Selasa, 30 April 2013

Cubung Wulung 

                                                                                               edohaput 


Ketujuhpuluhdelapan

Pagi datang belum sempurna. Udara gunung masih begitu dingin. Desa masih diselimuti kabut. Jarak pandang pendek karena kabut tebal belum bisa dikalahkan oleh matahari yang baru muncul separo dari balik gunung. Wakini berlari ke arah rumah Tumi. Kainnya dicincingkan sebatas paha agar larinya bisa lebih cepat karena tidak terhalang kain yang dikenakan sampai sebatas di bawah lutut. Wakini berlari membawa kecemasannya. Semalam Kliwon suaminya yang jagong di rumah Tumi tidak pulang ke rumah.  Wakini tahu kalau suaminya suka dengan tontonan tayuban ledhek. Maka semalam Wakini pulang ke rumah lebih dahulu meninggalkan Kliwon yang masih akan menunggu tayuban digelar di panggung di halaman rumah Tumi. Sampai di rumah saking penatnya Wakini langsung ambruk dan ketiduran. Wakini terbangun tidak menemukan suaminya di sampingnya. Dicari seisi rumah Kliwon tidak berada. Sudah jadi kebiasaan Kliwon kalau malam harinya terjaga, pagi harinya terlambat bangun. Pak Pedutpun yang semalam juga hadir sebentar di rumah Tumi tidak melihat Kliwon pulang ke rumah. Pak Pedut yang juga ketiduran kaget ketika Wakini menanyakan keberadaan Kliwon. Wakini was - was. Jangan - jangan suaminya ketiduran di rumah Tumi. Tetapi tiddak mungkin, karena itu bukan sifat Kliwon. Kliwon tidak pernah pergi menginap. Pergi jauhpun Kliwon akan berusaha pulang walau sampai di rumah harus larut malam. Ketidak pulangan Kliwon pagi ini membuat Wakini cemas.
Di rumah Tumi sepi. Ada beberapa perjaka yang masih ketiduran di kursi dekat panggung yang semalam digunakan menggelar acara tayub. Tumi langsung menerobos masuk rumah. Celingukan barang kali suaminya ketiduran di rumah Tumi. Tidak ada. Wakini langsung ke dapur. Ada dua perempuan yang sibuk dengan tungku api. Wakini mendekati kamar Tumi.  Mengetuk. Tumi dan Gudel terbangun. Tumi hanya berselimut kain. Gudel bertelanjang dada. Rupanya semalam sehabis berkegiatan Tumi dan Gudel belum sempat mengenakan kainnya masing - masing. Tumi dan Gudel kaget Wakini datang pagi - pagi. " Ada apa yu ? Yu Wakini jangan pagi - pagi dah keseni bantu - bantu. Nanti siang saja, Yu. Dak papa. Kasihan yu Wakini. Ngantuk - ngantuk dah mau bantu kerja beres - beres." Gudel mengucek matanya yang masih merah karena kantuk. " Dak, dik Gudel. Aku mau nanyakan kang Kliwon. Semalam kang Kliwon tidak pulang ke rumah. Mungkin dik Gudel tahu dimana kang Kliwon." Wakini menyampaikan kalimatnya dengan nada cemas. " Aduh Ni, aku dan kang Gudel ya dak tahu. Lha semalam ketika turun dari pelaminan aku dan kang Gudel langsung masuk kamar. Ya baru ini aku dan kang Gudel bangun, Ni." Tumi menjawab dan mata merahnya dibuka - buka untuk menatap Wakini yang cemas. " Dah yu wakini pulang saja dulu. Nanti aku tanyakan ke orang - orang." Gudel meninggalkan Tumi dan Wakini di depan pintu kamar menuju belakang rumah untuk membersihkan badan. " Ya dah Tum. Aku tak pulang dulu. Tolong ya Tum, dik Gudel nanti yang nanyakan Kang Kliwon pada orang - orang." Berkata begitu wakini bergegas meninggalkan Tumi yang menjawab permintaannya : " Ya ... ya Ni, dak usah kawatir." Mata Tumi yang kantuk membuntuti langkah Wakini yang tergesa. 
Gudel membangunkan para perjaka yang ketiduran di kursi dekat panggung. Para perjaka terbangun dan malu.  " Semalam ada yang melihat kang Kliwon ?" Gudel mengansurkan rokok kepada para perjaka yang ogah - ogahan bangun. Seorang perempuan datang membawa bergelas - gelas teh panas. " Ni pada Minum, biar matanya melek." Perempuan ini meletakan teh dan makanan di meja. " Ya tu diminum. Terima kasih ya. Dah pada bantu - bantu aku." Gudel duduk di kursi. Para perjaka tanpa ini itu segera menyaut minuman menyerutupnya dan segera menyulut rokok pemberian Gudel dan tampak sekali menikmati asap rokok yang dikepulkan dari mulut dan hidungnya. " Semalam Kang Kliwon meninggalkan sini tengah malam, kang Gudel." Seorang perjaka memberi keterangan. " Ya betul kang. Tengah malam lebih sedikit." Perjaka yang lain menyambung. " Kang Kliwon cuma duduk - duduk kok kang. Kang Kliwon tidak ikut nyawer ledhek." Perjaka yang lain lagi menyambung. Gudel hanya mengerinyitkan dahi. " Dah pada diminum. Nanti siang tolong ya, bantu diberesi. Bentar lagi pada makan, tu dah dimasakkan soto sama sambel biar kantuknya ilang." berkata  begitu Gudel meninggalkan para perjaka yang menikmati rokok dan teh kental manis.
" Tum kabar dari Yu Wakini tadi yang bilang kang Kliwon semalam tidak pulang ke rumah kok membuat aku jadi deg - degan. Ada apa ya, Tum ?" Gudel membantu Tumi mengenakan kain. Tumi selesai mandi. Di kamar masih telanjang. Gudel mengelus tubuh Tumi dan membantu mengenakan kain di tubuh Tumi. Sempat pula sedetik Gudel mengagumi tubuh Tumi. Dan ingin rasanya memeluknya. Mengapa tubuh istrinya sangat berbeda dengan ketika waktu menjadi pacarnya. Kenapa justru sekarang malah tubuh Tumi begitu muda. Begitu ranum. Semua kencang padat. Payudaranya begitu menggunung kecang padat kenyal seperti milik perawan belasan tahun. Semalam tubuh Tumi yang sekarang telah menjadi isterinya, telah dibuatnya terkejang - kejang, karena tangannya yang terus menggerayangi milik Tumi yang mudah geli. Semalam Tumi telah dibuatnya terpuas - puas. Dibuatnya merintih - rintih nikmat. Dibuat mendesah - desah ketika sampai. Dan dirinya juga sangat menikmati. Karena tubuh Tumi bak tubuh perawan muda yang sangat menyenangkan diraba, diremas, dikilik dan diciumi. Ingin rasanya Gudel melakukan lagi kegiatan seperti semalam. Tetapi pikirannya terganggu oleh adanya berita Kliwon tidak pulang ke rumah.  " Kok aku ya juga kawatir banget dan cemas ya, kang. Perasaanku jadi dak enak. Ada apa ya, kang. Mudah - mudahan dak terjadi apa - apa pada diri kang Kliwon." Wakini berkata jujur kepada Gudel tentang perasaannya. " Dah, kalau gitu aku pamit. Pagi ini aku tak mencari kang Kliwon. Perasaanku dak enak banget, Tum." Gudel berganti kain dan segera meninggalkan Tumi yang masih sibuk mengenakan kain. " Ya kang, bantu Wakini menemukan kang Kliwon. Ah ada - ada saja." Wakini mengiyakan permintaan Gudel. Yang mungkin sudah tidak didengar Gudel karena Gudel bergegas  meninggalkan Tumi di kamar.  
Langkah Gudel dituntun oleh perasaan dan dugaan yang ada dipikirannya. Gudel menuju kuburan yang berada di belakang desa. Tujuan Gudel ingin menemui pak Blengur. Gudel berprasangka jelek. Jangan - jangan Kliwon diperdaya orang. Dulu ketika yu Jumprit mati diperdaya orang pak Blengurlah yang menemukan petunjuk. Dituntun oleh perasaannya yang was - was tidak ada lain pak blengurlah yang menjadi tujuan langkah kaki Gudel. Gudel harap - harap cemas. Gudel berharap pak Blengur tidak menemukan petunjuk seperti ketika yu Jumprit hilang. Kalau pak Blengur ada petunjuk tentang Kliwon, jangan - jangan Kliwon juga diperdaya orang. Dulu yu Jumprit hilang dan ditemukan sudah tidak bernyawa ketika ada keramain di rumah pak Lurah. Kini Kliwon hilang ketika ada keramaian yang memeriahkan malam pernikahannya dengan Tumi. Gudel terus was - was. jantungnya berdegup keras. Dipikirannya hanya ada, jangan - jangan. Jangan - jangan ....

bersambung ................
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar