Jumat, 22 Februari 2013

Cubung Wulung 

                                                                                                        edohaput

Keenampuluhdua

Plencing dan Tobil masing - masing menerima satu kali tamparan keras di pipi mereka dari tangan juragan Gogor. Juragan Gogor sangat naik pintam. Plencing dan tobil hanya bisa berdiri menunduk dan tidak berani menatap mata juragan Gogor yang pasti melotot besar. Mereka hanya berani melirik juragannya yang berjalan mondar - mandir di dekat mereka berdiri. Plencing dan tobil tidak berharap - harap cemas, pipinya akan terkena lagi tamparan keras. " Sia - sia saja aku menggaji kalian yang tidak becus bekerja. Omongan kalian saja yang selalu manis dan membuat aku senang. Ya ... juragan pasti bisa. Pasti terlaksana juragan ... Sekarang mana buktinya. Mana !" Jari telunjuk Juragan Gogor mendorong kening Plencing dan Tobil bergantian. Hanya sekejap wajah Tobil dan Plencing mendongak karena didorong jari telunjuk juragan Gogor. Dan mata mereka sekejap pula bisa melihat wajah juragannya yang merah padam. Dan suara juragannya yang menggelegar membuat Tobil dan Plencing semakin ciut. " Mana ... mana buktinya ha ... ! Omongannya saja ...! Gudel yang kemarin tergolek lemas di tempat tidur dak bisa kalian habisi. Katanya kalian bisa menghabisi Gudel dengan racun. Mana buktinya ha ... ?! Sekarang Gudel malah sehat segar. Itu artinya aku bakal gagal menjadikan Tumi sebagai isteri ketiga. Kalian tahu kan ? Kalau aku sangat gandrung sama Tumi ? Apa kurang banyak aku kasih diut sama kalian ha ... ?" Juragan Gogor merogoh saku dan menyulut rokok. Nampak sekali di mata Plencing dan Tobil ketika melirik juragannya, juragannya sangat tidak menikmati rokoknya. Asapnya tidak dinikmati, hanya disembur - semburkan tidak keruan. " Tentang Jimat juga kalian bohong - bohong saja. Katanya kalian pasti bisa merebut jimat dari tangan yu Jumprit. Buktinya ? Kalian bisa berhasil ? Mana ... ? ... mana ... ha ...?! Omongan kalian saja yang besar ... ! Dasar orang konyol dak berguna ...!" Juragan Gogor membuang puntung di asbak dan segera menyulut lagi. Asap mengepul tidak teratur dari mulut juragan Gogor. Kemudian juragan Gogor duduk di kursi besar dan matanya menatap tajam kedua pembantu setianya yang sedang dimarahinya. Mukanya merah. Mulutnya cemberut. Matanya tidak berhenti melotot, dan getar nada suara marahnya sangat membuat ciut Plencing dan Tobil. 
Sudah sangat sering Tobil dan Plencing kena damprat juragannya. Tetapi dampratan kali ini sungguh luar biasa. Nampak sekali juragan Gogor kecewa dengan kerja Plencing dan Tobil yang tidak membuahkan hasil. Banyak pula sebenarnya pekerjaan Tobil dan Plencing yang membuat juragan Gogor gembira. Diantaranya ketika memburu perawan - perawan yang disukai juragannya dan membuat juragannya terpuas - puaskan di ranjang. Termasuk pula bisa menghadirkan Tumi di ranjang juragannya. Tetapi pekerjaan harus merebut jimat dari tangan yu Jumprit dan menghabisi Gudel adalah pekerjaan berat yang sangat susah dilaksanakan. Memang dengan sangat mudah duit bertumpuk berpindah dari kantong juragannya ke kantongnya kalau pekerjaan bisa berhasil, sebaliknya jika pekerjaan mengecewakan juragannya, tamparan dan dampratanlah yang harus didapat. Seperti hari ini Tobil dan Plencing lagi sial. Menjadi pembantu juragan Gogor memang senang - senang susah. Senangnya mudah mengumpulkan uang. Sejak menjadi pembantu juragan Gogor, Plencing dan  Tobil sudah bisa membeli sawah, membuat rumah dan duit masih terus mengalir. Susahnya jika terjadi seperti hari ini. Pipinya memerah, badan gemetaran, nyalinya menjadi ciut dan sangat terhina.
" Nah sekarang kalian tahu. Jimat ada di tangan Kliwon. Apapun caranya jimat itu harus segera di tanganku. Kalau kalian kali ini gagal, tidak ada ampun bagi kalian. Ngerti ... ?!" Juragan Gogor meletakkan setumpuk uang di meja dan pergi meninggalkan Plencing dan Tobil.
Tobil dan Plencing lemas. Mereka memandangi setumpuk duit di meja. Sekejap ada rasa senang mengalir di perasaannya. Karena melihat duit. Tetapi membayangkan pekerjaan yang bakal dilakukan Tobil dan Plencing merasa sangat susah. " Kang ... " Plencing lirih berkata sambil menatap mata Tobil. " Dahlah, ambil saja uang itu. Kita pulang. Besuk kita susun rencana bagaiman kita memperdaya Kliwon." Tobil melangkah meninggalkan ruangan dan diikuti Plencing yang di tangannya ada setumpuk uang. 

Kedai mbok Semi ramai orang. Aroma wedang serbat, pisang goreng dan tempe goreng begitu kentara. Plencing dan Tobil mampir. Di kedai orang lagi sibuk membicarakan Kliwon. Kliwon yang telah berubah menjadi orang pintar. Kliwon yang sebelumnya pendiam, tidak banyak bergaul, tidak banyak memiliki pengetahuan tentang cara bertani yang baik, yang cenderung suka mengurung diri di rumah, kini menjadi Kliwon yang banyak dihormati dan disegani orang. Hanya saja warga terus bertanya - tanya. Bagaimana Kliwon bisa mengusai jimat yang sementara waktu di kuasai yu Jumprit bisa berpindah di tangan Kliwon. Yu Jumprit mati secara misterius. Dan sekarang Kliwon yang menguasai jimatnya. Orang tidak bisa menemukan jawabannya. Keculai hanya menduga dan berprasangka. 
Tobil dan Plencing  masuk di kedai mbok Semi dan nimbrung ikut - ikut berkomentar. " Nah itu yang membuat kita bingung. Dari tangan yu Jumprit jimat pindah ke tangan Kliwon. Dan yu Jumprit meninggal karena diperdaya orang. Lalu siapa yang membunuh yu Jumprit. Kita semua jadi bisa berprasangka, kan ?" Plencing dengan penuh semangat nimbrung warga yang sedang ramai ngrumpi tentang Kliwon. " Jadi kang Plencing nuduh kang Kliwon yang memperdaya yu Jumprit, ya ?" Seorang pemuda menanggapi omongan Plencing. " Saya dak nuduh Kliwon, lho. Tapi coba pikir. Kok bisa - bisanya jimat yang di tangan yu Jumprit bisa pindah ke tangan Kliwon. Dan yu Jumprit meninggal secara tidak wajar. Apa ya mungkin yu Jumprit diperdaya gendruwo ?" Plencing menegaskan pendapatnya. Pemuda tadi hanya manggut - manggut tanda menyetujui pendapat Plencing. 
Uplik masuk kedai. Uplik perawan tua yang tidak diminati perjaka, karena matanya juling, bibirnya perot, dan kakinya besar kecil. Tetapi Uplik ini sungguh kemayu, centil dan enteng omong. " Wah yang di kedai kok lelaki semua ya ! Wah aku jadi paling cantik, ya ?" Uplik enteng omong sekenanya. Orang yang di kedai tertawa berderai bersama. " Sapa bilang kamu tidak cantik !" Pemuda yang tadi menanggapi omongan Plencing berkomentar. Kembali ada ledakan tawa dari orang - orang. " Lho kang Plencing ya ada disini ta ?" Uplik mengarahkan pandangannya ke arah Plencing. Tetapi karena juling, pandangan seperti mengarah kepada Tobil yang duduk bersebelahan dengan Plencing. " Lho kok aku yang dipandang Plik ?" Tobil menatap mata juling Uplik. Uplik tertawa lepas. " Ih ... kang Tobil ini ada - ada saja." Uplik tetap memandangi Plencing tetapi bola matanya ke Tobil. Plencing menjadi kelimpungan. " Aku kangen lho sama kang Plencing ? Sekarang kok dak pernah menemui aku lagi tak kang ?" Uplik meneruskan sapaannya kepada Plencing. Plencing hanya terdiam dan wajahnya merah karena malu. Dan Plencing was - was kalau Uplik kebablasan ngoceh. Bisa - bisa dirinya bakal memperoleh malu. Mengapa ? Karena Plencing pernah berbuat nakal terhadap Uplik. Peristiwa terjadi beberapa bulan yang lalu. 
Malam itu Plencing lagi kesepian. Karena Tobil sedang diajak juragan Gogor ke kota beberapa hari. Plencing malam itu hanya bisa keluyuran karena memang tidak ada pekerjaan dari juragan Gogor. Plencing ketemu Uplik yang sedang berjalan pulang dari rumah tetangga. Plencing yang yang kesepian menggoda Uplik. Uplik yang memang jauh dari para perjaka sangat senang memperoleh godaan dari Plencing. Gayung bersambut. Uplik dan Plencing bergadengan tangan menuju tebing yang membatasi desa dengan persawahan. Malam hanya diterangi rembulan secuil. Di tebing di atas rerumputan Plencing tanpa basa - basi lagi langsung memeluk tubuh Uplik. Uplik sangat senang, karena memang sangat ingin dirinya dipeluk lelaki. Plencing yang nakal langsung merebahkan Uplik di atas rumputan dan menyingkapkan kainnya. Uplik manut - manut saja. Juga ketika kain yang menutupi dadanya dibuka Plencing Uplik juga malam membantu agar cepat terbuka. Tanpa ampun Plencing langsung menggarap buah dada perawan Uplik. Seperti kakinya buah dada Uplik besar sebelah. Yang satu besar yang satu kurang bersar. Plencing tidak perduli. Plencing langsung menyergapnya dengan remasan dan berikutnya dengan mulutnya yang menyedot puting susu Uplik. Uplik hanya bisa menikmati sergapan buas Plencing. Sebentar saja Plencing sudah sangat menguasai tubuh Uplik. Uplik hanya bisa terus merintih ketika dengan lahapnya mulut Plencing berganti - ganti di bibir, sebentar kemudian di dada, di leher, dan tangannya telah membuat milik Uplik yang ada di selangkangan menjadi basah - basah. " Kang ... aku ... aku mau ... kang ... aku mau ... " Uplik meminta Plencing segera menindihnya. Tetapi Plencing tetap sadar. Dirinya tidak akan menyetubuhi Uplik. Dalam pikiran sadar Plencing, takut Uplik bakal hamil. Dirinya tidak akan suka menikahi Uplik. Yang dilakukan ini hanya dari pada nganggur. Uplik nekat memelorotkan celana dalamnya sendiri. " Kang ayo kang, celana kang Plencing dilepas." Uplik meraba - raba celana kolor Plencing dan menemukan mentimun panjang yang sudah sangat kaku. Plencing terus tetap sadar. Tangan Uplik sudah berhasil menggenggam punya Plencing. Plencing meringis karena tangan Uplik begitu lembut dan hangat. Plencingpun segera membalas memegangi, mengelus, mengilik, dan meneroboskan jari - jarinya ke milik Uplik. Uplik hanya bisa bergerak - gerak tidak karuan karena saking enaknya yang dirasakan di miliknya. Kedua bergumul tanpa menghubungkan miliknya masing - masing. Sampai ahkirnya keduanya kelelahan dan terhempas di rumput tebing.

bersambung ......................



Tidak ada komentar:

Posting Komentar