Kamis, 04 April 2013

Cubung Wulung 

                                                                                                              edohaput

Ketujuhpuluhdua

Seni kaget kedatangan Tobil dan Plencing. Lagian tujuan Tobil dan Plencing datang untuk minta tolong agar dirinya mau datang ke rumah juragan Gogor untuk dimintai ngeroki juragan Gogor yang sedang masuk angin, membuat dirinya terheran - heran. Seni bingung kenapa tiba - tiba dirinya yang diminta. Belum pernah sama sekali dirinya ada hubungan  dengan juragan Gogor. Hanya sesekali saja dirinya berpapasan dengan juragan Gogor. Dan biasanya Seni hanya membungkuk - bungkuk hormat sambil tersenyum. Dan juragan Gogor tidak pernah memperhatikannya dan menyapanya.  " Kok saya ta, kang ? Biasa sapa ta yang ngeroki kalau juragan Gogor masuk angin ?" Seni yang heran mencoba mencari tahu alasan kenapa dirinya yang dimintai tolong ngeroki. " Ya biasanya isteri pertamanya ta, Ni. Tapi ini isteri pertamanya lagi ngambek. Dak mau bertemu sama juragan." Plencing mengeluarkan kalimat kebohongannya. " Begini, Ni. Rupanya juragan Gogor ahkir - ahkir ini memperhatikan kamu. Mungkin saja kamu orang yang akan diminta juragan Gogor membantu di rumahnya. Di rumah juragan Gogor kan sekarang dak ada pembantu yang cuci - cuci dan masak ta, Ni." Tobil nimbrung berbicara dan mengeluarkan jurus kebohongnya juga sambil tangangan merogoh saku dalam jaketnya dan mengeluarkan bungkusan dari balik jaketnya. " Kamu tahu ta, kalau isteri pertamanya dan isterinya keduanya tinggal di rumah lain ? Barangkali juragan Gogor ingin kamu menjadi pembantunya. Enak lho, Ni jadi pembantunya juragan Gogor, bayarannya besar. Dan juragan Gogor kalau sudah nyenangi orang dak hitung - hitung lho, Ni." Plencing menambahi kebohongan Tobil dan jurus merayunya mulai diterapkan. " Dan ini buktinya, Ni." Tobil membuka bungkusan di hadapan Seni. Diterangi lampu minyak yang agak terang tumpukan uang dan perhiasan emas gelang dan kalung nampak di mata Seni. Seni kaget. " Ini buat kamu, Ni. Juragan Gogor minta aku dan Plencing memberikan ini kepada kamu. Gimana, Ni ?" Dengan sombongnya Tobil memandangi Seni yang mengerinyitkan dahinya. " Ini emas kang ?" Seni mendekatkan matanya ke tumpukan uang yang di atasnya ada gelang dan kalung. " Masak imitasi. Pegang saja Ni. Kalau perlu pakai saja itu kan punyamu." Plencing juga dengan sombonganya memandangi Seni yang terkagum - kagum. Belum pernah Seni memiliki perhiasan emas. Belum pernah Seni melihat apalagi memegang tumpukan uang sebayak ini. " Maksud juragan Gogor ini semua untuk aku, kang. Hanya karena mau ngeroki lalu diberi uang dan emas sebanyak ini ?" Mata Seni menatap berganti - ganti mata Plencing dan Tobil. " Itulah, Ni. Kalau juragan Gogor dah senang sama orang dak hitung - hitung. Barangkali dak hanya ngeroki saja, Ni. Tapi Karena kamu mau dijadikan pembantu di rumah juragan, maka juragan memberi hadiah buat kamu." Tobil semakin bersemangat mengeluarkan jurus merayunya ketika melihat wajah Seni nampak tertarik dengan emas dan uang di hadapannya. " Dak hanya ini, Ni. Kalau nanti pekerjaanmu baik. Masakanmu enak. Pasti juragan akan semakin dak hitung - hitung, Ni." Plencing juga bersemangat mengeluarkan rayuannya. Plencing tahu Seni sudah kena jebakannya. " Trus ngerokinya juragan Gogor kapan, kang ?" Seni yang tergiur oleh emas dan uang tidak lagi berpikir panjang. Dipikirannya kenapa pekerjaan enak harus ditolak. " Lho ya sekarang ta, Ni. Masak besuk. Masuk anginnya juragan Gogor kan sekarang. Dan barangkali juragan Gogor kan ingin kenal lebih dekat sama kamu ta, Ni. Nanti pulangnya aku antar, Ni. Jangan kawatir." Plencing tambah semangat. Perasaan Plencing dan Tobil berbunga - bunga karena siasatnya berhasil dijalankan. " Dah sana ganti kain. Bedakan. Mumpung malam belum jauh. Ini uang dan emasnya disimpan." Tobil dengan gembiranya meminta menyegarakan lakunya. Seni berdiri dari duduk dan tangannya ragu - ragu ketika mau meraih uang dan emas di atas meja kayu yang sudah agak lapuk. " Dah ... ambil dan simpan, Ni. Itu buat kamu. Dan cepat. Jangan Lupa pamit mbokmu !" Plencing menyulut rokok. perasaannya sangat gembira. Terbayang juragannya akan berjingkrak karena kali ini dirinya berhasil membawa perawan ting ting untuk yang kesekian kalinya. Terbayang pula hadiah tambahan yang bakal diterima. Juragannya pasti tidak akan marah walaupun yang diajaknya bukan Tumi. Seni yang perawan sebenarnya tidak kalah banyak dengan Tumi. Seni memiliki kelebihan tinggi badan yang semampai. Payudara tidak besar tetapi pasti masih sangat kenyal karena belum terjamah - jamah perjaka. Seni dibanding Tumi lebih memiliki kemenonjolan pantat. Seni lebih muda dari segi umur dibanding Tumi. Postur tubuh Seni sebenarnya lebih indah dari pada yang dimiliki Tumi. Hanya saja Seni ini gadis melarat, maka tubuh indahnya tidak terawat. Karena kemiskinannya juga maka luput dari perhatian orang. 
Terbayang di benak Tobil dan Plencing juragannya akan ngos - ngosan menikmati tubuh perawan. Tubuh telanjang Seni pasti akan menjadi barang mainan juragannya yang sangat menyenangkan. Plencing dan Tobil sangat tahu kesenangan juragannya. Meremas gemas dan menciumi buah dada perawan. Juragannya akan menjadi menggila kalau yang dipermainkannya meronta dan menggelinjang nikmat. Juragannya akan menjadi sangat birahi kalau yang sedang dipeluk dan dijilatinya mendesah - desah dan mengejang. Seni yang perawan pasti akan demikian. Juragannya pasti akan sangat senang dan bersemangat. Tumpukan uang pasti akan diterima. Tobil dan Plencing berseri - seri. 
Melalui jalan yang sama, licin, gelap dan hanya diterangi bara upet Tobil berjalan cepat. Seni menggandeng dan bergelayut di tangan Plencing, takut kakinya terpeleset. Tercium di hidung Plencing, bau bedak dan wewangian murahan dipakai Seni. " Besuk beli bedak dan minyak wangi yang mahal, Ni. Biar tidak kalah dengan perawan - perawan lain." Plencing merangkul Seni dan tangannya tersentuh - sentuh payudara Seni. " Cepet dikit jalannya, Ni. Kasihan juragan Gogor yang masuk angin minta segera dikeroki." Plencing agak menyeret tubuh Seni biar langkahnya lebih cepat. Seni agak tertatih tetapi bisa mengimbangi langkah Plencing. 
Seni diam dan terus mengimbangi langkah Plencing yang menggandengnya. Pikirannya melayang. Malam ini barangkali awal nasib dirinya akan berubah. Seni perawan miskin yang selalu menderita karena keadaan, akan menjadi Seni yang bisa bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan bayaran yang besar. Seni yang hanya tinggal memiliki satu orang tua yaitu mboknya, dan tidak memiliki saudara dan hanya bisa bekerja kasar atas suruhan orang, akan berubah menjadi Seni yang memiliki duit dan bisa membahagiakan mboknya. Seni tidak mampu menolak tawaran yang menggiurkan ini. Banyak orang ingin diperkajakan oleh juragan Gogor. Bahkan banyak pula perawan miskin yang ingin bekerja di rumah juragan Gogor. Karena mereka tahu juragan Gogor orangnya terkenal dak hitung - hitung. Kini dirinya tidak disangka dan tidak dinyana malah langsung dijemput untuk bekerja di rumah orang yang banyak diinginkan. Memang Seni tidak habis pikir mengapa belum - belum dirinya sudah diberi duit yang tidak terhitung dan emas. Ah ... barangkali ini memang kebiasaan juragan Gogor. Kebiasaan orang berduit. Pekerjaan belum dilakukan malah duit dan hadiah sudah diterima duluan. Yang ada dipikiran Seni hanya rasa senang. Dan perasaannya selalu bertanya - tanya kenapa nasib baik begitu datang tiba - tiba. 

bersambung ...........................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar