Rabu, 03 April 2013

Cubung Wulung 

                                                                                                          edohaput 


Ketujuhpuluhsatu

Tumi yang kemayu, Tumi yang bawel, Tumi yang kenes, Tumi yang mudah bergaul, Tumi yang suka wak - wakan dan slebor, Tumi yang suka mecari perhatian orang terutama para perjaka desa, Tumi yang suka pamer, membuat cepat tersiarnya kabar dirinya kembali muda bagai perawan belasan tahun. Kabar tentang tubuh Tumi yang kembali gempal, wajah bersinar berseri - seri, kulit halus dan bersih, serta kemudaan - kemudaan lain  tubuh Tumi menjadi pergunjingan warga terutama bagi para perawan sebaya Tumi. Bahkan banyak para perawan yang datang langsung membuktikan Tumi yang kembali muda bagai perawan remaja. Mereka menemukan bukti dan terheran - heran. Tumi menjadi semakin kemayu ketika banyak dikagumi orang. Terhadap pertanyaan - pertanyaan mengapa dirinya bisa kembali menjadi muda bagai petrewan remaja, Tumi tidak menjawab. Tumi pegang rahasia. Tumi pegang janji tidak akan bercerita kepada siapapun jika tidak diijinkan oleh Kliwon dan Wakini. Tumi telah bersumpah tidak akan membuka rahasia.
Juragan Gogor yang mendengar kabar tentang perubahan Tumi dan telah membuktikan lewat mata kepalanya sendiri menjadi semakin tergila - gila dengan Tumi. Juragan Gogor menjadi sulit tidur. Ingatannya kepada Tumi semakin menjadi - jadi. Wajah Tumi yang berbinar bercahaya, kulit Tumi yang halus, buah dada Tumi yang nampak semkin menonjol dan menggunung di balik kain tipisnya sangat mengganggu pikiran juragan Gogor. Juragan menjadi sering kacau. Mudah marah kepada kedua pembantunya, Pencing dan Tobil. Pikirannya hanya tertuju pada Tumi semata. Juragan Gogor menjadi sangat gandrung terhadap Tumi. Juragan Gogor tidak ambil pusing kalau Tumi dalam hitungan bulan segera akan menikahi Gudel. Juragan Gogor sangat percaya diri kalau dirinya pasti bisa menggagalkan menikahnya Tumi dengan Gudel. Apa artinya kekayaannya kalau tidak bisa berbuat menggagalkan petrnikah Tumi dan Gudel. Tumi harus menjadi miliknya. Tumi harus menjadi isteri ketiganya. Dan Tumi akan dijadikan satu - satunya perempuan yang akan selalu dimanjakannya. Tumi akan terus dirawatnya sehingga bisa terus memberikan kepuasan birahi dan cintannya. 
Demikian juraga Rase. Juragan Rase yang juga pernah menikmati lezatnya tubuh Tumi, melihat Tumi berubah menjadi muda belia membuat angan - angannya selalu melambung bersama bayangan Tumi. Juragan Rase berniat dengan acara apapun untuk bisa mendapatkan Tumi. Dengan segala cara dirinya harus bisa menjadikan Tumi isterinya. Juragan Rase yang pernah sekali berhubungan dengan Tumi menjadi sangat ketagihan. Apalagi melihat Tumi sekarang yang lebih segala - galanya dari Tumi kemarin, juraga rase menjadi sangat tergoda untuk segera melaksanakan niatnya untuk berbuat agar Tumi segera menjadi miliknya. 
Para Perjaka desa hanya bisa terlongo - longo jika satu saat berpapasan atau ketemu di satu tempat dengan Tumi. Tumi yang slebor, yang sangat mudah memamerkan pahanya ketika duduk, yang mudah memamerkan buah dadanya ketika membungkuk, membuat para perjaka hanya bisa berangan - angan. Para perjaka hanya bisa pulang dan kemudian masuk ke kamar atau pergi ke kamar mandi untuk melayani diri sendiri sambil apa yang dilihat di tubuh Tumi tadi dijadikan isi angannya.
Yang terjadi di perasaan Gudel menjadi semakin sayang dan semakin cinta saja dengan Tumi. Gudel yang sudah melupakan sama sekali Menik, semakin lengket saja dengan Tumi yang selalu menggairahkan. Gudel berharap hari berlalu cepat. Dan segera sampai waktunya dirinya duduk di pelaminan betrsanding dengan Tumi. Tumi yang selalu memberikan kepuasan tiada banding. Tumi yang menyayangi dirinya dengan sepenuh hati. Gudel ingin segera memiliki Tumi secara utuh. 
Warga desa hanya bisa bertanya - tanya mengapa Tumi bisa kembali muda seperti perawan remaja. Dugaan warga mengarah kepada Kliwon. Karena ternyata Wakini juga nampak seperti Tumi. Kembali muda bagai perawan belum nikah. Perawan - perawan desa mulai bergunjing. Mereka juga ingin seperti Tumi dan Wakini. Bahkan perempuan - perempuan bersuami dan beranak banyak juga kepingin mendekati Kliwon agar mereka juga bisa diubah menjadi muda oleh Kliwon. Perawan - perawan sepakat untuk mendatangi Kliwon agar mereka dibuat seperti Tumi dan Wakini. Kliwon harus mau. Karena Kliwon harus adil. Kalau Tumi dan Wakini diberi kenapa yang lain tidak. Para perawan akan datang kepada Kliwon. Dan kalau Kliwon menolak mereka akan protes. 

Malam baru saja tiba menyelimuti desa. Juragan Gogor uring - uringan tidak jelas apa yang dikatakannya. Hanya sesekali keluar dari mulut juragan Gogor disebut - sebut nama Tumi. Plencing dan Tobil yang duduk tepekur di dekat juragannya yang sedang gelisah dan uring - uringa tidak berani menengadahkan wajah. Takut juragannya akan membentak. Juragan Gogor mondar - mandir di depan Plencing dan Tobil duduk. Setiap kali juragan Gogor menyebut nama Tumi, tangannya meraba mentimunnya yang ada di balik celana panjang wolnya. Melihat itu Plencing dan tobil merasa geli di hati. Tetapi tidak berani tertawa. Jangankan tertawa. tersenyumpun tidak berani. Rasa geli hati ditahan dan membuatnya tubuh mereka berkeringat. Apa yang diomongkan juragannya tidak jelas di telinga mereka. Hanya acapkali mulut juragan selalu menyebut nama Tumi. Tiba - tiba mata juragan Gogor melotot besar dan mulutnya memberengut kuat. Dan wajahnya merah. Juragan Gogor marah. " Cing ... Tobil ... malam ini kamu harus bisa menghadirkan Tumi di sini." Juragan Gogor membentak. Tangannya merogoh saku jasnya dan mengeluarkan dari kantong setumpuk uang. " Ni duit ... ! Bawa Tumi keseni. Caranya terserah kamu berdua !" Plencing dan Tobil melirik tumpukan uang yang jatuh di depan mereka duduk. Banyak sekali pikir Tobil.  Kembali juragan Gogor merogoh saku celana wolnya. " Ini gelang emas dan kalung emas berikan ke Tumi. Dan ini uang juga untuk Tumi." Di tangan juragan Gogor ada emas dan tumpukan tebal uang. Juragan Gogor meletakkan uang dan gelang serta kalung emas berliontin berlian di meja. " Bungkus dan bawa ini ke Tumi. Malam ini aku harus memeluknya. Aku sangat rindu. Aku sangat mencintainya. Aku sangat ingin meremasnya. Aku sangat gemas Cing, aku sangat ingin Bil ... !" Juragan Gogor tetap mondar - mandir gelisah sambil sesekali meraba mentimunnya yang mengaku di dalam celana panjang wolnya. " Gan ... Tumi itu ... !" Plencing belum sempat meneruskan kalimatnya keburu didanprat juragannya. " Dak peduli ... ! Pokoknya Tumi malam ini harus berasama aku. Ngerti ... !" Juragan Gogor semakin lebar saja cara membelalakkan matanya. Tobil yang sempat melihat mata juraganya nyalinya jadi menciut dan meringkus badannya karena takut kena gampar. Plencing yang sebenarnya ingin berkata kalau Tumi dalam waktu dekat akan dinikahi Gudel, juga menjadi sangat takut. " Dah sana berangkat ! Awas kalau gagal, muka kaliyan akan lebam !" Juragan Gogor berlalu dari hadapan Pelncing dan Tobil. Terdengar suara keras daun pintu kamar dibanting. Tobil dan Plencing kaget. Mereka saling berpandangan. Apa yang harus dilakukannya. Sungguh repot. Tidak ke rumah Tumi untuk menyampaikan maksud juragannya pasti akan kena gampar, pergi ke rumah Tumi pasti diri mereka akan dianggap oleh Tumi orang yang tidak tahu diri. Tobil dan Plencing berdiri dari duduk dengan malas. Pikiran mereka kacau. " Kang Kita dak akan berhasil mendatangkan Tumi, kang. Bagaimana kalau kita dekati saja Seni. Seni tu masih perawan ting - ting kang. Lagian Seni tu kan kelihatan gampang. Orang tuanya miskin dan kelihatannya Seni akan tergiur dengan uang dan emas ini, kang. Dan Seni juga dak jelek kok. Kulitnya bersih dan tubuhnya juga sintal. Aku pernah nginti ketika Seni mandi di pancuran sawah. Payudara gede, kang. Pantatnya menonjol. Trus miliknya itu bulu rambutnya masih tipis, kang. Pasti juragan Gogor akan terima." Plencing usul. Tobil mengerinyitkan dahi. " Dah gitu ya kena. Yo berangkat ! Mudah - mudahan Seni bisa kita rayu." Tobil dan Plencing melangkah ke luar rumah dan menapaki jalan licin, gelap, dan hanya diterangi dengan bara api upet mereka menuju rumah Seni.

bersambung ......................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar