Rabu, 19 September 2012


Cubung Wulung 

                                                                                             edohaput


Keduapuluhenam


Plencing dan Tobil berhasil menjumpai Yu Jumprit. Plencing dan Tobil tahu kalau jam - jam pagi seperti ini Pak Pedut, Kliwon dan Menik berada di sawah. Yu Jumprit tinggal sendirian di rumah. Kesempatan inilah yang oleh Tobil dan Plencing dimanfaatkan. 
" Tumben kamu berdua menemui aku. Ada apa ? Duduk di dapur saja ya, biar aku bisa nyambi ngliwet sama buat sayur ." Yu Jumprit menanggapi Tobil dan Plencing yang duduk di amben dapur. " Dak masalah yu, kalau di dapur kan malah dekat sama teh dan pacitan ta, yu ." Plencing mencoba mengajak yu Jumprit bercanda. " Ya nanti tak buatkan wedang jae saja, kebetulan ini ada sukun goreng, sebentar nanti dinikmati." Yu Jumprit menanggapi candanya Plencing. " Wah itu kesukaanku yu, sukunya dak usah digoreng, tapi didang saja trus ditaburi kelapa parut. " Tobil menimpali. " Ya memang tak buat seperti itu Bil, sukunya. Kang Pedut juga suka kalau sukunya didang sama dikrawu parutan kelapa." Yu Jumprit mengiyakan pernyataan Tobil. " Cepet yu sukunya, yu. Wah aku jadi ngiler." Plencing menambah candanya. " Ya... ini dah mateng. Kelapa parutnya juga sudah aku siapkan." Yu Jumprit menanggapi candanya Plencing. " Dah ngomong saja keperluan kalian apa, tak dengarkan sambil bekerja. Kalau aku duduk nanti apinya mati." Sambil tetap di dekat tungku api yu Jumprit minta Tobil dan Plencing ngomongkan keperluannya menemui dirinya. 
Dengan hati - hati dan dengan rangkaian kalimat yang berputar - putar serta berkali - kali mengucapakan kalimat permintaan maaf,  Tobil dan Plencing mengutarakan maksudnya menjumpai yu Jumprit. Sempat pula Tobil dan Plencing menyampaikan iming - iming berupa uang, perhiasan, bahkan hewan ternak seperti sapi, asal yu Jumprit mau memenuhi permintaan juragannya. Plencing dan Tobil percaya yu Jumprit akan tergiur oleh iming - iming yang akan diberikan juragannya. " Yu Jumprit tinggal bilang, minta berapa. Sepuluh ekor sapi dewasa ? Atau uang tunai, atau emas, yu. Juragan Gogor bahkan bilang setengah kilogram emaspun tidak keberatan, yu." Karena sudah sangat banyak kalimat yang disampaikan Tobil dan Plencing kepada yu Jumprit, mereka berdua lalu diam. Menunggu reaksi dan jawaban yu Jumprit. Yu Jumprit sejak sejak kedatangannya Tobil dan Plencing sibuk dengan pekarjaan, tetap menyibukan diri dengan pekerjaannya. Kembali pikiran dikacaukan keberadaan jimat. Kali ini lebih edan. Juragan Gogor mau menukar jimat itu dengan setengah kilogram emas. Pikiran yu jumprit menjadi sungguh kacau. " Ni wedang jahenya panas. Ni.... sukunya panas juga. Dah diminum dan dimakan. Dihabiskan saja tu masih ada banyak ." Yu Jumprit menyajikan wedang jahe dan sukun kepada Tobil dan Plencing. Tanpa menunggu untuk ditawarkan kedua kalinya Tobil dan Plencing langsung menyerutup wedang jahe dan menikmati sukun yang dikerawu parutan kepala muda. Setelah beberapa saat sehabis menikmati wedang jahe dan sukun Tobil dan Plencing yang menunggu reaksi jawaban yu Jumprit tidak segera memperoleh yang diharapkannya. " Gimana yu, ini kesempatan baik untuk yu Jumprit bisa jadi kaya. Relakan saja jimat itu untuk dimiliki juragan Gogor. Toh yu Jumprit dapat ganti setengah kilogram emas." Tobil mengulangi iming - imingnya. " Lha iya ta yu, malah nanti kalau yu Jumprit setuju aku mintakan tambahan ke juragan Gogor. Setengah kilogram emas aku janji yu, yu jumprit bisa ditambahi tiga ekor sapi. Gimana yu ?" Plencing menimpali iming - iming yang diutarakan Tobil. 
Yu Jumprit yang pikirannya menjadi tambah kacau mendengar iming - iming itu tetap diam. Dan tetap sibuk di depan tungku api. Mengapa dirinya tiba - tiba ditimpa masalah seperti ini. Yu Jumprit yang hanya orang biasa dan tidak pernah memiliki sesuatu yang berlebih, orang yang lugu, tidak pernah mempunyai keinginan - keinganan yang aneh, dan selalu hidup dengan kesederhanaannya sama sekali tidak tertarik oleh iming - iming yang ditawarkan juragan Gogor lewat mulut Tobil dan Plencing. Bagi dirinya untuk apa setengah kilogram emas. Bisa hidup membantu keluarga pak Pedut saja sudah bahagia. Kenapa harus aneh - aneh. Apalagi dirinya akan lebih baik tingkat hidupnya nanti kalau sudah benar - benar menjadi isteri pak Pedut. Iming - iming yang diucapkan Tobil dan Plencing hanya masuk ke telingan kanan dan segera keleuar lewat telinga kiri, tidak sempat mampir di alam pikirnya. Justru yang membuat pikirannya menjadi kacau adalah jimat peninggalan Nyi Ramang. Akankah jimat yang sangat bertuah di tangan Nyi Ramang ketika masih hidup itu akan menjadi rebutan orang ? Mengapa pula Juragan Gogor begitu ingin memiliki jimat itu. Telingan bahkan mendengar selentingan juga kalau ada juragan dari luar desa yang juga ingin memiliki jimat itu. 
" Gimana yu, dari tadi kok diam saja. Jawab yu. Juragan Gogor menunggu jawaban yu Jumprit. Emasnya sudah disiapkan lho, yu. Kalau yu Jumprit bilang ya, besuk aku bisa mengantarkan emas itu, yu." Tobil mengharap yu Jumprit mau segera menjawab. " Dak usah panjang - panjang memikir yu. Jawab saja ya,  yu Jumprit segera jadi kaya. Dan bisa segera hidup enak." Plencing menyemangati yu Jumprit. Yu Jumprit yang sudah mulai capai mendengarkan omongan - omongannya Tobil dan Plencing segera duduk di amben. Ditatapnya berganti - ganti mata Tobil dan Plencing dengan sorot mata marah. " Katakan sama juraganmu, kalau Jumprit ini tidak ingin kekayaan. Tidak ingin emas. Tidak ingin jadi orang kaya. Jumprit ini ingin jadi orang biasa tetapi hidupnya tenang, damai dan tenteram tidak banyak masalah ! Dah itu jawabanku ! Sampaikan ke juraganmu !" Dengan nada marah yu Jumprit menyampaikan kalimat ini. Tobil dan Plencing sangat kaget mendengar jawaban yu Jumprit, apalagi diucapkan dengan nada marah. Semula Tobil dan Plencing sangat percaya diri kalau yu Jumprit akan tergiur oleh iming - imingnya. Dan segera memberikan jawaban setuju. Ternyata yang keluar dari mulut yu Jumprit sangat bertolak belakang dengan apa yang diangan - angankannya. Hati Tobil dan Plencing menjadi ciut melihat yu Jumprit marah. Tetapi dasar Plencing yang memang suka ngeyel sampai disitu ia belum puas. " Yu .... kesempatan seperti ini tidak datang dua kali, yu. Kenapa yu Jumprit menyia - nyiakannya. " Plencing dengan takut - takut menyempaikan kalimat ini. Harapannya kalimatnya akan menjadi bahan pemikiran ulang bagi yu Jumprit. " Dengar ya Tobil dan Plencing ! Kesempatan seperti ini seratus kali datangpun tidak akan aku ambil. Sudah itu jawabanku. Dan kalian boleh pergi. Dan jangan datang lagi menemui Jumprit ini untuk urusan yang sama !" Sambil mengucapkan kalimat ini yu Jumprit berdiri dan tangannya menunjuk ke arah pintu dapur yang memberi isyarat agar Tobil dan Plencing segera meninggalkannya lewat pintu itu.
Tobil dan PLencingpun segera beranjak dari amben dan berdiri. " Ya sudah yu, maaf aku tak pulang dulu. Siapa tahu yu Jumprit besuk berubah pikiran. " Plencing masih nekat ngomong. " Dak sekarang, dak besuk, dak lusa. Jangan berharap !" Yu Jumprit setengah membentak dan segera memunggungi Tobil dan Plencing yang menuju pintu dapur untuk keluar dari dapur dan meninggalkan yu Jumprit. 
Dalam hati yu Jumprit tertawa terbahak. Ternyata dirinya yang hanya   pembantu rumah tangga bisa juga membuat ciut hati orang. Dan berani dengan keras menampik keinginan seorang juragan yang amat kaya dan amat berpengaruh. Jika bukan karena keberadaan jimat itu pasti dirinya tidak akan bisa berbuat seperti itu.
Menik datang dari sawah. " Minum yu ! Mana sukunnya ?" Menik menuju sumur untuk membersihkan kakinya. Ditariknya kain yang menutupi bagian bawahnya tinggi - tinggi agar tidak kena guyuran air. Jika disitu ada laki - laki pasti akan segera menelan ludah melihat paha Menik yang bersih panjang dan padat. Dan ketika Menik mengguyurkan air sambil membungkuk, pantatnya yang gempal dengan belahan yang tampak bersih terlihat juga di mata yu Jumprit.  Dan Yu Jumprit hanya bisa berguman lirih : " Kecantikanmu sempurna ndhuk, beruntung pria yang nanti memilikimu." Yu Jumprit lalu segera tergopoh - gopoh mengambilkan minum dan menyediakan sukun untuk Menik. 

bersambung .....................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar