Selasa, 11 September 2012

   
Cubung Wulung

                                                                                               edohaput

Keduapuluhsatu

Sore menjelang matahari tergelincir ke arah barat, angin semilir menggoyangkan pucuk - pucuk cemara dan menebarkan wanginya kembang - kembang yang mekar di semak belukar, para perempuan di kedung ramai membicarakan yu Jumprit yang bisa menyembuhkan pak Blengur dari kesurupannya. Para perempuan termasuk para perawannya, tidak ketinggalan Tumi, Parinten, Sarinti, dan yang lainnya menceburkan tubuh telanjangnya di kedung. Dari mulut mereka tidak henti - hentinya membicarakan yu Jumprit. Yu Jumprit menjadi topik pembicaraan hangat. Sepeninggal Nyi Ramang ternyata yu Jumpritlah menjadi sakti. Mereka mulai menduga - duga kalau yu Jumpritlah yang telah mewarisi jimat Nyi Ramang. Sabil menyambuni payudaranya yang ranum Parinten ikut juga berceloteh : " Ini ... pentilku masih terasa sakit sampai sekarang diremas pak Blengur. Untung orang - orang segera datang, kalau tidak apa jadinya aku !" Parinten berkata begitu seperti orang memberi pengumuman. Tumi menimpali dengan guruan disertai dengan gaya centilnya. " Tapi enak kan .. pentilmu diremas - remas !" Yang ada di kedung ramai pada tertawa. Suana menjadi meriah. Seperti hari - hari biasanya kedung tempat para perempuan ngerumpi, bercengkerama, dan bergembira menghilangkang kepenatan kerja di sawah sambil mandi selalu ramai dengan ocehan - ocehan ringan. Para perempuan saling menggosok punggung, saling menyabuni. Tidak jarang pula ada yang nakal iseng. Mereka saling meraba buah dada dan yang ada di selangkangan. Dan mereka kalau sudah begitu hanya bisa meringis dan cekikikan. Tiba - tiba orang jadi menghentikan pembicaraannya tentang yu Jumprit ketika mereka melihat Menik datang. Tanpa menoleh kekiri kekanan Menik langsung menceburkan tubuhnya di kedung dengan tanpa melepas kaiannya. Melihat Menik sudah menceburkan tubuhnya di air, Tumi segera seperti biasanya menggoda Menik yang mencebur ke air tanpa mau telanjang seperti perempuan - perempuan yang lain. " Sekali - sekali telanjang Nik. Malu kelihatan pepekmu, ya ! Kita kan sama - sama perempuan !" Tumi berenang mendekati Menik. Dan Langsung memeluk Menik dan meremas - remas payu dara Menik yang tetap tertutup kain. " Ah ...sudah.... sudah.... aku mau sabunan !" Menik melapaskan diri dari godaan Tumi. Tumi naik dari air dan segera menyabuni tubuhnya. 
Para perempuan terutama perawan - perawan sebaya Menik pada heran. Mengapa Menik tidak mau mandi telanjang. Padahal tak satu perempuanpun yang tidak menelanjangi diri di kedung. Dulu Menik juga selalu mandi telanjang di kedung. Tetapi kenapa sekarang tidak mau. Menik tidak mau telanjang di kedungpun ahkirnya menjadi topik pembicaraan hangat. Mengapa Menik tidak seperti perawan yang lainnya. Apakah ada sesuatu di pepek Menik, sehingga malu pepeknya dilihat sesama perempuan. Apakah mungkin Menik sedang mengajari teman - temannya agar kalau mandi tidak telanjang ? atau mungkin Menik malu pepeknya dilihat orang karena ada keanehan di pepeknya ? Orang hanya bisa menduga duga. Dan menncoba mencari alsan yang masuk akal mengapa Menik tidak mau mandi telanjang di kedung. Teman - teman Menik tidak menganggap Menik istimewa. Tetapi malah menganggap  Menik sebagai perempuan yang aneh. Berbeda dengan yang lainnya.  Menik tidak ambil pusing terhadap gunjingan. Pokoknya ia tidak mau mandi telanjang di kedung. 
Melihat sabahatnya naik dari air untuk sabunan Tumi juga segara naik. Tumi yang telanjang nekat saja terus berdiri di hadapan Menik yang sedang menyabuni tubuhnya. Melihat Tumi nekat Menikpun lalu nakal. Dengan sigap punya Tumi disodok pakai sabun. " Ih.... nakal....!" Teriak Tumi sambil merapatkan pahanya. Tumi merebut sabun Menik dan segera untuk menyabuni tubuhnya sendiri. " Sabunmu wangi amat, Nik ! Beli dimana ?" Tumi menggoda Menik. Yang digoda diam saja dan terus merogoh payu dara dan menggosok - gosoknya sendiri. Habis sabunan Tumi mendorong tubuh Menik sehingga kecubur lagi di kedung. Tumi segera terjun ke air juga dan memeluk tubuh Menik sambil mencoba merogoh - rogoh selangkang Menik. " Jangan Tum ... Jangan Tum.... Jangan...!" Menik Mencoba menghindar, tetapi Tumi terus nekat. Menik tahu kalau Tumi sudah begitu pasti ingin dibalasnya. Kalau belum dibalas pasti Tumi terus akan menggodanya. Maka Menik segera berbalik menyerang selangkang Tumi. Dan sempat jari Menik menerobos ke milik Tumi. " Edan ....edan.....kamu edan... !" Teriak Tumi sambil meringis enak dan menjauh dari Menik. Dari pinggira edung Sarinti yang sedang mengeringkan tubuh dengan handuk ikut juga menggoda Tumi " Hayo .... sama - sama perempuan kok saling raba .... enak ya Tum !" Yang digoda begitu malah ngakak tertawa. Parinten yang berdiri di samping Sarinti mendorong punggung Sarinti : " Sana ikut raba - rabaan !" Parinten ngakak. Sarinti bersama handuknya tercebur lagi di kedung. Tumi tidak melewatkan kesempatan. Dikejarnya Sarinti dan segera didekapnya dari belakang. Punggung sarinti merasakan hangatnya tonjolan daging empuk punya Tumi. Tumi tanpa ampun langsung meluncurkan tangannya ke arah selangkangan Sarinti. Dan langsung nekat mengobok - obok punya Sarinti. " edan.....aduh...edaaaaan.... aaaahhh... Tum... jangan edan....kamu...ah....aduh.... !" Sarinti meronta tapi malah ingin terus. Sarinti yang dibuat begitu ingin membalas. Sarinti membalikkan badannya dan berhadapan dengan Tumi. Tumi tetep terus memeluk Sarinti. Payu dara mereka jadi saling bentur dan saling menempel. Sarinti merasakan geli, hangat nikmat. Tumi yang menerima balasan pepeknya juga diraba dan ditekan - tekan tangan Sarinti malah mencoba mengangkang agar jari sarinti leluasa mengilik. " Edan juga kamu ....Sar...... iiiiihhhh ....edan.... aaduh...jangan ...Sar...edaaaaaaaannnn...aaaahhh !" Tumi pura - pura menolak tetapi terus menyediakan miliknya untuk dikilik Sarinti. Mereka sesaat tenggelam di air kedung, dan ketika muncul kembali wajah - wajah mereka tampak memerah dan napas mereka memburu. Dari pinggir kedung, Parinten, Damini, Riyem dan lainnya tertawa ngakak. Begitu juga Tumi dan Sarinti juga ikut ngakak. Sementara Menik cuma senyum - senyum. " Dah diteruskan besuk enaknya !" Teriak Damini. Yang disambut dengan lagi - lagi ngakak oleh siisi kedung. Suasana kedung jadi semarak.

bersambung ......................





Tidak ada komentar:

Posting Komentar