Selasa, 11 September 2012


Cubung Wulung

                                                                                            edohaput


Keduapuluh

Menjelang matahari merekah di ufuk timur, dan udara masih sangat dirasakan dinginnya, mbok Semi terjaga dari lelapnya. Didapatinya dirinya masih telanjang. Hanya kain selimut yang menempel menutupi tubuhnya. Mbok Semi meraba payudaranya. Kembali jatuh dan kisut. Dirabanya pula pahanya. Kulitnya keriput dan dagingnya tiada gempal. Mbok Semi tidak habis pikir. Kenapa tadi malam suluruh tubuhnya kembali menjadi muda. Mengapa sekarang kembali lagi tubuhnya seperti semula. Kulit mengeriput, kasar, dan otot - ototnya menonjol. Lalu apa yang terjadi malam tadi. Malam yang begitu membuatnya sangat nikmat. Malam yang dirasakan seolah dirinya seperti gadis belia. Lalu siapakah yang tadi malam menyetubuhinya dengan penuh birahi itu. Pak Blengur ? Lalu mengapa dirinya melihat yang memeluknya dan membuat dirinya nikmat luar biasa adalah pemuda tampan yang sangat perkasa ? Tiba - tiba terbersit rasa rindu kepada pemuda perkasa yang tadi malam membuatnya melayang - layang. Aku tidak bermimpi. Tadi malam sungguh nyata. Mbok Semi lalu meraba selangkangannya. Disana masih tertinggal lelehan mani yang membasahi bibir kemaluannya. Ini nyata. Bukan mimpi. Kerinduan mbok Semi kepada pemuda tampan di tubuh pak Blengur menjadi - jadi. 

Menjelang siang kembali dusun geger. Dari arah persawahan terdengar ada suara perempuan berterik - teriak minta tolong. Teriakan minta tolong  sangat keras sampai - sampai menimbulkan gema di tebing hutan.  Warga yang kebetulan lagi ada di sawah kaget dan mencoba mencari tahu ada apa gerangan. Mereka pada menghentikan pekerjaannya dan melongok - longok ke arah sumber suara. Tingginya tanaman jagung menghalangi padangan mereka. Ada beberapa orang yang mencoba memanjat pohon turi agar bisa melihat kearah sumber teriakan. Betapa kagetnya mereka dengan apa yang disaksikannya. Parinten sedang dikejar - kejar pak Blengur. Parinten berlari di pematang sawah dan pak Blengur ada di belakangnya. Parinten gadis perawan sebaya Menik, Tumi, Sarinti, Damini, Ramini dan lain - lainnya. Parinten termasuk perawan kembang desa. Banyak perjaka menyukai Parinten karena kecantikannya dan sifat suka manjanya. Parinten terus berlari, tetapi langkah lari pak Blengur tanpak lebih cepat dan lebih gesit. Gontai lari Parinten dan ahkirnya terjerembab. Parinten segera ditubruk pak Blengur. Pak Blengur yang hanya mengenakan celana kolor tanpa baju segera menelantangkan Parinten di antara tanaman jagung. Dengan kasar pak Blengur merobek kain yang dikenakan Parinten di bagian dada, sehingga buah dada parinten yang besar menyembul keluar. Sementara tubuhnya menindih tubuh Parinten, pak Blengur kesetanan meremas - remas dan menciumi buah dada Parinten. Parinten yang kelelahan dan napasnya tersengal - sengal hanya bisa meronta - ronta tanpa tenaga. Pak Blengur semakin kesetanan. Dirobeknya kain bagian bawah yang dikenakan Parinten. Paha putih Parinten terbuka dan celana dalamnya yang warna merah menyala ditarik - tarik pak Blengur. Orang - orang yang sudah pada sampai di lokasi dimana Parinten sedang diperdaya pak Blengur sejenak pada tertegun. Tidak segera tahu apa yang harus segera diperbuat. Mereka takut karena tergeletak di dekat pak Blengur gobang yang tampak sangat tajam. Gobang adalah pisau besar yang sering digunakan untuk merajang tembakau. Orang - orang segera mengepung pak Blengur yang terus tiada henti berusaha memelorotkan celana dalam Parinten. Sementara itu Parinten terus mencoba mempertahankan agar celana dalamnya tidak berhasil dipelorotkan pak Blengur. " Sadar kang Blengur.... ! ....Sadar....!" Orang - orang mencoba mengingatkan pak Blengur. " Lik Blengur .....eling....lik....eling ...jangan seperti itu !" Orang - orang tidak berani mendekat. Mereka tetap mengambil jarak. Beberapa orang mencoba menimpuk punggung pak Blengur dengan bongkahan tanah. Warga yang datang mengepung semakin banyak. Tidak ketinggalan para pemuda mereka bersiaga untuk segera menangkap pak Blengur. Merasa punggungnya ditimpuk bongkahan tanah, pak Blengur marah. Pak Blengur menghentikan kegiatannya memperdaya Parinten. Tangannya mengambil gobang dan mengacungkan ke arah warga yang mengepung. " Ayo .... siapa.... berani melawan aku ... akan aku cincang - cincang sampai jadi debu ... ayo ... sapa ?!" Orang surut mundur untuk mengambil jarak semakin menjauh. Parinten yang lepas dari perdayaan pak Blengur segera bangkit dan lari berlindung di kerumunan warga yang mengepung pak Blengur. Parinten hanya bisa menangis sambil membetulkan kainnya yang telah disana - sini robek - robek. 
Warga melihat mata pak Blengur merah melotot. Lidahnya dijulur - julurkan dari mulut. Pak Blengur menari - nari dan melantunkan tembang yang tidak bernada dan bersyair runtut. Sambil terus mengayun - ayunkan gobangnya. Orang - orang yang didekati pak Blengur surut mundur. Sementara yang tidak didekati mencoba maju. Orang - orang telah sepakat meringkus pak Blengur. Gerakan - gerakan pak Blengur semakin menjadi - jadi. berbagai jurus pencak silat diperagakan. " Ayo sapa berani..... ayo ....maju.....akan kubabat lehernya. Ayo.... sapa .... !" Ngeri campur takut warga menyaksikan ulah pak Blengur. " Aku minta sesaji lagi .... ha....ha....ha.... sesaji .... aku ..minta sejaji.... ha...ha....ha.... !" Pak Blengur menggeram - geram. " Sejaji apa lagi Lik .... !" Teriak Gudel. " Ha.....ha....ha.....aku minta .....ha....ha....ha.... Menik ... Menik.....aku minta .... Menik nanti malam diantar ke keburan..... ha..ha....ha.... aku... ha...ha...ha.... aku .... akan menyetubuhi Menik.... ha....ha....ha... perawan ...Menik....Menik.... Meniiiiiiiikkk ....ha.... ha....ha...! Aku ingin perawan Menik ! ha...ha...ha... pasti sangat enak...ha...ha...ha.... he....dengarkan !  aku ingin Menik ....Menik yang cantik...Menik yang pantatnya.....ha....ha....ha... Kalau nanti malam kalian tidak membawa Menik ke kuburan .....ha...ha...ha.... kalian akan kubunuh ...semuanya....semuanya....ha....ha....ha.....!" Warga hanya bisa saling pandang dan saling bertanya. Menik diinginkan pak Blengur yang kesurupan. 
Melihat pak Blengur sudah sangat membahayakan, Gudel bersama dengan para pemuda yang lain berniat meringkus pak Blengur. Pak Blengur harus dipasung. Dengan dipimpin Gudel para pemuda surut mundur dari mengepung pak Blengur, kemudian bergerombol merencanakan menangkap pak Blengur. 
Pak Blengur yang kesehariannya lugu, sederhana, dan selalu menghormati siapa saja, menjadi pak Blengur yang tampak kuat, perkasa, dan menakutkan. Warga hanya bisa menduga - duga setan apa merasuki tubuh pak Blengur. Ketika Nyi Ramang masih ada, orang kesurupan bukan merupakan masalah. Dengan sekali semprotan ludah Nyi Ramang, setan yang merasuk di tubuh orang segera lepas dan tidak berani lagi mengganggu. 
Beberapa perempuan datang membawa nasi tumpeng dan ingkung ayam. Para lelaki segera meletakka nasi tumpeng dan ingkung ayam di pematang. " Kang Blengur ! Makan dulu kang !" Teriak salah satu warga sambil menunjuk - nunjuk sesaji yang diletakkan di pematang sawah. Pak Blengur berhenti berjingkrak - jingkrak dan memelototi nasi tumpeng. " Minggir kalian aku akan makan....ha....ha...ha.... !" Seperti raksasa yang sedang berjalan pak Blengur mendekati nasi Tumpung. Warga yang mengepung surut mundur. Pak Blengur mulai makan. Cara makan pak Blengur terlihat sangat rakus dan bagai orang yang sudah sangat kelaparan. Sampai - sampai pipi dan hampir seluruh mukanya gobres nasi. Sehabis makan dan mengokop air kembang di panci pak Blengur ambruk. Tidak lama kemudian dengkuran kerasnya terdengar. Pak Blengur tertidur. Gudel bersama para pemuda melancarkan aksinya dengan hati - hati. Didekatinya tubuh pak Blengur. Gobang yang sudah tidak lagi dipegang tangan pak Blengur segera diambil. Dengan cepat pak blengur diringkus, diikat dengan tali yang biasanya untuk mengikat kerbau galak.  tangan dan lehernya dipasung. Pak Blengur masih tetap mendengkur. Warga beramai - ramai menggotong tubuh pak Blengur ke dusun. Mereka bermaksud membawa ke rumah pak Pedut. Sebagai pewarisnya Nyi Ramang pak Pedut harus mau menyembuhkan pak Blengur dari kesurupannya. 
Sesampai di halaman rumah pak Pedut, pak Blengur terjaga dari tidurnya. Ia mengamuk dan marah - marah. Tetapi Gudel dan para pemuda kuat - kuat mencengkeram pak Blengur. Pak Blengur yang sudah terpasung dan kaki tangannya telah kuat ditali hanya bisa meronta - ronta. Pak Pedut yang berdiri di teras rumah menyaksikan apa yang sedang terjadi di halaman rumahnya hanya bisa kebingungan. Pikirannya melayang ke mboknya. Nyi Ramang. Sendainya mboknya masih ada. Ini bukan masalah besar. " Sudah saatnya kang Pedut ! Sudah saatnya ! Ayo Kang keluarkan jimat itu dan sembuhkan kang Blengur !" Warga terus meneriaki pak Pedut agar segera berbuat. " Iya kang kenapa eman - eman ! Ayo kang Kang Blengur ini sudah sangat membahayakan !" Teriak yang lain. " Kenapa kang Pedut kejam terhadap kami, kang ! Mengapa kang Pedut tidak mau berbuat seperti Nyi Ramang ! Padahal kang Pedut ta yang diwarisi jimat itu ? Ayo kang jangan kejam !" Teriak seorang perempuan sambil menangis. 
Pak Pedut berdiri terpaku. Berat sekali rasa yang disandangnya. Warga telah menuduhnya menjual jimat peninggal Nyi Ramang. Warga telah mengisukan ia memperkaya diri dengan menjual jimat itu. Kini warga datang membawa pak Blengur yang kesurupan. Pak Pedut tidak bisa bersuara. Pikirannya sangat kacau. 
Pak Blengur mulai mengoceh. " Menik .....Menik..... aku minta Menik ....aku ingin meniduri Menik .... bawa ...Menik nanti malam ke kuburan .... ha....ha....ha....! Hai .... pak Pedut ....aku ingin Menik anakmu nanti malam melayaniku ....ha....ha....ha.....!" Suara pak Blengur besar parau dan mulai serak - serak karena sejak tadi terus berteriak. " Menik ....aku ingin perawanmu..... ha....ha....ha.... !" Pak Blengur terus meronta. Tetapi karena pasungan, tali yang mengikatnya, dan para pemuda yang pada memeganginya maka pak rontaan pak Blengur tidak berarti. " Menik .....Menik.....Meniiiiiiikkk .....dimana kamu .... aku ingin melihat wajahmu ....Menik.......!" Pak Blengur terus berteriak.

Menik tidak berani keluar rumah. Ia gelisah di dapur bersama yu Jumprit. Sebentar duduk, sebenatar berdiri. Menik sangat kebingungan. Pikirannya melayang ke neneknya. Nyi Ramang. Kalau masih ada neneknya ia tidak akan segelisah ini. Ia bisa berlindung kepada neneknya. Menik mulai menangis. Yu Jumprit hanya bisa duduk dan ketakutan sambil memandangi Menik dan mulutnya terkunci. Tiba - tiba dari wajah kebingungannya, kegelisahannya, dan ketakutannya wajah Menik berubah menjadi memerah marah. Menik menjadi geram. Rasanya Menik ingin keluar dari dapur dan menghabisi pak Blengur dengan pisau dapur. Menik sangat marah. Ia merasa dilecehkan. Dirinya hanya akan dijadikan sesaji dan tubuh perawannya akan dinikmati pak Blengur. Menik sangat marah dan merasa sangat terhina. Setan apa menghinggapi pak Blengur. " Yu tolong ambilkan air segayung. Dan sediakan ember. Bawa kesini !" Perintah Menik kepada yu Jumprit dengan nada marah. Yu Jumprit bergegas menyediakan yang diminta Menik. Menik segera berdiri mengakang di atas ember. Kemudian yang dilakukan Menik mengguyur - guyurkan air di selangkangannya sambil pula menggosok - gosok selangkangannya seperti orang sedang cebok. Air yang dipakai mengguyur selangkangannya terkucur ke dalam ember yang dikangkanginya. " Guyurkan air ini di kepala pak Blengur, yu !" Perintah Menik masih dengan nada marah. Yu Jumprit yang diperintah malah melongo. " Cepat yu, tunggu apa !" Menik membentak yu Jumprit. Melihat mata merah Menik yang melotot dan wajahnya menjadi semakin cantik namun seram yu Jumprit takut. Segera diambil ember di antara kaki Menik yang masih kangkang, Yu jumprit bergegas keluar dari dapur menuju kerumunan orang di halaman rumah. Yu Jumprit segera mendekati pak Blengur yang sedang terus meronta sambil menyebut - nyebut nama Menik. Orang - orang hanya bisa melongo melihat yu Jumprit mendekati pak Blengur. Tapa ba tanpa bi tanpa bu tanpa ba bi bu yu jumprit langsung mengguyurkan air dalam ember ke wajah pak Blengur. Pak Blengur menjerit keras " Matiiiiii akuuuu !" Sebentar tubuhnya meronta. Dan tak lama kemudian roboh. Lemas lunglai. Pak Blengur ambruk terlentang dengan mata terpejam tiada daya.

bersambung ........................ 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar