Kamis, 13 September 2012

Cubung Wulung 

                                                                                                         edohaput


Keduapuluhdua

Juragan Gogor mengalihkan perhatiannya ke yu Jumprit. Juragan Gogor percaya kalau yang mewarisi jimat Nyi Ramang yang berujud batu akik kecubung wulung itu adalah yu Jumprit. Dibuktikan dengan telah berhasilnya yu Jumprit menyembuhkan pak Blengur dari kesurupannya. Juragan Gogor akan mendekati Yu Jumprit, agar yu Jumprit mau menukar jimat itu dengan uang. Ia akan menyediakan uang berapapun yang diminta yu Jumprit. Juragan Gogor yang semula juga termakan isu kalau jimat itu telah dijual oleh pak Pedut kepada seorang juragan kaya kini tidak lagi lagi percaya dengan rumor itu. Apa yang disangkakan warga kalau pak Pedut telah kejam kepada warga dengan menjual jimat warisan Nyi Ramang tidak terbukti. Karena ternyata jimat itu masih ada dan diwarisi oleh yu Jumprit. " Cing dan kamu Tobil segera cari cara. Dekati yu Jumprit. Segera tawarkan uang sebanyak - banyaknya. Jimat itu harus segera bisa beralih ke tanganku !" Juragan Gogor sambil memelototi kedua pembantu setianya. " Siap juragan !" Jawab Plencing dan Tobil serempak. " Jangan terlalu lama jimat itu di tangan yu Jumprit. Sebab nanti kalau lama - lama di tangan yu Jumprit, dan semakin banyak orang datang ke yu Jumprit untuk minta ditolong, akan lebih sulit jimat itu lepas dari tangan yu Jumprit " Juragan Gogor ceramah. " Siap juragan kami mengerti " Jawab Tobil dengan manggut - manggutkan kepala. Plencing juga ikut manggut - manggut. " Lalu bagaimana dengan Tumi, Juragan ?" Tobil mengingatkan juragannya tentang Tumi. " Bodoh amat kalian ini. Kalian kan bisa sambil menyelam minum air. Sambil mendekati yu Jumprit. Sambil pula kamu dekati Tumi. Sebenarnya aku sudah sangat ingin meniduri Tumi. Dah dua pekerjaan ini harus segera kamu lakukan. Jimat itu segera didapat, dan aku juga harus segera bisa bersama Tumi !" Juragan Gogor semangat sambil merogoh saku dan melempar lembaran - lembaran uang di atas meja. Tobil dan Plencing berebut memunguti lembaran uang yang terserak di meja. 

Tobil dan Plencing segera mengatur strategi untuk bertemu dangan yu Jumprit dan Tumi sambil menikmati wedang serbat dan goreng tempe di kedainya mbok Semi. " Mana kang yang lebih dulu kita temui. Yu Jumprit apa Tumi ?" Plencing usul. " Yu Jumprit dulu saja, cing. Yu Jumprit lebih penting " Jawab Tobil mantap. " Kalau menurut aku tidak kang. Kita ke Tumi dulu. Kalau nanti kita bisa merayu Tumi pasti juragan kita akan sangat senang. Dan juragan kita akan terlena. Mungkin lalu lupa dengan jimat. Dengan itu kita bisa punya waktu untuk merayu yu Jumprit. Yu Jumprit pasti tidak gampang di ajak bicara lho, kang " Kilah Plencing masuk akal. " Aku setuju Cing, lalu kapan ? " Tobil menyerutup wedang serbat yang panas. " Ya nanti malam saja ta kang. Kelihatannya Tumi sedang senggang kok. Kemarin aku lihat Tumi cuma duduk - duduk saja di rumah. Ia sekarang sedang jarang pergi  ke sawah karena lahannya baru di cangkuli untuk tanam kubis " Plencing memeberi penjelasan pada Tobil. " Kok bicaranya bisik - bisik to Cing dan kamu tobil, rahasia ya ? " Sapa mbok Semi menggoda pelanggan yang setiap hari pasti datang ini. " Hus..... dak ada rahasia rahasiaan, mbok ! Dan berapa aku pisang empat, kamu berapa kang tempe dan pisangnya ". Plencing mengansurkan lembaran uang ke mbok Semi. " Yang kecilan saja Cing, mosok uangnya gedi banget ." Mbok semi menerima pecahan uang yang jarang diterimanya. " Ambil saja kembaliannya, mbok. besuk kalau kesini kan tidak perlu bayar !" Plencing dengan sombongnya lalu bergegas meninggalkan kedai dan mbok Semi yang melongo.

Udara malam terasa hangat karena mendung menggelayut di atas gunung. Karena malam baru saja tiba dan udara tidak dingin, Tumi duduk - duduk di lincak bambu yang ada di teras rumah. Di bawah lampu yang menyala tidak terlalu terang Tumi menikmati cemilan. Harapannya Gudel lewat di depan rumah. Atau mungkin Gudel akan sengaja datang mengunjunginya. Yang muncul beberapa saat kemudian bukan Gudel. Melainkan Tobil dan Plencing. Yang langkah - langkahnya nampak gagah. " Lagi apa Tum. Kok berada di luar ?" Sapa Tobil. Dasar Tumi maka jawabannyapun seenaknya. " Ya lagi nunggu sampean - sampean itu, kang. Endak ...kang di dalam rumah gerah. Etung ..etung ... di luar, siapa tahu ada perjaka lewat, kan bisa diajak, anget - anget ta kang ." Tumi tertawa lepas. " Lha saya dan kang Tobil ini kan juga perjaka ta Tum. Yo anget - angetan !" Plencing menggoda Tumi sambil tertawa juga. " Ah kang Tobil dan kan Plencing kan perjaka tua. Kenapa ta kang Tobil sama kang Plencing ini kok tidak berani nikahan ?" Tobil dan Plencing mendapat jawaban dari Tumi yang membuat mereka tersipu malu. Tobil dan Plencing memang perjaka yang sudah kelewat umur. Disebabkan pengabdian totalnya kepada juragan Gogor membuat Tobil dan Plencing kurang memperhatikan dirinya sendiri. " Jangan - jangan kang Tobil dan kang Plencing ini banci ya ?" Tumi semakin menghantam Tobil dan Plencing sambil ngakak. Tobil dan Plencing semakin tersipu. Untung saja Plencing bisa menanggapi kalimat Tumi : " Lho aku sama kang Tobil ini kalau belum ada wanita yang kayak bidadari, dak niat Tum.. " Plencing menyombongkan diri. Mendengar Plencing sombong Tumi semakin menghatam : " Ya karena tidak ada perawan yang mau saja ta kang ." Lagi - lagi Tumi tertawa lepas. Tobil dan Plencing tidak lagi punya kalimat untuk menanggapi ledekan Tumi. Maka Tobil dan Plencing hanya mengikuti Tumi tertawa. " Ada apa kang kok menghampiri aku ?" Tumi serius. " Ah endak Tum ... cuma mampir saja. Kebetulan kamu berada di luar rumah. Sapa tahu nanti dapat teh panas ." Jawab Tobil bohong. " Ah ....yang bener . Kalau memang ada maksud katakan saja kang. Tumben lho kang Tobil dan kang Plencing ini walau cuma mampir ." Tumi mendesak Tobil dan Plencing. Tobil dan Plencing jadi kelimpungan. Apa yang harus dikatakan selanjutnya. Ahkirnya tanpa basa - basi lagi Plencing terus terang : " Yang bener gini Tum. Aku dan kang Tobil kesini ini disuruh juragan Gogor. Juragan Gogor ingin ketemu sama kamu. Juragan Gogor mau minta pendapatmu. Isteri keduanya minta dibelikan liotin berlian. Tapi isterinya tidak mau diajak ke kota. Juragan Gogor bingung. Seperti apa berlian yang disukai wanita itu. Jadi Juragan Gogor mau minta pendapatmu. Kerana juragan Gogor tahu lho Tum kalau kamu suka pinter milih - milih perhiasan ." Plencing mengeluarkan jurus merayunya. Tobil menimpali dengan kalimat yang tak kalah jitunya : " Bener Tum. Aku juga heran. Mengapa kamu yang dipilih juragan Gogor untuk diminta pendapatnya. Itu berarti di mata juragan Gogor kamu itu orang hebat, Tum. Iya kan ?" Tumi hanya bisa mengerinyitkan dahi. Tumi merasa tersanjung. " Ah kang Tobil dan kang Plencing ini ada - ada saja ." Tumi agak tersipu malu. " Juragan Gogor itu orang terpandang. Kaya raya. Mengapa aku ta kang ?" Tumi ragu. " lha itu Tum. Tandanya Juragan Gogor sangat menghargai kamu . " Plencing menambah rayuannya. Tumi merasa bangga. Juragan Gogor menghargainya. Siapa warga tak bangga bila diajak bicara juragan kaya. Bahkan kini dirinya akan diminta pendapatnya. Tumi tiba - tiba merasa dirinya menjadi orang yang begitu penting. " Lalu kapan kang Juragan Gogor mau ketemu aku ?" Tannya Tumi serius. Hati Tobil dan Plencing berjingkrak. Tumi telah kena rayuan dan jeratannya. " Ya sebaiknya segera Tum. Nanti aku kabari. Aku mau sampaikan dulu ke juragan Gogor kalau kamu bersedia. Nanti Juragan Gogor pasti ingin segera. Karena isteri keduanya dah rewel terus segera minta dibelikan berlian ." Plencing bohong. " Oh iya Tum. Kemarin lusa Gudel datang ke rumah Juragan Gogor mau pinjam uang. Katanya mau digunakan untuk nutup sawahnya yang mau dijual bapaknya." Mendengar penuturan Plencing yang ini Tumi sangat kaget. Bukankah semua perhiasan emasnya telah dipinjamkan kepada Gudel. Apa ternyata masih kurang ? Kenapa Gudel tidak membicarakan dengannya ? Tumi Gundah. Tumi galau. Perasaan bangganya akan diminta pendapatnya oleh juragan Gogor tentang berlian, tertindih oleh perasaan kacaunya memikirkan Gudel. 
Tobil dan Plencing sekilas memperhatikan wajah Tumi yang tiba - tiba jadi muram. Tobil dan Plencing juga sudah mendengar selentingan kalau Tumi menyukai Gudel. Bahkan Tobil dan Plencing juga mengetahui kalau Tumi dan Gudel pernah ke hutan berdua. Maka Tobil dan Plencingpun mengabari Tumi tentang Gudel yang datang ke Juragan Gogor mau pinjan uang. Melihat wajah Tumi jadi muram Plencing dan Tobil menyesal mengapa mengatakan itu. Dari pada melihat wajah Tumi yang muram dan takut Tumi akan berubah pikiran, maka Plencing dan Tobil segera berpamitan. " Ya dah Tum aku pulang dulu. besuk segera aku kabari kapan kamu bisa diterima juragan Gogor. " Plencing dan Tobil berdiri dan meninggalkan Tumi sendiri di lincak. Tumi tidak menjawab karena pikirannya sedang melayang ke Gudel. 

Mendung yang bergelayut di atas gunung hilang terbawa angin. Udara menjadi begitu dingin. Di kamar Tumi menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Pikirannya terus teringat Gudel. Kenapa kang Gudel mau meminjam uang ke juragan Gogor. Jangan - jangan nanti sawahnya malah hilang karena tidak bisa mengembalikan uang pinjaman kepada juragan Gogor. Juragan Gogor terkenal sebagai orang kaya yang suka menjerat orang yang sedang terjepit masalah. Biasanya juragan Gogor menggadai sawah orang dengan memberikan batas waktu yang pendek. Dengan maksud orang akan sulit mengembalikan pinjaman uangnya dan ahkirnya sawahnya dimiliki juragan Gogor. Juragan Gogor bukan renternir, tetapi kalau ada orang pinjam uang kepadanya pasti dijerat dengan tenggat waktu pengembalian yang pendek. Yang ahkirnya orang susah untuk dapat segera mengembalikan pinjamannya. Tumi takut hal itu juga akan terjadi menimpa Gudel kekasihnya. Tumi sangat gelisah. Matanya tidak mau terpejam. Rasanya menjadi tidak kantuk. Ingatannya pada Gudel campur baur antara sedih, kacau, gelisah, galau, tumpang tindih dengan rasa rindunya dengan kekasihnya itu. Kekasihnya yang telah penah membuatnya bahagia di hutan. Kekasihnya yang telah pernah membuatnya memperoleh kenikmatan ketika bercinta di rumah. Kekasihnya yang amat diharapkan bisa menghamilinya. Tumi memang berharap bisa hamil dari hasil persetubuhannya yang kedua kalinya dengan Gudel. Tetapi tanda - tanda dirinya hamil belum ada. Tumi harap - harap cemas jangan - jangan hubungan keduanya juga tidak membuah hasil. Dari dalam selimut dirabanya perutnya. Masih tetep tipis. Tangannya terus melorot ke bawah dan meraba - raba miliknya. Tumi yang kalau tidur selalu melepas celana dalamnya bisa menyentuh miliknya sendiri. Drasakan hangat. Tiba - tiba di alam pikirnya miliknya sedang diraba Gudel. Tumi menjadi terangsang. Tangan dan jarinya menjadi terus bermain di miliknya sendiri. Sesaat kemudian tidak sadar Tumi mendesah. Dan miliknya menjadi basah. Sehabis itu seluruh tubuhnya terasa enak dan lemas. Dan perasaannya kembali tenteram. Tumi tertidur. 

bersambung ......................




Tidak ada komentar:

Posting Komentar