Selasa, 26 Februari 2013

Cubung Wulung

                                                                                                    edohaput

Keenampuluhtiga

Juragan Rase mengundan Genjik ke rumahnya. Juragan Rase percaya kalau Genjik akan dapat membantunya. Di dalam pikirannya hanya Genjik yang bisa membantu mewujudkan impiannya selama ini. Di dalam pikiran juragan Rase Genjik pemberani dan orang yang tegaan. Bisa melakukan apa saja. " Lho kok malah bengong ta Njik ?" Juragan Rase membuyarkan lamunan Genjik yang ingin memilki rumah seperti rumah juragan Rase. Genjik terkagum - kagum dengan rumah juragan Rase yang besar dan megah. Perabotannya serba terbuat dari kayu jati tua. Yang menempel di rumah juragan Rase semuanya barang mahal. Alangkah senangnya bila dirinya memiliki rumah seperti milik juragan Rase ini. Kapan dirinya bisa memiliki yang seperti ini. Rasanya tidak mungkin. Dirinya yang sampai saat ini hanya sebagai pembantu tenaga kasar keluarga pak Lurah yang upahnya hanya cukup untuk membeli kain, rokok dan sedikit membantu keluarganya yang miskin, tidak mungkin bisa seperti juragan Rase. Genjik hanya terlongo - longo oleh mewahnya rumah juragan Rase. " Ayo diminum, Njik. Tu rotinya dimakan ! Di desa tidak ada roti enak seperti ini. Ini aku beli di kota kemarin. Ayo dicicipi !" Juragan Rase mengeluarkan dari saku jasnya rokok mahal yang dibeli di kota. Di desa tidak ada rokok yang biasa diisap juragan Rase. " Ni buat kamu sebungkus." Juragan Rase menatap Genjik yang masih rada bengong. Genjik meraih roti di piring dan dimasukkan di lulutnya. Dahinya mengerinyit. Roti apa ini rasanya enak sekali. Belum pernah lidahnya tersentuh roti empuk yang membuat lidahnya tergoyang - goyang. Roti di mulut rasa begitu enak hanya saja agak susah di telan. Genjik mengangkat gelas dan menyerutup teh panas, manis dan kental. Mulutnya merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakan. Genjik meraih rokok pemberian juragan Rase. Dibuka, dilolos, disulut, dan Genjik sangat menikmati. " Gimana, Njik, sedap kan rokoknya." Juragan Rase tersenyum melhat Genjik sangat menikmati. Genjik hanya manggut - manggut mengiyakan juragan Rase sambil menghempaskan asap nikmatnya. Juragan Rase merogoh saku jasnya lagi. Yang dikeluarkan dari saku jasnya membuat kaget Genjik. Setumpuk uang dan diletakkan di meja. " Ini buat kamu, Njik !" Juragan Rase mendorong tumpukan uang didekatkan ke depan Genjik duduk. Genjik semakin kaget. Kenapa tiba - tiba juragan Rase memberinya uang sebanyak ini. Belum pernah Genjik selama hidup melihat tumpukan uang sebanyak itu. Apalagi memilikinya. Juragan Rase sejak dirinya datang ke rumahnya belum mengungkapkan apa maksudnya dirinya diundang. Kini tiba - tiba rokok mahal diberikan. Rokok tak seberapa. Uang sebanyak ini ? Ada maksud apa juragan Rase terhadap dirinya. Genjik hanya bisa bertanya - tanya di dalam pikiran, sambil menunggu kalimat juragan Rase yang lain. Genjik hanya terdiam dan matanya memelototi tumpukan uang. Mulutnya menjadi kelu karena pikirannya bingung. Ada maksud apa juragan Rase ini. Genjik hanya bisa tertegun. Dirinya tidak pernah dekat dengan juragan Rase. Dirinya sangat jarang bertemu dan bertegur sapa dengan juragan Rase. Kini tiba - tiba dirinya diundang untuk bertemu. Dan disodori setumpuk uang yang setera dengan upahnya kerja di keluarga pak Lurah selama lima tahun. Genjik semakin terdiam, dan hanya suara mulutnya yang menghisap dan menghempaskan asap rokok yang terdengar. " Uang itu untukmu, Njik. Dan masih akan kutambah lagi, dua kali lipat dari ini, jika kamu bisa membantu aku." Juragan Rase menatap mata Genjik yang sorot matanya menyiratkan ketidak pahaman akan kalimat juragan Rase. " Kamu tahu ta, Njik. Kalau jimat Kecubung Wulung itu sekarang ada di tangan Kliwon ?" Genjik menatap wajah juragan Rase kemudian mengangguk perlahan. Lho kok jimat Kecubung wulung ? Tanya Genjik dalam hati " Nah ... apapun caramu aku tidak tahu, dan aku percaya kamu bisa. Bantu aku Njik agar jimat itu pindah ke tanganku." Genjik mulai paham maksud jaragan Rase mengundangnya. " Dan kalau itu menjadi kenyataan, tidak hanya uang Njik. Beberapa petak sawah akan aku berikan ke kamu." Mendengar ini semua Genjik hanya bisa menelan ludah. Uang banyak. Sawah lagi. Menggiurkan. Tapi apa yang harus aku lakukan ? " Sekali lagi, Njik. Terserah kamu. Kamu bisa membawa akik Kecubung Wulung itu ke tanganku, uang dua kali lipat dari ini." Juragan Rase mendorong tumpukan uang di meja semakin mendekatkan ke depan Genjik duduk. " Dan dua petak sawah kuberikan ke kamu." Juragan Rase serius. Terbayang di benak Genjik uang banyak, sawah dua petak, dirinya akan bisa hidup layak. Tidak lagi hanya akan terus sebagai pembantu tenaga kasar pak Lurah. 
Terbayang di benak Genjik, Kemi yang selama ini dipacarinya akan segera dinikahinya. Duit banyak, punya sawah, Kemi pasti akan sangat gembira. Kemi yang sama - sama dengan dirinya sebagai pembantu keluarga pak Lurah yang sangat di cintainya akan bahagia mendengar dirinya punya sawah. Kemi yang telah diperawaninya pada satu malam di gudang tembakau, pasti akan berjingkrak bahagia kalau dirinya segera melamarnya. Kemi pasti akan sangat suka melayani dirinya. Belum menjadi isterinya saja Kemi telah begitu pasrah pada dirinya, apalagi ketika nanti Kemi telah menjadi pendamping hidupnya.
Ingatan Genjik melayang ke satu malam ketika keluarga pak Lurah sedang tidak ada di rumah. Kemi menemui dirinya di gudang, dan tubuhnya hanya di balut kain jarik. Dihadapan dirinya yang lagi santai melepas lelah tiduran di lantai beralas tikar pandan, Kemi membuka kain jariknya yang menyelimuti tubuhnya. Kemi membuang kain jarik ke lantai. Kemi telajang bulat di hadapannya. Dan tanpa menunggu diminta Kemi segera merebahkan tubuh telanjangnya di samping dirinya. " Kang aku milikmu. Aku cinta kang tresna kang Genjik. Ayo .. kang ini semua milikmu. Aku sangat senang kalau kang Genjik menyukai tubuhku." Kemi memegang tangan Genjik dan membimbingnya ke arah selangkangannya. Yang disiti ada miliknya yang tadi sore telah diguyur air sirih dan air rendaman kembang turi. Tidak urung tangan Genjik segera mengelus milik Kemi. Dan Kemi hanya bisa merintih ketika jari - jari Genjik beraksi. Kedua tangan Kemi sibuk melucuti baju, sarung dan celana kolor Genjik. Sebentar saja semua telah terserak di lantai. Genjik telanjang. Dan segera menindih tubuh Kemi. " Kang itu milikmu kang ... gunakan kang, agar kang Genjik lega." Berkata Begitu kemi sambil mengangkangkan kedua pahanya lebar - lebar. Pinggul Genjik yang telah berada di antara paha kemi segera maju. Dan Kemi terbeliak dan mendesis karena miliknya telah dijejali mentimun besar, panjang, kaku, hangat, dan terasa sekali ada urat - urat yang menonjol di sepanjang mentimun dan menggesek kedalaman miliknya. Kemi mengejangkan jari - jari kakinya karena menahan rasa.


bersambung .....................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar