Rabu, 27 Februari 2013

Cubung Wulung 

                                                                                                        edohaput 


Keenampuluhempat

Pesta pernikahan antara Kliwon dengan Wakini berlangsung meriah. Sejak siang tamu berdatangan silih berganti untuk mengucapkan selamat kepada Kliwon dan Wakini. Tidak hanya tamu warga desa, tetapi berdatangan juga tamu - tamu dari luar desa. Mereka yang telah pernah ditolong dan diobati oleh Kliwon datang berbondong. Pak pedut sangat sibuk menerima tamu dengan suguh gupuhnya. Menik dan Gono yang menyempatkan pulang dari kota juga tidak kalah sibuknya dengan pak Pedut. Gudel dan Tumi menjadi orang sangat penting. Karena Gudel dan Tumi harus mengurusi dan mengatur orang - orang yang berada di dapur dan juga mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan tamu - tamu. Suara gamelan yang ditabuh para niyaga membuat tambah semaraknya suasana.
Kliwon dan wakini yang duduk bersanding di pelaminan merasakan waktu berjalan sangat lambat. Rasa capai menyalami tamu yang hadir sudah sangat dirasakan. Kliwon dan Wakini ingin waktu berjalan cepat. Malam cepat larut. Para tamu pulang, dan acara pesta pernikahan segera diahkiri. Kliwon dan Wakini ingin segera berada di dalam kamar untuk menikmati malam pertama. Tetapi itu tidak terjadi. Semakin banyak saja tamu yang datang. 
Malam terus bergulir. Ledhek - ledhek mulai naik panggung untuk berjoget. Anak - anak kecil dan para perempuan yang tadi ramai menonton tontonan di panggung mulai surut kebelakang dan pulang. Mereka tidak suka menikmati tontonan ledhek. Sebaliknya para lelaki muda dan lelaki setengah baya semakin merangsek maju agar bisa memelototi ledhek yang bahenol. Ledhek yang berpayudara besar dan berpantat padat bergoyang - goyang. Para lelaki tua juga enggan dengan tampilan ledhek. Mereka memilih pulang dan menggulung badan dengan selimut di tempat tidur. Ledhek bagi mereka bukan lagi tontonan yang menggairahkan seperti ketika mereka muda dulu. 
Rembulan semakin meninggi. Udara malam mulai terasa menggigit kulit dan tulang. Bagi mereka yang menonton goyangan ledhek dingin tidak dirasakan. Benak mereka yang dihiasi khayalan tubuh ledhek malah membuat badan mereka terasa hangat dan memanas. Tidak jarang mereka lalu mengendutkan sarungnya dan celana kolornya untuk memberi ruang mengembang bagi mentimunnya. Mereka yang berduit nekat naik panggung untuk nyawer dan berjoget dengan ledhek. Semakin besar duit saweran, semakin membuat ledhek mempersilahkan kejahilan penyawer. Tidak jarang yang mencoba menempelkan hidung di pipi ledhek. Kalau sawerannya kecil ledhek menghindar, sebaliknya jika sawerannya besar ledhek menyediakan raganya untuk dijahili. Juragan Gogor dan juraga Rase menjadi bintang penyawer. Karena mereka orang - orang berduit. Yang lain hanya bisa menelan ludah dan mentimunnya mengembang. 
Kliwon dan Wakini meninggalkan pelaminan menuju kamar yang sudah dipersiapkan oleh Kliwon untuk malam pertama. Di dalam kamar Kliwon dan Wakini menjadi tidak sabar. Masing - masing segera melucuti dandanan pengantin yang menempel di tubuhnya. Wakini segera tergolek telanjang di ranjang berkasur ijuk menunggu Kliwon yang sedang berusaha meredupkan lampu minyak. Wakini perawan malam ini akan menyerahkan cintanya dengan penuh kasih kepada suaminya. Kliwon perjaka yang belum pernah menyentuh perewan selain Wakini akan menggelorakan cinta dan kasihnya untuk isterinya. Kliwon naik ke rangjang. Ditatapnya tubuh isterinya yang telah tidak ada yang menutupinya. Semua jelas nampak di matanya. Wajah Wakini yang cantik, yang masih ada bekas - bekas riasan temanten ditatapnya dengan penuh sayang. Bibir Wakini yang tersenyum menyambutnya, sangat melegakan perasaannya. Mata Kliwon bergeser melihat turun ke buah dada Wakini yang tegak menggunung dengan puting susu yang memerah jambu dan sangat menggemaskan. Merambat ke bawah Kliwon melihat perut Wakini yang tipis rata dengan pusar kecil. Ke bawah lagi di bawah pusar Kliwon melihat rambut lebat yang menutupi milik Wakini yang menggunduk di antara pangkal pahanya. Kliwon menelan ludah. Kliwon yang juga telah menelanjangi diri segera rebah miring di samping tubuh Wakini yang menunggu. " Ni ... Aku menyintaimu ... " Kliwon berbisik di telingan wakini. Wakini merasakan hangat napas Kliwon di telinganya. Dan Wakini juga merasakan deburan napas Kliwon yang memburu. " Aku juga kang ... aku milikmu ... " Wakini memeluk tubuh Kliwon. Mereka segera berciuman dan segera berpagut dengan dihiasi oleh napas - napas birahi mereka. Dengan lembut Kliwon meremas - remas gemas buah dada Wakini. Sambil terus melumat bibir Wakini dan juga kadang menyupang leher Wakini tangan Kliwon bergerak ke bawah. Wakini tahu maksud suaminya, maka di kangkangkan pahanya untuk memberi ruang bagi tangan Kliwon yang akan mengelus miliknya yang sudah sangat menunggu. Tangan Kliwon mengelus, menekan - nekan, menyibak - nyibakkan rambut dan bibir milik Wakini dan juga meneroboskan jarinya masuk ke milik Wakini yang membasah. Wakin memaju - majukan pantatnya agar jari Kliwon semakin menusuk. Wakini yang pahanya tersentuh - sentuh mentimun Kliwon yang sudah sangat kaku sangat ingin yang satu ini menerobosnya dan mengahkiri keperawanannya. Tetapi Kliwon malah semakin asyik dengan bibir, payudara dan lehernya. Wakini hanya bisa menggeliat - geliatkan badannya dan menunggu Kliwon puas dengan yang di atas. Sementara itu jari Kliwon yang ada di milik Wakini terus bergerak membuat Wakini beberapa kali sampai. " Kang ... aaahh ... " Wakini hanya bisa terus mendesah. 
Suara gamelan di luar semakin membahana. Rupanya ledhek - ledhek di panggung semakin berjoget menggila. Biasanya kalau sudah demikian ledhek - ledhek semakin berani. Kain kemben yang menutupi separo payudaranya sengaja dipelorot - pelorotkan. Penyawerpun menjadi semakin menggila. Tidak lagi hati - hati mengeluarkan duit. Lembaran duit yang disawerkan semakin besar. Juragan Gogor, Juragan Rase dan penyawer lainnya mulai menggila juga. Mereka menyelipkan uang saweran di antara belahan dada ledhek sambil mennyolek - nyolek buah dada yang besar, putih, kenyal dan sangat menggiurkan. Perjaka - perjaka tidak berduit di bawah panggung mulai pada berpindah di tempat yang tidak diterangi lampu dan menelusupkan tangannya ke dalam sarung dan celana kolornya. Mereka mulai memegangi mentimunnya sambil terus matanya menatap ledhek - ledhek yang berjoget dikelilingi laki - kali berduit. Khayalnya melambung. Dan ledhek - ledhek di panggung menjadi obyek kahayalan. 
Di dalam kamar Wakini membuka lebar kangkangan pahanya karena Kliwon telah berada di atas. Pinggul Kliwon yang yang telah berada di antara kangkangan paha Wakin bergerak maju. Ujung mentimun Kliwon telah menempel di bibir basah milik Wakini. Kliwon perahan mendorong mentimunnya. Wakini menerimanya dengan bahagia. Bleeesss ... Amblas mentimun Kliwon di milik wakini. Wakin menjerit tertahan. Matanya terbeliak menatap Kliwon yang juga sedang menringis menahan rasa. Wakini merasakan milik Kliwon yang sangat menyumpal di dalam miliknya. Wakini menggeliat. Tiba - tiba Kliwon yang belum sempat memaju mundurkan mentimunya telah mengejang dan menggeram dan memeluk tubuh Wakini sangat kuat. Wakini hanya kaget, dan bertanya dalam hati mengapa Kliwon begitu cepat mengeluarkan cairan cintanya. 

bersambung ......................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar