Jumat, 19 April 2013

Cubung Wulung 

                                                                                              edohaput


Ketujuhpuluhlima

Desas desus akan diperbaikinya jalan desa atas bantuan tamunya Kliwon yang dari kota itu, sangat cepat tersebar di kalangan warga. Orang menyambut gembira. Jalan lincin, naik turun, dan selalu becek terbayang akan menjadi jalan yang keras, rata dan mudah dilalui. Warga menunggu kapan itu akan terlaksana. Sementara kali ini hanya baru sebatas kabar angin. 
Yang paling tidak setuju jalan desa diperbaiki adalah juragan Gogor dan juragan Rase. Jika jalan baik dan warga bisa mudah pergi pulang ke kota juragan - juragan ini akan menderita rugi, karena hasil bumi akan mudah dibawa ke kota dan juragan - juragan ini menjadi tidak bisa memonopoli hasil bumi yang bisa dibeli dengan harga murah dan dijual lagi dengan harga yang baik. 
Juragan Rase menemui juragan Gogor. " Mas Gogor dan saya harus mencari cara untuk menggagalkan jalan itu diperbaiki." Juragan Rase memulai kalimatnya dengan nada semangat jahat. " Betul dik. Kita harus berpikir dan membuat siasat agar jalan tidak diperbaiki." Juragan Gogor menimpali kalimat nada jahat juragan Rase. " Lagi pula aku takut orang - orang akan menjadi pinter. Terutama para perawannya, kalau mereka pinter dan terpengaruh pengetahuan kota, jangan - jangan aku jadi tidak bisa leluasa berbuat menikmati perawan mereka." Kalimat ini diahkiri oleh juragan Gogor dengan tertawa lepas. " Na itu mas, Kita jadi akan rugi besar." Juragan Rase mengangkat gelas minuman yang disajikan juragan Gogor. " Ngomong - ngomong mas Gogor dah pernah sama Tumi ya ?" Tiba - tiba juragan Rase mengalihkan topik pembicaraan. " Tumi ? Aaahh ... Tumi ? Mengapa sekarang Tumi jadi semakin muda dan tambah cantik dan berbinar ? Heran ... mengherankan sekali. Duh ... Tumi ... Tumi ... heeeem. " Juragan Gogor menjadi seperti bicara sendiri dan nada bicaranya seperti orang sedang gandrung. " Tumi itu sebentar lagi dipinang Gudel, dik Rase. Sayang mengapa Tumi harus dapat orang miskin kaya Gudel. Sayang benar dik Rase. Sayang, Tumi sebenarnya dak sepadan kalau dapat Gudel yang berangasan itu." Juragan Gogor semakin seperti orang yang sedang galau memikirkan seseorang. 
Juragan Gogor menjadi tidak fokus. Pikirannya melayang kepada Tumi. Tumi yang tidak bisa dilupakan dari ingatannya. Tumi yang selalu mengganggu tidurnya. Terbayang di benak juragan Gogor Tumi yang menggeliat dan mulutnya ternganga - nganga ketika buah dadanya diremas gemas. Dan dari mulut Tumi yang ternganga mengempas nafas wangi mawar yang mumbuat juragan Gogor tidak tahan untuk membekap bibir Tumi dengan bibirnya. Dan ketika bibir Tumi mendapat bekapan bibirnya. Tumi hanya bisa mendesah tertahan. Sementara itu tangan juragan Gogor telah sampai di milik Tumi yang celana dalamnya sudah kendor karena ditarik - tarik paksa tang kuat juragan Gogor. Kalau sudah begitu tidak sedetikpun juragan Gogor memberi kesempatn kepada Tumi untuk bernapas. Tidak ampun lagi karena nafsu birahinya telah tidak terkendali. Yang ada juragan Gogor bagai harimau yang sudah mencengkeram mangsa. Tubuh Tumi menjadi barang mainan yang indah dan sangat menyenangkan. 
" Mas ... mas Gogor ... mas ... lha kok malah ngelamun ta ?" Juragan Rase melihat juragan Gogor yang wajahnya merah matanya menatap langit - langit rumah dan kakinya bergerak - gerak. Teguran juragan Rase membuyarkan lamunan juragan Gogor. Dan membuat juragan Gogor kaget dan merasa malu. Tetapi dasar juragan Gogor, mulutnya malah berkomat - kamit menyebut nama Tumi. " Tumi ... ah ... Tum ... Tum ... mengapa kamu dak bisa kumiliki." Juragan Gogor kemudian nampak Geram. " Tobil ... ! ... Plencing ..!" Juragan Gogor berteriak keras.
Tergopoh - gopoh Tobil dan Plencing datang. Juragan Gogor melemparkan beberapa gepok duit. " Jangan gagal ... bawa Tumi kesini. Aku dah dak tahan!" Juragan Gogor memelototi kedua pembantunya dan mulutnya mecucu memberengut membuat Plencing dan Tobil sangat ketakutan. 
Tanpa ba bi dan bu Plencing dan tobil meraup uang di meja dan segera bergegas meninggalkan juragan Gogor dan juragan Rase.Di pikiran mereka yang terbayang Seni. Plencing dan tobil tidak akan menemui Tumi. Yang akan mereka datangi Seni. Toh juragannya tidak akan marah. Karena ternyata Seni juga bisa membuat juragannya senang dan puas. Tumi yang tinggal hanya dalam hitungan hari di pinang Gudel tidak akan bersedia diminta oleh juragannya. Dari pada sia - sia lebih baik menadatangi Seni. Toh Seni baru sekali dibawa ke juragannya. 
 " Dik Rase ... Tumi dak ada duanya. Banyak perawan dah aku rasakan dak ada yang yang rasanya senikmat memeluk Tumi. Tumi benar - benar dak ada duanya. Ah ..Tumi ..Tumi ... !" Juragan Gogor melepaskan kalimat - kalimatnya bagai mengigau. Kembali juragan Gogor menjadi bengong karena bayangan Tumi lagi - lagi memenuhi benaknya. Tumi yang telanjang dan tubuhnya dikuasainya. Diraba, diremas, dijilati, dipeluk erat. Hangat, penuh desah napas, dan gelinjangan. Tumi yang tubuhnya wangi melati. Yang napasnya wangi mawar, yang rambutnya terurai menebarkan wanginya jeruk nipis segar. Padatnya tubuh Tumi yang licin karena keringat membuat tangan mudah menelusur kemana - mana dan menyentuhi bagian - bagian yang menonjol yang kalau tersentuh membuat mulut ternganga dan menjerit kecil. 
Juragan Rase tersenyum melihat kebengongan juragan Gogor. Juragan Rase hanya bisa sesekali mengepulkan asap dari mulutnya. Asap dibuang sampai menyentuh langit - langit rumah. Juraga Rase tahu kalau juragan Gogor sedang menikmati bayangan Tumi. Maka dirinya tidak mau mengganggu dibiarkan juragan Gogor semakin masuk dalam lamunan. 
Juragan Rase yang juga pernah sekali menikmati Tumi menjadi sangat percaya kalau juragan Gogor menjadi sangat ketagihan. Benar Tumi memang tidak ada duanya. Juragan Rase yang juga telah banyak berpengalaman dengan penjaja tubuh di kota, tetapi juga belum pernah menemukan perawan yang seperti Tumi. Mengapa Tumi bisa begitu berbeda dengan perawan lain. Tetapi dirinya tidak seperti juragan Gogor yang begitu merindu Tumi. Barangkali karena dirinya tidak lebih berduit dibanding juragan Gogor, maka dirinya tidak bisa lebih leluasa seperti yang dilakukan juragan Gogor.
" Edan ... ! Edan ... mengapa pikiranku selalu dibayangi Tumi. Edan ... ah .. Tumi ...!" Juragan Gogor tiba - tiba kembali seperti orang mengigau. " Dah lah mas ... Mas Gogor lupakan saja Tumi." Juragan Rase lagi  - lagi membuat juragan Gogor ingat akan dirinya. Juragan Gogor tampak tidak malu - malu menyebut nama Tumi di depan juragan Rase. " Wah ... dik ... Tumi itu sekarang malah lebih membuat aku semakin gila. Kenapa Tumi sekarang malah nampak sangat muda. Sangat perawan.  Dik Rase tahu itu dak, dik ? Wah betapa senangnya si Gudel itu. Kenapa tidak aku !" Juragan Gogor memelototi awang - awang yang di sana ada bayangan Tumi perawan yang kembali menjadi muda. " Tahu mas ... aku tahu ... tidak hanya Tumi yang kemudaannya muncul kembali. Wakini isteri Kliwon juga begitu, mas !" Juragan Rase memantapkan pernyataan juragan Gogor. " Nah dik ... Tumi bisa jadi kembali muda, Wakini bisa kembali muda, itu pasti Kliwon yang membuatnya. Jimat Kecubung Wulung itulah yang digunakan Kliwon untuk membuat Wakini dan Tumi jadi muda lagi. Makanya dik, kita harus atur siasat, kita cari cara jimat itu bisa berpindak ke tangan kita. Kalau jimat itu bisa pindah ke tangan kita, apa saja bakal bisa kita kuasai." Juragan Gogor semangat. " Siap mas ... siap ... ! Apapun caranya dan berapapun biayanya akan kita upayakan !" juragan Rase menambah semangat juragan Gogor. "Kita perdaya Kliwon kalau memang Kliwon itu tidak bisa secara baik - baik mau menyerahkan jimat." Juragan Gogor melotot. " Banyak cara mas ... banyak cara. Aku kira Kliwon itu mata duitan. Pasti dia ingin kaya. Kita iming - imingi saja dia kekayaan. Serahkan saja pada aku, mas. Tidak akan lama jimat itu pasti akan ada di tangan kita." Juragan Rase mantap meluncurkan kalimatnya sambil membusungkan dadanya. 

bersambung ..................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar