Minggu, 03 Maret 2013

Cubung Wulung 

                                                                                                          edohaput


Keenampuluhlima

Di luar gerimis. Udara malam tidak begitu dingin karena ada mendung tebal. Di  gudang tembakau Genjik sedang berulang - ulang menghitung uang pemberian juragan Rase. Genjik masih belum percaya kalau yang sedang dihitungnya berulang ini adalah uang beneran. Genjik tidak percaya kalau dirinya memiliki uang sebanyak ini. Lalu akan dipergunakan untuk apa uang sebanyak ini. Untuk beli kain ? Kelewat banyak dapatnya. Untuk senang - senang beli rokok dan jajan ? Kapan habisnya. Untuk beli kain, senang - senang beli rokok, jajan, dan lain - lain keperluan ? Juga akan lama habisnya. Disimpan saja ? Tidak ada gunanya. Terbersit juga dipikiran Genjik uang sebaiknya dibelikan kayu glugu. Satu saat kayu - kayu itu bisa dipergunakan untuk mendirikan rumah. Dirinya harus memiliki rumah. Rumah yang akan ditinggali bersama Kemi. Pasti tidak akan selama dirinya dan Kemi menjadi pembantu keluarga pak Lurah. Satu saat pasti berahkir. Dan dirinya juga akan tua. Dimana tempat berteduh nantinya kalau tidak punya tempat tinggal. 
Seperti biasanya kalau mau masuk ke gudang untuk mengantar makanan buat Genjik, Kemi pasti mengintip dulu dari celah jendela. Kemi sangat kaget melihat Genjik sedang menghitung uang yang tidak mungkin dimiliki oleh Genjik. Kemi tidak juga percaya kalau yang sedang dihitung Genjik ini adalah uang. Dari mana Genjik mendapat uang sebanyak itu. Dari pak Lurah ? Kemi meninggalkan jendela dan berjalan jinjit. Sangat hati - hati nampan yang di atasnya ada piring makanan dan gelas minuman dibawanya. Pintu Gudang dibuka dengan sangat hati - hati agar tidak menimbulkan suara. Kemi ingin melihat dari dekat uang yang sedang dihitung Genjik. Apa itu uang beneran atau justru matanya yang salah lihat. 
Genjik yang asyik berulang menghitung uang, tidak mendengar suara dan tidak menyadari kalau  waktu seperti ini saatnya Kemi datang mengantar makan malam. Kemi telah berdiri dan terbengong di depan Genjik yang duduk di lantai beralas tikar, dan menunduk serta tangan tetap sibuk menghitung, menata dan memindah - mindahkan tumpukan uang. Genjik tidak menyadari Kemi telah berdiri di dekatnya. 
kemi pura - pura batuk. Genjik kaget dan meraup tumpukan uang di depan duduknya. Terlambat, karena Kemi dengan bakinya lalu duduk di depan Genjik. Uang terserak di sarung yang dikenakan Genjik. Kemi yang kaget puran - pura tersenyum seolah tidak melihat kekagetan Genjik atas kedatangan dirinya. Uang di atas sarung, dikedua tangan Genjik kembali berjatuhan di tikar. Dan Genjik tidak mengambilnya. Genjik membiarkan uang terserak. Dengan tangannya Kemi menyapu - nyapu terseraknya uang dan mendorong tumpukan uang ke depan Genjik duduk. Kemi meletakkan nampan. Seolah Kemi tidak kaget dan tidak heran terhadap serakan uang. " Makan kang, ini ada sayur lompong, dan lauknya telur bebek. Sayurnya lompong enak banget lho kang. Tu telurnya aku goreng matang. Dan ini tehnya aku campur dengan gula aren kesukaan kang Genjik." Kemi memposisikan duduk di depan Gudel yang masih tidak percaya dengan kedatangan Kemi. Menyaksikan Kemi tidak ambil pusing terhadap uang yang berserakan, Genjik diam tetapi segera mengumpulkan dan menata uang lalu diletakkan di samping posisi duduknya. Selesai dengan uang tangan Genjik segera maraih piring dan segera memenuhi mulutnya dengan nasi dan sayur lompong serta telur bebek. Genjik tidak berani menatap Kemi. Genjik takut kekagetannya diketahui Kemi. Hanya sekejap saja sambil makan genjik melirik Kemi yang menatapnya penuh dengan tanda tanya. makan dan minum dihabiskan tanpa berkata - kata. Hanya pikirannya melayang ke kayu glugu yang akan dibelinya nanti serta perasaannya begitu menyesal mengapa sampai Kemi melihatnya sedang menghitung uang. Genjik berharapan sejak semula tidak boleh ada seorangpun tahu kalau dirinya memiliki uang pemberian juragan Rase. Genjik sendawa pelan. Makanan diperutnya membuatnya kenyang. Genjik meminggirkan nampan dan piring gelas kosong. Kemudian matanya menatap Kemi sambil tersenyum. Ditariknya tangan Kemi yang duduk persis di depannya yang semenjak tadi juga diam sambil menatap dirinya yang lahap menghabiskan makanan. Kemi jatuh dipeluknya. Genjik mencium pipi Kemi dan mengeratkan pelukkannya. Tidak seperti biasanya kalau sudah dipeluk Genjik Kemi akan segera merekahkan bibirnya untuk menerima ciuman mesra dari Genjik. Kini malah bibirnya dikatupkan rapat. Dan matanya menatap marah ke mata genjik dan gerakkannya meronta kecil untuk bisa lepas dari pelukkan. Genjik menduga sikap Kemi ini pasti karena uang ini. Genjik mesti menjelaskan dengan jujur. Jika tidak Kemi pasti akan terus memberengut dan dirinya tidak akan mendapat jatah kenikmatan. " Kamu marah karena duit ini kan, Mi ? Kamu pasti mencurigai aku berbuat jahat, kan ? Dan kamu pasti mengira aku mencuri duitnya pak Lurah, kan ?" Genjik mengeratkan pelukan dan mencium pipi Kemi. Kemi sedikit menghindar, tetapi hidung Genjik tetap juga sampai di pipi Kemi. " Mi ... duit ini pemberian juragan Rase. Dan nanti masih akan ditambah lagi. Bahkan kalau aku berhasil aku juga akan diberi sawah dua petak. Setelah semua nanti saya miliki, aku akan segera melamarmu, Mi." Genjik memberi penjelasan. Kemi mengerutkan dahi dan matanya memelototi mata Genjik. " Bentar kang, duit akan ditambah lagi, dan akan diberi sawah pula, ada kerjaan apa, kang ? Kang Genjik harus berhasil berbuat apa, kang ?" Kemi tetap memelototi Genjik. " Anu ...Mi ... anu ..." Genjik ragu untuk jujur. " Anu ... anu apa kang ?" Kemi memotong dan matanya tambah melotot. Genjik menghela napas panjang. " Mi ... aku harus membantu juragan Rase. Juragan Rase meminta aku agar bisa jimat Kecubung Wulung pindah ke tangan juragan Rase. " Genjik jujur. Kemi sangat Kaget. Tumpukan uang dipangkuannya disapu dengan tangannya. Uang terserak di tikar. Kemi meronta ingin lepas dari pelukan Genjik. Tetapi Genjik malah semakin erat memeluk Kemi dan tangan Genjik nakal menerobos masuk ke kain bawah dan berhasil memegang milik Kemi yang ada diselangkangan. " Kembalikan duit ini kang. Kembalikan. Jangan lakukan perintah juragan Rase, kang !" Kemi meronta. " lebih baik kita melarat kang. Tetapi hidup selamat. Jangan kang ... jangan lakukan." Kemi terus menyoba lepas dari pelukan Genjik. Tetapi Genjik yang kuat malah semakin erat memeluk. " Ya ... ya... Mi ... aku janji akan aku kembalikan duit ini, Mi " Tangan Genjik berusaha memelorotkan celana dalam Kemi. " Janji ya kang ." Kemi melunak. Selain janji Genjik, juga karena di miliknya terlanjur merasakan enak dan celana dalam telah melorot. Genjik langsung mencium bibir Kemi agar tidak banyak omong lagi. Kemi tidak lagi meronta, tetapi malah menggeliat nikmat. Kemi telah rebah ditindih Genjik yang juga sudah memelorotkan celana kolornya. Kemi menyediakan miliknya untuk segera diterobos mentimun Genjik untuk yang sudah kesekian kalinya, sambil terus menggeliat karena puting susu buah dadanya telah dikuasai mulut Genjik dengan membabi buta. 

bersambung ..................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar