Rabu, 06 Maret 2013

Cubung Wulung

                                                                   edohaput


Keenampuluhenam

Malam Jumat Kliwon. Tengah malam. Kliwon dan Wakini berada di pinggir kedung. Wakini deg - degan. Seperti apa air kedung yang bisa bercahaya. baru kali ini sejak menjadi isteri Kliwon dirinya diajak untuk mengambil air kedung. Air sebumbung yang diambil Kliwon pada malam Jumat Kliwon kemarin telah habis dipergunakan ungtuk mengobati orang. Kliwon tidak bisa mengambil air lebih dari sebumbung. Kecuali berat membawanya juga Kliwon memang sengaja tidak mengambil air sekaligus banyak, supaya setiap malam Jumat Kliwon dirinya bisa hadir di kedung. Wakini yang berdiri telanjang harap - harap cemas. Kapan air kedung akan bercahaya. Begitu air kedung bercahaya Wakini akan menyeburkan dirinya di tengah Kedung. Seperti kata Kliwon suaminya siapa saja perempuan yang masuk di air kedung pada Malam Jumat Kliwon saat air bercahaya akan selalu awet muda, tambah cantik, dan mukanya bercahaya. Kulit kembali kencang tiada keriput, dan semuanya kembali bagai gadis remaja belasan tahun. Wakini akan membuktikan itu. Wakini menunggu air kedung bercahaya. Tiba - tiba ada suara angin mendesis dan membuat pepohanan di pinggir kedung bergoyang dan suara berisiknya dan saling bergesek begitu kentara. Wakini merinding takut. Dan surut kebelangkang dari bibir kedung. Tiba - tiba air kedung bercahaya terang. Wakini semakin kaget. Kliwon siap mengambil air. Wakini berdiri terpaku. Kliwon heran Wakini tidak segera masuk ke air. " Ambyur Ni ... Ambyur ... cepat ... cahaya segera akan hilang ... !" Kliwon setengah berteriak tertahan menyadarkan Wakini yang tertegun. Wakini tersadar dari keheranannya dan Wakini tidak lagi berkpikir. Wakini hanya melaksanakan perintah Kliwon. Wakini ambyur ke tengah Kedung. Air kedung yang bercahaya bergelombang dengan terjunnya tubuh Wakini. Wakini merasakan tubuhnya begitu hangat. Seiring dengan surutnya cahaya Wakini merasakan dinginnya air. Wakini menggir ke bibir kedung. Kliwon menarik tangan Wakini naik ke tepi kedung. Wakini segera menyelimut diri dengan kain jarit. Kliwon dan Wakini berjalan pulang. 
Di dalam kamar Kliwon menatap tubuh telanjang Wakini. Aneh. Wakini tampak sangat muda. Payudaranya kencang tegak menggunung. Kulitnya bersih kencang. Pipi Wakini begitu ranum. Mata Wakini begitu bercahaya. Kliwon sangat terpesona dengan itu semua. Sangat terpesona dengan wajah Wakini yang berubah menjadi belia seperti saat wakini berusia belasan tahun. " Ni ... Kamu cantik banget, Ni. Benar apa yang diucapkan Menik. Siapa perempuan yang mandi di kedung saat malam Jumat Kliwon saat air kedung bercahaya ia akan kembali muda." Kliwon seperti bicara pada dirinya sendiri, walaupun di hadapannya ada Wakini yang telanjang. " Kang badannku sangat terasa segar. Dan semua kelelahan yang tadi ada hilang semua, kang." Wakini jujur pada Kliwon." Kang kulitku kok jadi halus, kang. Ini kang, buah dadaku kok kencang banget. Pipiku kang, terasa keceng, dan padat kang !" Wakini seperti bersorak gembira. " Hus jangan keras - keras. Nanti didengar bapak." Kliwon mengingatkan Wakini. Kliwon tidak tahan melihat tubuh telanjang Wakini yang tampak begitu ranum. Kliwon melepasi kainnya. Kliwon telanjang. Mentimunnya tegak kaku mencuat mengarah ke Wakini berdiri. " Kang ... tapi ... aku selama ini tidak pernah puas dengan mentimun kang Kliwon lho kang." Wakini jujur kepada Kliwon. Wakini sejak malam pertama belum pernah dipuaskan oleh mentimun Kliwon. Mentimun Kliwon yang tampak perkasa, besar panjang dan kaku, kalau sudah diteroboskan ke milik Wakini tiada tahan. Belum sempat dimaju mundurkan agar Wakini memperoleh kenikmatan, sudah terlanjur mentimun Kliwon memuntahkan air lelakinya. Dan sesudah itu begitu cepat mentimun Kliwon surut mengecil. Membuat Wakin menjadi sangat kecewa. Wakini mendekat ke Kliwon dan memegangi mentimun Kliwon. Kliwon meringis karena lembut dan hangatnya telapak tangan Wakini. " Kang aku juga kepingin nikmat, kang. Tahan ya kang nanti kalau mentimun Kang Kliwon sudah di dalam milikku. Masak setiap kali masuk dan belum digerakkan langsung mancur - mancur. Aku kan belum apa - apa, kang. Sudah puluhan kali kita melakukan, tetapi belum pernah kang Kliwon memaju - mundur burung kang Kliwon di milikku. Aku kan kepingin disodok - sodok, kang." Wakini merajuk. Kliwon diam saja. Karena memang begitu keadaannya. Kliwon tidak bisa menahan keluarnya cairan lelakinya manakala mentimunnya sudah berada di dalam milik Wakini. Kliwon tidak tahu mengapa. Apa milik Wakini ini terlalu enak, atau memang dirinya yang memiliki kelainan, sehingga begitu mentimunnya berada di dalam, dirinya langsung tidak kuat menahan. Sekuat apa Kliwon menahan tetap saja maninya segera menyembur. " Ya ... kang ... ya ... yang lama yang kang. Tahan kang nanti jangan keburu keluar. Kasihani aku kang." Wakin menempelkan tubuh telanjang ke tubuh telanjang Kliwon. Kliwon segera memeluk Wakini. Diciuminya bibir dan leher Wakini. Diremas - remas buah dada Wakini yang kembali kenyal dan padat. Tangan Kliwon terus menelusur ke selangkangan Wakini. Kliwon selalu berusaha membuat Wakini sampai ketika jari - jarinya bermain di milik Wakini. Kliwon sengaja tangan dan jari - jarinya berlama - lama di selangkangan Wakini. Kliwon sengaja berbuat begitu. Karena Kliwon sadar mentimunnya tidak bakal kuat menahan menyemprotnya mani ketika sudah berada di dalam milik Wakini. Wakini menggeliat - geliat ketika jari Kliwon mulai sangat nakal menyodok ke segalan penjuru kedalaman miliknya. Wakini mendesah. Dan milik Wakini basah. Wakini terus menggeliat. Dan tubuhnya segera embruk terlentang di ranjang bambu. Menimbul suara krengket yang keras. Tubuh Kliwon menindih tubuh Wakini yang sintal padat. " Kang masukkan kang, tetapi jangan cepat keluar. Kocok milikku dengan burung kang Kliwon. Aku ingin merasakan kang." Wakini membuka selangkangannya lebar - lebar untuk memberi ruang pinggul Kliwon yang siap memajukan mentimunnya. Ujung mentimun Kliwon menyentuh bibir milik Wakini yang telah membasah. Kliwon mendorongnya pelan. Mentimun Kliwon amblas. Kliwon merasakan hangat, geli, dan mentimunnya begitu pegal, dan ujung serasa mengembang besar. " Dorong terus kang, tarik dan kocok kang." Wakini menaik - naikkan pantatnya. Kliwon tidak tahan. Dengan sekuat tenaga Kliwon menahan tetapi tetap tidak berhasil. Kliwon menggeram. Cairan lelakinya tumpah ruah di milik Wakini. " Gimana ta kang ! Kok keluar ! Aku belum apa - apa lho kang ! Dasar kang Kliwon dak kasihan sama aku. Aku juga kepingin kang. Aku pingin nikmat kang !" Wakini uring - uringan tak tertahan. Wakini menjadi setengah berteriak. Dan memukuli tubuh Kliwon yang telah ambruk di sampingnya. Kliwon hanya diam tidak berbuat apa - apa. Kliwon paham betapa kecewanya Wakini. Tetapi apa daya. Dirinya memang begini. " Kang ayo lagi kang. Puaskan aku. Ayo kang !" Wakini terus uring - uringan dan menangis. Wakini sangat kecewa. " Kang kliwon ini aneh. Bisa menyembuhkan orang lain, tetapi tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Mbok disembuhkan, kang. Biar kang Kliwon bisa tahan lama. Kalau begini aku susah kang ! Aku kecewa !" Wakini terus uring - uringan.

bersambung ......................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar