Jumat, 05 April 2013

Cubung Wulung 

                                                                                                        edohaput

Ketujuhpuluhtiga

Melihat kedatangan Plencing dan Tobil bersama Seni, Juragan Gogor mengerinyitkan dahi dan memincing mata. Seolah tidak percaya. Kenapa Plencing dan Tobil membawa Seni, bukan Tumi. Seni yang tersenyum dan membungkuk - bungku hormat kepada dirinya, juragan Gogor terpesona. Rambut seni yang sebahu terurai membuat juragan Gogor tergoda. " Ini Seni kan ?" Juragan Gogor tersenyum. Melihat juragannya tersenyum Plencing dan Tobil sangat lega. Juragannya tidak marah, walaupun yang dibawanya buka Tumi. " Ya ... Seni juragan." Plencing tersenyum dan berani melihat roman muka juragannya yang berseri. " Seni anaknya mbok Sonah itu ya ?" Juragan Gogor menatap tajam Seni. " Betul ... betul juragan." Tobil menjawab dengan cepat dan sambil tersenyum lega. " Ya ... ya ... mbokmu sehat, Ni ?" Juragan Gogor nampak gembira. Dan matanya tidak lepas menatap tubuh Seni dari ujung kaki dan ujung rambut. Ketika sekilas mata juragan Gogor menatap payudara Seni yang ditutupi kain tipis juaragan Gogor menelan ludah. Dipikiran juragan Gogor payudara perawan ini pasti indah. " Sehat ... sehat juragan ... simbok sehat." Jawab Seni rada gagap dan dengan sikap membungkuk - bungkuk untuk hormat kepada orang kaya raya dihadapannya. Plencing mendehem memberi kode kepada juragan Gogor agar segera juragannya membawa Seni ke kamar. Juragan Gogor tanggap dengan kode Plencing. " Yuk ... kita ke atas, Ni." Juragan Gogor berjalan diikuti Seni yang berjalan dan menoleh ke arah Plencing dan Tobil. Tobil dan Plencing dengan dagunya memberi isyarat kepada Seni agar terus berjalan mengikuti juragan Gogor menaiki tangga menuju lantai dua, dimana disana ada kamar juragan Gogor. 
Setelah Seni berada di dalam kamar, juragan Gogor menutup pintu kamar dan menguncinya. " Kamu ini sudah umur berapa ya, Ni ?" juragan Gogor melepas jasnya dan digantung di kastok mewah. Seni yang ditanya sedang melihat sekliling kamar dan sedang terkagum - kagum dengan kemewahan kamar juragan Gogor. Ada tempat tidur besar dengan kasur yang namapak empuk ditutup dengan sprei putih bersih. Adal lemari besar dengan kaca besar. Ada meja ukir tempat meletakkan berbagai botol minuman. Ada lampu yang sangat terang dan lain - lain yang membuat Seni tercengang. Semua yang dilihatnya ini baru pertama kali dilihatnya. " E ... e ... dua puluh ... apa dua puluh satu juragan,  saya ... saya dak ingat  juragan, maaf ... " lagi - lagi Seni tergagap. " Maaf juragan kata kang Plencing dan kang Tobil saya diminta ngeroki juragan karena juragan masuk angin." Seni masih tetap berdiri  dan canggung. Juragan Gogor mengerinyitkan dahi dan rada bengong sekejap. " Ya ... ya ... benar Ni. Aku masuk angin. Tolong keroki." Pikiran juragan Gogor melayang ke Tobil dan Plencing. Pinter juga dua cecunguk ini menipu orang. Juragan Gogor tertawa geli di batinnya. Juragan Gogor kemudian melepas baju atasnya. Seni menyaksikan tubuh berotot juragan Gogor. Dadanya bidang nampak kuat dan ditumbuhi rambut. Celana panjangnya juga kemudian di lepas. Seni melihat kaki kokoh juragan Gogor yang juga ditumbuhi rambut. Juragan Gogor tinggal mengenakan celana dalam. Seni melihat tonjolan di dalam celana juragan Gogor. Seni malu melihatnya. Juragan Gogor berjalan ke arah meja di mana ada botol minuman. Menuang di gelas. Dan diberikan ke Seni. " Minum Ni. Ini limun. Manis dan segar. Dah Minum, Ni !" Seni menerima gelas dan kikuk karena dekat dengan lelaki kaya raya telanjang di hadapannya. Seni deg - degan. Juragan Gogor membuka lemari dan segera menutup lagi dan berjalan ke arah Seni. " Ni ... ini cincin bermata berlian. Ini buat kamu. Coba kenakan." Juragan Gogor meraih tangan kiri Seni yang tidak memegang gelas berisi limun berwarna merah. Juragan Gogor memakaikan civin di jari manis Seni. Agak kebesaran dan logro di jari manis tangan kiri Seni. " Juragan ... " Mulut Seni tersekat dan rasanya mulutnya kering walaupun baru saja diguyur limun segar. " Dah pakai saja ... lihat ! Indah kan ?" Juragan Gogor menepuk - nepuk pundak Seni dan segera menuju tempat tidur dan memposisikan tubuh tengkurap siap untuk dikoroki. " Dak usah dikeroki Ni. Pijit saja punggungku ini." Juragan Gogor melihat Seni berdiri terpaku di pinggir ranjang. Sesekali matanya melirik ke cicin yang matan cincinya bercahaya tertimpa sinar lampu terang. Seni tetap bengong. Kenapa juragan Gogor baik sekali terhadap dirinya. Tadi uang dan gelang kalung emas. Sekarang cincin. Apa maksud juragan Gogor ini. Seni menjadi buntu pikiran. Perasaannya menjadi tidak menentu. Deg - degan jantungnya semakin membuat tidak bisa berpikir jernih. " Dah ayo naik ke ranjang, Ni. Pijiti saja punggung ini. Biar masuk anginnya hilang." Juragan Gogor mengagetkan Seni yang bengong. Seni tudak bisa menolak. Tetapi Seni ragu - ragu dan takut mengotori ranjang besar dan sangat bersih ini. " Dah ayo naik saja, Ni. Dak apa - apa !" Juragan Gogor dengan lembut menarik tangan Seni. Seni naik di ranjang. Seni merasakan empuk dan lembutnya ranjang. Seni merasa sangat tidak pantas naik ke ranjang yang sangat bagus ini. " Dah Ni ayo pijit ". Juragan Gogor tengkurap dengan kepala di bantal besar matanya bisa menatap paha padat Seni yang masih ditutupi kain. " Maaf juragan, minta ijin memegang tubuh juragan." Tumi takut - takut meletakkan tangannya di punggung juragan Gogor. " Dah dak apa - apa. Terus pijit, Ni... ah ... enak Ni ... terus Ni ... yang lebih kuat lagi ... !" Juragan gogor merasakan lembutnya telapak tangan Seni. Jari - jari kecil Seni malah lebih terasa mengelus dan membuat geli kulit dari pada rasa dipijitnya. Rasa lembutnya tangan Seni dan matanya yang melihat pantat Seni gempal seni yang bergerak - gerak membuat mentimun juragan Gogor menggeliat dan segera memanjang dan kaku. Juragan Gogor menjadi tidak sabar. Segera membalikkan tubuhnya menjadi terlentang. " Sekarang dadaku Ni, yang dipijit." Juragan Gogor memegang tangan Seni dan membimbing ke dadanya. Seni deg - degan. Tetapi terus memijit - mijit dada bidang berambut juragan Gogor. Juragan Gogor meringis - ringis bukan karena rasa pijitan tetapi rasa geli di kulit karena lembutnya tangan Seni. Tangan juragan Gogor membimbing tangan seni ke arah perut. Dan terus ke bawah. Seni tidak berani menolak. Tangan Juragan gogor yang tetap memegangi tangan tumi memutar - mutar tangan Seni di perut dan menekan - nekankannya di perut dan bergerak ke bawah. Jantung Seni berdetak keras. Ketika tangannya disentuhkan mentimun juragan Gogor. Seni sempat melirik mentimun juragan Gogor yang masih di dalam celana dalam. Seni melihat benda yang panjang mendongak mendesak celana dalam, besar dan kaku. Seni bingung. Mengapa kejadiannya jadi begini. Seni buntu pikiran. Dan ketika pantatnya dielus juragan Gogor Seni malah terangsang. Sebagai perawan yang belum pernah tersentuh perjaka, Seni sebenarnya juga rindu sentuhan. Seperti layaknya perawan - perawan sebaya dirinya biasanya sudah pada pacaran, bahkan sudah banyak yang nikah dan punya anak. Dirinya perawan miskin jarang didekati perjaka. Seni tiba - tiba dialiri birahi. Maka ketika tangan juragan Gogor semakin nakal dan berani menelusup di kain bawahnya Seni tidak menolak, tetapi pura - pura segera mengatupkan pahanya. Padahal ingin juga rasanya miliknya yang belum pernah terjamah ini bisa disentuh lelaki. Satu malam Seni pernah mengelus - elus miliknya, dan membayangkan ada seorang perjaka yang sedang merabanya. Dan Seni merasakan nikmat. " Juragan ... ah ... jangan juragan ... " Seni mendesah lembut. " Kamu belum pernah ya, Ni ... ?" juragan Gogor menatap mata Seni. Seni menggeleng. Juragan Gogor yang sudah gemas dan tidak sabar nekat menarik tangan Seni. Seni ambruk di dada Juragan Gogor. Juragan Gogor yang napasnya sudah memburu semakin lupa daratan. Segara dipeluknya Seni. Dibalikkan Tubuhnya sehingga Seni berada di bawah tubuh besarnya. Tangan juragan Gogor segera berada merogoh yang ada di dalam kain Seni yang menutupi dadanya. Juragan Gogor menemukan buah dada padat, kenyan dan berputing susu kecil. Juragan Gogor tidak menyiakan kesempatan. Segera meremasnya. Seni melayang tidak ingat dan tidak mengerti yang sedang terjadi. Yang ada hanya rasa enak di dadanya. Seni tidak lagi ingat ketika tangan juragan Gogor telah membuka dan memelorotkan kain bawahnya. Seni telah telanjang tubuh bagian bawah dan hanya celana dalam murahan dan sudah kendor lanataran usang yang tinggal menempel menutupi pantatnya. Bibir Seni yang kemudian dibekap bibir juragan Gogor membuat Seni semakin melupakan dirinya. Maka ketika kain atas lepas dirinya sudah tidak tahu lagi. Yang dirasakan dadanya geli tersentuh rambut dada juragan Gogor. Tangan juragan Gogor yang kemudian dirasakan mengelus miliknya membuat Seni semakin hilang kesadaran. Seluruh tubuhnya terasa enak. Menyenangkan. Dan membuat perasaanya nyaman. Maka ketika celana dalamnya di pelorotkan juragan Gogor, Seni tidak merasa tahu. Tumi bulat telanjang ditindih juragan Gogor. Miliknya yang belum terjamah kecuali oleh dirinya menjadi bulan - bulanan tangan juragan Gogor. Seni hanya bisa mengangkat - angkat pantatnya saking nikmatnya. Juragan Gogor semakin gencar menciumi bibir dan bergantian leher dan buah dada Seni. Seni hanya bisa memejamkan mata dan terus menggeliat sambih mendesah. Celana dalam juragan Gogor sudah tidak lagi menempel dan menutupi mentimun. Mentimun besar, panjang dan sangat kaku milik juragan gogor mencuat dan menyentuh, menempel dan menggosok paha Seni. Pinggul juragan Gogor telah berada di antara paha Seni yang lebar kangkang. " Ni ... perawanmu aku minta ya Ni ... " Lembut suara juragan Gogor ditelingan Seni. Seni merasakan deru napas hangat di telinganya dan mebuat geli. " Boleh ya Ni ... ". Berbisik begitu juragan Gogor sambil menempelkan ujung mentimun besarnya di bibir milik Seni yang terkuak membuka dan sudah sangat membasah. Seni mendengar tetapi buntu pikiran. Seni tidak menjawab. Yang terjadi kemudian dirinya terpekik. " Aaaaaugggghh .... aaaahhhh .... juragan ...aduuuhhh ... !" Seni mencengkeran lengan juragan Gogor. Matanya sekejap terbeliak menatap juragan Gogor dan lalu mengatup rapat. Seni hanya bisa menggeliat di dalam pelukan dan dekapan juragan Gogor yang barus saja menembus keperawanan seorang perawan. Mentimun juragan Gogor sangat merasakan sempit dan lembutnya milik Seni yang menjepit - jepit. Juragan Gogor menggerakkan mentimunnya masuk keluar dengan sangat perlahan dan sangat dinikmati. Sebaliknya seni merasakan miliknya sedang dijejali benda lembut besar, panjang, dan menyodok - nyodok membuat seluruh miliknya yang ada di kedalamannya serasa sakit campur enak yang tiada tara. Tidak terasa seni melelehkan air mata di sudut matanya yang terpejam. Melihat ini di perasaan juragan Gogor mengalir rasa sayang yang begitu dalam. Juragan Gogor tiba - tiba bisa menyaksikan kecantikan sejati di wajah Seni. Juragan Gogor dialiri rasa cinta dan sayang. Mentimunnya terus bergerak semakin melaju. Seiring semakin cepatnya gerak masuk keluarnya mentimun juragan Gogor, Seni semakin menggeliat, semakin mendesah dan semakin melayang. Seni serasa sedang berada di surga dunia.

bersambung .......................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar