuhan kakangku. Tabunganku tidak bakalan cukup memenuhi permintaannya ". Jawab Gudel sambil mengunyah kimpul goreng. " Aku punya sedikit kang, pakai saja. Nanti mas - masanku tak jualnya " Tumi mengutarakan tawarannya. Gudel kaget. Tidak disangka Tumi akan membantunya. Gudel terdiam. Pikirannya melayang. Kenapa Tumi mau membantunya. Apakah Tumi telah menganggap dirinya pacarnya lantaran ia telah menggauli Tumi di hutan tempo hari. Gudel bingung. Yang ditawarkan Tumi sungguh diperlukan. Tetapi jika diterima dirinya akan berhutang budi dengan Tumi. Gudel tahu kalau Tumi menyukai dirinya. Pasti Tumi nantinya akan menuntutnya untuk terus bersamanya. Lantas bagaimana dengan Menik yang disukainya. Apakah dirinya akan melupakan Menik. Padahal Menik telah memberi sambutan. Kenyataannya Menik telah juga mau dicumbunya. Gudel bingung. Antara terdesak kebutuhan dan akibat yang akan dideritanya. Gudel ahkirnya mengambil keputusan menerima tawaran Tumi. Toh nanti ia akan bisa membayar hutangnya. Tumi tidak harus dipacarinya. " Bagaimana kang ? kang Gudel setuju ?" Tumi menegaskan. " Ya Tum terima kasih. Tetapi nampaknya tabungan kita tetap akan kurang ". Jawab Gudel lemah dan ragu - ragu. " Jangan kawatir kang, nanti aku carikan tambahannya. Kang Guno kan bisa diminta sabar. Kalau sebagian sudah diberikan, nanti yang lainnya menyusul. Saya kira kang Guno mau menerima ". Tumi cermah. Gudel terkesima oleh kebaikan Tumi. " Kalau kang Gudel sudah setuju, besuk temani aku ke kota untuk jual mas - masan, kang ". Tumi melanjutkan kalimatnya. " Lalu kekurangannya nanti gimana ya Tum kalau kang Guno minta ". Gudel mencari penegasan dari Tumi. Bingung juga Tumi menjawab pertanyaan ini. Karena Tumi sadar kalau yang dipunyai juga hanya mas - masan perhiasannya. Akan dirinya mencari utangan demi Gudel. Tumi tidak ambil pusing. Apapun akan dilakukan untuk pria yang disukainya ini. " Sudah itu tidak usah dibicarakan dulu. Mudah - mudahan nanti ada ". Jawab Tumi membesarkan hati Gudel. Gudel lega. Beban beratnya serasa hilang dan menjadi sangat ringan. Karena pikirannya tidak lagi berbeban Gudel menjadi senang. Rasa gembiranya membuat matanya menjadi ringan melihat punya  Tumi yang sengaja diperlihat. Sambil menyerutup wedang serbat dan mengunyah kimpul, mata gudel tidak lepas berganti - ganti melihat dada Tumi, selangkangan dan wajah Tumi yang dimatanya tampak lebih cantik dari biasanya. Tidak terasa mentimun Gudel menggeliat dan menyodok celana kombornya. Tumi tahu Gudel masuk ke jeratnya. Gudel terangsang. Tumi melihat celana bagian depan Gudel menggelembung tersodok mentimun Gudel yang mendongak. " Tu ... celana kang Gudel menggelembung. Pingin ya kang ?" Tumi nekat menggoda Gudel. Gudel berdiri dan melongok ke kiri ke kanan. Persawahan tampak sepi. 
Gudel tidak bisa tahan godaan Tumi. Tangan Tumi segara digamitnya dan ditariknya menuju gerumbul di tepi sawah. Direbahkan Tumi di atas rumputan dan segera dicumbunya. Mula - mula bibirnya yang dilahabnya. Tangannya terus menelusur ke lekuk - lekuk tubuh Tumi. Tumi sudah tak ingat apa - apa lagi yang ada hanya rasa menang dan nikmat di tubuhnya yang telah ditindih pria yang dicintainya. Ketika tangan Gudel mencoba memelorotkan celana dalamnya Tumi mengangkat - angkat pantatnya membantu agar celana dalam bisa cepat lepas dan tangan Tumi telah menggenggam mentimun Gudel yang telah sangat membesar. Setelah berhasil mencopot celana dalam Tumi, dengan sigap Gudel memelorotkan celana sendiri. Tumi Telah mengangkangkan pahanya lebar - lebar sampai - sampai belahan miliknya juga menjadi terbuka siap untuk disodok dan dihujami mentimun kekasihnya yang sangat kaku. Gudel yang sudah berada di atas Tumi dan sudah tidak lagi bercelana menempel - nempelkan mentimunnya di permukaan milik Tumi yang membasah. Gudel terus menyerang bibir, leher dan payudara Tumi berganti dengan mulutnya. Tumi hanya bisa meronta dan menggelinjang nikmat. Kemaluannya yang terus dengan sengaja oleh Gudel disentuh - sentuh mentimunnya membuat Tumi tidak tahan. " Kang ... masukkan ... kang...masukkan ... aku sudah dak tahan " Tetapi Gudel sengaja mempermainkan Tumi. Tumi yang sudah sangat tidak tahan kemaluannya agar segera ditusuk punya Gudel, memaju - majukan pantatnya. Tetapi kita pantat Tumi maju. Gudel memundurkan pantatnya. Tumi menjadi semakin kelabakan. Tidak kurang akal tangan Tumi segera meraih Pantat Gudel. Begitu Gudel menempelkan mentimunnya dibibir kemaluan Tumi, dengan kuat tangan Tumi menekan kebawah pantat Gudel. Tumi berhasil, mentimun Gudel melesak masuk di punyanya Tumi. " Auuuughhh.... " Tumi mendesah nikmat. Serasa kemaluannya dipenuhi benda hangat menekan kekiri kekanan dan menekan bagian kedalaman miliknya. Sebentar saja Tumi sudah tidak bisa membendung rasa nikmat puncaknya. Kedua kakinya dilingkarkan di pinggul Gudel dan pantatnya bergoyang - goyang mencari tambahan kenikmatan sambil menjerit - njerit tertahan : " Adduuuuh ...kang enak....ennaaaaakk.... kang..... aku....aaaaaugggghh.... !" Tumi terus menggelinjang. Sementara itu Gudel semakin memacu mentimunnya keluar masuk semakin cepat di kemaluan Tumi yang berkali - kali mencapai puncak. Mentimun Gudel yang terus menerus dicengkeram dan serasa disedot - sedot kemaluan Tumi ahkirnya juga tidak tahan. Gudel bersiap menyemprotkan cairan lelakinya. Tangan Gudel memeluk tubuh Tumi kuat. Mulutnya dibibir Tumi. Disodokannya mentimunnya di kedalaman kemaluan Tumi dengan kuat penuh tenaga dan seeeerrrrr ... ! mani gudel tertumpah di dalam kemaluan Tumi. Gudel menjerit tertahan. " Tuuuuum... !" Tumi yang merasakan kedalaman kemaluannya diguyur cairan kental hangat dan kleler - kleler kembali tidak kuasa membendung kenikmatannya. " Kaaaaaang .... !" Kakinya menendang - nendang dan menggosok - gosok rerumputan. Sampai - sampai rumput pada terlepas dari tanah. 

bersambung ................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar