Selasa, 18 September 2012



Cubung Wulung

                                                                                                          edohaput


Keduapuluhempat

Gerimis jatuh membasahi tanah. Rembulan separo redup tertutup mendung tipis. Udara malam tidak begitu ingin tetapi terasa atis karena gerimis yang jatuh. Suara cengkerik dan walang kerik menghiasi malam yang baru saja tiba. Mbok Semi menutup kedainya. Mbok Semi tahu orang tidak bakalan datang di kedainya karena gerimis menghalangi. Sejak malam itu pak Blengur yang kesurupan mendatanginya dan membuat dirinya begitu terkesan oleh apa yang diperbuat pak Blengur atas dirinya, mbok Semi selalu gelisah. Ingatannya terus kepada pak Blengur. Kejadian bagai mimpi di malam itu tidak bisa dilupakan oleh mbok Semi. Dirinya yang sudah tidak bisa dianggap muda lagi, bahkan sudah boleh disebut nenek - nenek, tiba - tiba di hatinya tumbuh rasa menyukai pak Blengur. Ada rasa indah mengalir di hatinya. Ada rasa rindu yang sangat mengganggu kalbunya. Ada perasaan syahdu di sanubarinya. Mbok Semi gundah, gelisah, dan resah. Keinginannya untuk bertemu dengan pak Blengur dan mengulangi kejadian malam itu begitu menggebu. Mbok Semi sudah tidak lagi kuat menahan rasa yang beberapa hari belakangan terus menggodanya. Perasaan rindunya kepada pak Blengur. Perasaan hatinya yang tiba - tiba ingin dekat dengan pak Blengur. Niatnya untuk menemui pak Blengur tidak lagi terbendung. 
Sambil menenteng secerek wedang serbat panas, beberapa bungkus pisang goreng, tempe goreng dan jadah, mbok Semi berjalan melingkar menghindari rumah - rumah melewati tepi kali di pinggir persawahan menuju ke keburan di belakang dusun. Gerimis yang sudah mulai menghilang, mendung tipis yang  hilang tersapu angin dan cahaya rembulan separo membuat langkah mbok Semi yang melawati jalan yang tidak biasanya menjadi mudah. Semakin dekat dengan kuburan dimana ada rumah kecil tempat tinggal pak Blengur jantung mbok Semi semakin berdegup. Ibarat anak remaja yang akan bertemu dangan kekasih yang dirindukannya, jantung mbok semi berdegup dan perasaan malu dan ragu - ragunya muncul saling tindih dengan perasaan ingin bertemunya dengan orang yang membuatnya selalu resah, gelisah dan gundah. 
Kuburan sangat sepi. Namanya saja kuburan. Siang hari saja jarang orang datang. Apalagi malam. Ada cahaya lampu minyak menerobos keluar melalui celah dinding bambu rumah pak Blengur. Lirih pak Blengur melantung tembang Dandang Gula Mas Kumambang masuk ditelingan mbok Semi. Itu menandakan pak Blengur masih terjaga. Tembang yang begitu mendayu menusuk perasaan mbok Semi yang lagi jatuh cinta. Mbok Semi tidak segera mengetuk pintu rumah. Didengar dan dinikmatinya tembang yang dilantunkan pak Blengur. 
Pak Blengur yang ketika mudanya adalah pemain kethoprak dan merdu suarannya banyak dikagumi orang, dimana dan saat mana sedang senggang pasti melantunkan tembang. Pak Blengur tidak pernah hidup berumah tangga. Perasaan patah hatinya membuatnya tidak ingin lagi bersama dengan wanita manapun. Ketika muda pak Blengur mencintai seorang pesinden dalam satu robongan kethopraknya. Cintanya kepada pesinden Miranti yang cantik ternyata bertepuk sebelah tangan. Satu saat pak Blengur muda menyatakan cintanya kepada Miranti yang sangat digandrunginya, memperoleh jawaban kalau Miranti tidak menaruh rasa pada Blengur. Dan cintanya telah tertambat pada seorang Dalang Wayang Kondang dari desa jauh. Miranti memang mudah bergaul. Baik terhadap siapa saja. Jarang Miranti menolak ajakan siapa saja. Guroannya renyah. Celoteh omongannya ringan. Miranti sangat menyenangkan. Rupanya Blengur salah mengerti dengan apa yang dilakukan Miranti. Blengur pernah membelikan kain untuk Miranti. Diterima dengan senang. Blengur pernah menggamit tangan Miranti di satu malam saat pentas kethoprak. Miranti tidak menolak. Miranti bahkan tersenyum sangat cantik. Blengur pernah merangkul Miranti ketika Miranti mau naik tangga dan kainnya mebuat ribet dan menyebabkan pipi Blengur dan pipi Miranti beradu. Saat itu Miranti juga tersenyum sangat cantik. Blengur mengira Miranti juga menyukainya. Blengur terluka. Luka hati yang diderita Blengur sangat dalam dan sangat menyakitkan. Blengur bersumpah tidak akan hidup berdampingan dengan wanita kalau tidak dengan Miranti. Miranti dipersunting Dalang Wayang Kondang dan dibawa pergi jauh. Blengur semakin terluka. 
Pak Blengur telah menyelesaikan tembangnya. Mbok Semi mengetuk pintu rumah pak Blengur. Rumah kecil yang sebetulnya belum layak disebut rumah. Rumah seorang Juru Kunci kuburan. Keputusasaanya tidak bisa bersanding dengan Miranti Blengur memilih menyepi. Ia banyak berada di kuburan. Tidur, makan, dan apa saja dilakukan di kuburan. Blengur tidak mau bekerja. Blengur tidak mau bergaul dengan warga. Warga ahkirnya kasihan terhadap Blengur. Oleh warga Blengur diminta untuk jadi juru kunci kuburan. Blengur bersedia dan warga bergotong royong membangunkan rumah untuk Blengur. Apapun kebutuhan hidup Blengur warga yang mencukupi. Mendengar pintu diketuk orang pak Blengur sangat kaget. Tidak biasanya malam - malam begini ada orang datang mengetuk pintunya. Pak Blengur membuka pintu. Tanpa disuruh mbok Semi segera masuk ke rumah dan tubuhnya menyenggol tubuh pak Blengur karena sempitnya pintu. Tanpa disuruh pula mbok Semi langsung duduk di amben. Satu - satunya tempat duduk dan tempat tidur yang ada di rumah pak Blengur ini. Dengan disaksikan pak Blengur yang berdiri keheranan mbok Semi sibuk mengeluarkan bungkusan pisang goreng, tempe goreng dan jadah juga menuangkan wedang serbat ke gelas yang juga dibawa oleh mbok Semi dari kedai. " Duduk sini dik Blengur, ini wedang serbatnya panas. tempe dan pisangnya juga masih anget. Jadahnya buatanku kemarin. Gurih sekali lho dik ." Mbok Semi tanpa basa - basi langsung menawarkan makanan dan minuman bawaannya ke pak Blengur yang berdiri kaku terpaku, termangu dan bingung. Di Benak pak Blengur benarkah ini mbok Semi. Jangan - jangan mbok Semi jadi - jadian. Rasanya belum tentu setahun sekali ada orang malam - malam datang mengunjunginya. Ini tiba - tiba ada orang mengunjunginya malam - malam, perempuan lagi. Pak Blengur masih ragu apa betul ini mbok Semi sungguhan. Bukan mbok Semi jelmaan demit atau setan yang mencoba mengganggunya. Dipandanginnya tubuh mbok Semi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Melihat kaki mbok Semi yang ternyata menapak di tanah, pak Blengur lega. Berarti ini mbok Semi sungguhan. Kalau ini mbok Semi jadian pasti kakinya tidak menapak di tanah. " Sudah sini. Ayo duduk. Kita ngobrol sambil minum. Aku bukan demit, dik Blengur ." Mbok Semi lagi - lagi meminta agar pak Blengur segera duduk. Perlahan pak Blengur duduk di amben tempat tidur yang juga berfungsi sebagai tempat duduk jika ada orang datang. Pak Blengur meraih gelas dan diminumnya wedang serbat panas. Ada rasa hangat mengalir di tubuhnya. " Kurang manis dak dik wedangnya ?" Mbok Semi membuka percakapan setelah melihat pak Blengur tenteram. " Dak Yu ... malah kemanisan ." Pak Blengur mengambil sepotong pisang goreng dan memasukkannya di mulutnya. " Dik .... kamu ingat dak ta ... waktu dik Blengur kata orang sedang kesurupan, malam - malam dik Blengur mendatangi aku di kedai. Malam itu dik Blengur menyetubuhi aku. Tapi anehnya ketika dik Blengur menguliti tubuhku dari kain yang menempel dan dik Blengur menyentuh - nyentuh seluruh lekuk tubuhku, aka merasa, malah tidak hanya merasa dik, tapi sungguhan, tubuhku menjadi remaja lagi. Dan yang kurasakan malam itu aku bagai perawan yang sedang bercumbu dengan perjaka tampan. " Mbok Semi bertutur tentang kejadian malam itu tanpa basa - basi. Mbok Semi bukan tipe orang yang suka berputar - putar dan membuat kalimat - kalimat panjang untuk menyampaikan maksudnya. Mbok Semi lebih suka terus terang dan cepat sampai tujuan. Pak Blengur yang baru saja menelan habis pisang goreng dan tangannya berganti maraih tempe goreng dan akan segera memasukkan di mulut terhenti, karena penuturan mbok Semi. Pak Blengur kaget. " Ingat ta dik, kejadian malam itu ?" Mbok Semi mengharap pak Blengur ingat. " Yu ... aku tidak ingat. Dan aku tidak mengerti dengan apa yang yu Semi ceritakan ini." Pak Blengur lagi - lagi memandangi mbok Semi dengan penuh keheranan. " Aduh dik, lha dik Blengur itu melakukan. Dan mendengus - dengus di atas tubuhku, kok dak ingat ta dik ?" Mbok Semi mencoba menggugah ingatan pak Blengur. " Yu ... sungguh yu .....aku tidak ingat dan tidak mengerti dengan apa yang yu Semi katakan ini." Pak Blengur meletakkan tempe goreng yang sedang dipegangnya dan tidak jadi dimaksukkan ke mulut, karena tiba - tiba mulutnya kelu. Pak Blengur benar - benar tidak ingat kejadian malam itu. Ia tidak merasa pernah bersama mbok Semi. Pak Blengur bingung. Datang ke kedainya mbok Semi siang - siang saja tidak pernah. Ini aneh mbok Semi mengatakan dirinya datang malam - malam dan berhubungan badan dengan mbok Semi. Mendengar jawaban dan pernyataan pak Blengur yang tidak ingat peristiwa malam itu mbok Semi kecewa. Pikirannya melayang ke kejadian malam itu. Tubuhnya yang digerayangi pak Blengur. Rasa nikmat luar biasa yang dirasakan. Dan melayang - layangnya rasa tidak mudah dilupakan. " Lalu maksud yu Semi menemui saya malam - malam begini apa yu ?" Pak Blengur memecah kesunyian  karena masing - masing diam dan sibuk oleh pikiran masing - masing pula. " Aku ingin dik Blengur mengulangi kejadian malam itu. Aku sangat rindu dengan apa yang dilakukan dik Blengur malam itu. Sungguh, dik !" Mbok Semi menatap pak Blengur dengan penuh harap. Pak Blengur hanya bisa melongo. 
Mbok Semi yang datang ke pak Blengur dengan penuh hasrat tidak lagi peduli. Ia bahkan lupa akan jati dirinya yang sebenarnya sudah boleh disebut nenek. Keinginannya merasakan seperti apa yang dirasakan malam itu membuatnya tidak sungkan - sungkan dan tidak malu - malu lagi. Mbok Semi beranjak dari duduk dan berdiri di hadapan pak Blengur. Dilepasnya kain yang menutup bagian tubuh bawahnya. Mbok semi setengah telanjang. Diterangi lampu minyak yang menyala redup mata pak Blengur masih bisa melihat pusar mbok Semi dan kebawah lagi pak Blengur melihat gundukan kecil yang ditutup rambut - rambut keriting hitam legam. Mbok Sami walaupun sudah cukup usia rambutnya tidak segera beruban. Melihat itu jantung pak blengur tergetar juga. Mbok Semi semakin mendekat ke posisi pak Blengur duduk. Dan merapat. Pak Blengur yang sangat jarang menyaksikan pemandangan yang demikian deg - degan juga. Dan deg - degan semakin bertambah ketikan mbok Semi menempelkan bagian bawah yang telah telanjang ke tubuh pak Blengur. " Ayo dik diraba. Jangan malu - malu. Aku bersedia kok, dik ." Mbok Semi semakin mendekatkan miliknya ke tangan pak Blengur. Pak Blengur yang terus deg - degan tertarik juga untuk meraba. Hormon laki - lakinya tiba - tiba memenuhi saraf otaknya. Napas pak Blengur memburu. Pak Blengur nekat menarik tubuh mbok Semi dan jatuh dipangkuannya. Pak Blengur beraksi. Meraba seluruh bagian milik mbok Semi yang terbuka. Mbok Semi semakin nekat dilepasnya kain yang menutup bagian atas tubuhnya. Payudara yang jatuh nampak di mata pak Blengur. Payudara yang telah jatuh tetapi tetap menggunung karena tubuh mbok Semi segar dan cenderung gemuk berisi. Pak Blengur yang sangat jarang mendapat kesempatan seperti ini menjadi kesetanan. Pak Blengur juga segera melucuti pakaiannya dan tidak berapa lama kemudian pak Blengur dan Mbok Semi telah bergumul di amben. 
Mbok Semi merasakan enak, nikmat, tetapi tidak seenak dan senikmat malam itu ketika bergumul dengan pak Blengur yang kesurupann. Mbok Semi juga tidak mengalami perubahan phisik seperti malam itu yang tiba - tiba tubuhnya kembali muda. Tetapi mbok Semi tetap bisa melepas kerinduannya dengan pak Blengur. 

bersambung ..............



Tidak ada komentar:

Posting Komentar