Senin, 28 Januari 2013

Cubung Wulung

                                                                                              edohaput

Kelimapuluhenam

Sejak Menik dibawa ke kota oleh Gono, Gudel jatuh sakit. Gudel tidak ada lagi gairah hidup. Badanya yang kekar cepat menyusut karena sudah hampir sepuluh hari Gudel tidak mau makan tidak mau minum. Sulit sekali bisa tertidur. Gudel sungguh merepotkan keluarganya, karena Gudel tidak mau bangun dari pembaringan. Sawahnya yang ditanami sayuran menjadi terbengkelai. Sudah sejak mendengar Menik dilamar Gono dan diketahui Menik menerima lamaran Gono, Gudel tidak lagi mau pergi bekerja di sawah. Gudel semplah. Gudel patah semangat. Semua yang dilihat bagai memusuhinya. Tidak ada lagi yang indah di matanya. Gudel yang berangsan berubah menjadi Gudel yang lumpuh tiada daya. Gudel sangat menginginkan kematiannya segera datang. Bagi Gudel hidup tanpa Menik sudah tiada lagi artinya hidup.
Mulutnya yang selalu mengigaukan nama Menik semakin hari semakin lirih berucap. Bibirnya tidak kuasa bergerak .  Gudel hanya bisa berkomat - kamit dengan pandangan mata yang kosong. Setiap kali bayang Menik hadir di angannya, air matanya meleleh membasahi bantal alas kepalanya.
Tumi sangat bersedih hati menyaksikan kekasihnya tergolek tanpa daya dan sengaja mencari kematiannya. Tumi juga merasa sangat kecewa karena Gudel yang sangat dicintainya, sangat disayanginya dan sangat didambakan menjadi pendamping hidupnya ternyata tidak menyintainya. Sebenarnya Tumi sudah lama mengetahui kalau Gudel menyukai Menik. Tumi hanya bisa cemburu. Tumi tidak pernah menyangka kalau Gudel yang sering bercumbu dengan dirinya itu sangat dalam cintanya terhadap Menik. Tumi hanya bisa bertanya - tanya,  ada perasaan apa pada diri Gudel ketika mencium dan melumat bibirnya. Ada perasaan apa ketika Gudel meremas buah dadanya, mempermainkan miliknya, bahkan kemudian menyetubuhinya. Walaupun semua itu diawali dari pancingan dan keinginan dirinya, tetapi mengapa Gudel mau, mengapa Gudel bersungguh - sungguh melakukannya. Bahkan Tumi berpikir kenapa Gudel mau menerima uang bantuan dari dirinya ketika Gudel terjerat masalah keluarga. Tumi tidak habis pikir. Tumi Kecewa. Walaupun kecewa dan sakit hati Tumi tetap menyintai, dan menyayangi Gudel. Tumi tidak ingin Gudel mati. Tumilah yang sehari - hari merawat Gudel dan menyemangatinya agar mau kembali sembuh dan kembali memiliki semangat hidup.
Lain dengan juragan Gogor. Juragan Gogor sangat berharap Gudel tidak sembuh dari sakit yang dibuatnya sendiri. Juragan Gogor berharap Gudel segera mati. Dengan begitu dirinya akan semakin mendapat kesempatan untuk menjadikan Tumi sebagai isteri ketiganya. Juragan Gogor sangat gandrung terhadap Tumi. Dirinya merasa sangat dipuaskan oleh Tumi di tempat tidur. Tumi yang telah dirasakannya, ternyata sangat lain dengan perawan - perawan yang pernah dibelinya. Bahkan isteri pertamanya dan isteri keduanya bukan apa - apa jika dibandingkan dengan Tumi. Segala milik Tumi yang pernah dirabanya, dirasakannya, dan dinikmatinya sangat membuat dirinya ketagihan. Belum pernah ada perawan yang membuat ketagihan juragan Gogor selain Tumi. Bahkan isteri - isterinyapun belum pernah membuat dirinya ketagihan luar biasa. Isteri - isterinya, perawan - perawan yang pernah dibelinya hanya sebagai penghilang dahaga. Pemuas menggelagaknya nafsu birahi yang tidak terbendung, dan hanya sebagai pelampiasan agar air lelakinya bisa menyembur keluar. Berbeda dengan payudara Tumi yang begitu dikaguminya. Payudara yang tegak menggunung keras, kenyal dan sangat menggairahkan. Pantat Tumi yang gempal padat dan ketika dirinya sedang berada di atasnya mampu bergoyang dan membuat mentimunnya yang sedang berada di kedalam milik Tumi merasakan sensasi yang luar biasa nikmat. Bibir Tumi yang lembut laksana selalu terolesi madu, yang ketika dikulum terasa lemir membuat bibir serasa menikmati buah anggur yang sangat manis. Belum lagi milik tumi yang ada diselangkanganya yang dirasakan menyedot - nyedot, menggenggam - genggam, dan sisi kiri kanan bibirnya membuat batang mentimunnya terasa seperti benda yang sangat lembut dan hangat. Tumi tiada banding bagi juragan Gogor. Juragan Gogor telah berniat membuat sebuah rumah mungil di tepi sungai untuk ditinggali Tumi. Disana ia akan selalu berkunjung dan melepaskan kerinduannya. Melampiaskan ketagihannya yang selalu menghinggapi benaknya. Rumah mungil yang akan diisi dengan perabot mewah untuk memanjakan Tumi. Agar Tumi selalu menampak senyumannya yang selalu ingin dilihatnya. Juragan Gogor ingin persiapkan kain - kain tipis yang selalu dikenakan Tumi. Agar dirinya selalu melihat secara transparan milik Tumi yang ada di balik kain. Tumi akan sangat disayangnya. Tumi akan dijadikan piaraan dan menjadi klangenan sepanjang hidupnya. Juragan Gogor pernah bersumpah setelah Tumi dirinya tidak akan lagi tertarik dengan perawan.
Lain lagi dengan juragan Rase. Dirinya yang pernah dekat dengan Menik, bahkan telah pernah menyatakan cintanya kepada Menik, mengalihkan perhatiannya kepada Tumi. Sepergi Menik ke kota, Tumilah yang kemudian menjadi kembang desa. Juragan Rase yang pernah memberi cicin kepada Menik, dan juga pernah meraba payudara Menik serta menikmati bibir Menik, kemudian menjadikan Tumi sebagai idolanya. Walaupun dirinya belum pernah dekat dengan Tumi, juragan Rase percaya Tumi akan mau karena dirinya kaya, dan memiliki segalanya. Dirinya perjaka yang sebenarnya telah kelewat tua harus segera menikahi perawan. Perawan setelah Menik yang dicocokinya hanya Tumi. Seperti halnya juragan Gogor, juragan rase juga berharap Gudel mati saja agar dirinya bisa segera dekat dengan Tumi. 
Setiap malam menjelang dirinya berangkat ke peraduan, dan menikamti bantal sendirian, pikirannya melayang kepada Tumi. Dibayangkannya Tumi tergolek telanjang di sampingnya. Kalau angannya sudah begitu juragan Rase tidak kuat menahan. Ahkirnya tangannya sendiri yang melayani mentimunnya yang begejolak sambil bayangan Tumi yang telajang terus merasuki benaknya. Di angannya Tumi ditindihnya. Diremas - remas buah dadanya. Diciumi bibirnya dan lehernya. Tumi meronta - ronta nikmat. Pada klimaknya mentimunnya masuk ke milik Tumi dan Tumi mendesah - desah. Dan dirinya semakin bernafsu menggenjot. Tumi menggeliat - geliatkan tubuhnya karena merasakan mentimun juragan Rase yang memang kelewat panjang dan besar. Tumi hanya bisa melingkarkan kedua kakinya di pinggul juragan Rase sambil menahan - nahan rasa geli nikmat di miliknya yang terus digenjot tanpa ampun. Yang terjadi kemudian juragan Rase merasa malu pada dirinya sendiri ketika air kelelakiannya tumpah ruah di telapak tangannya dan membasai guling yang dikempitnya. Tetapi juragan Rase puas. Dan membuat dirinya menjadi mudah memejamkan mata. 

bersambung ......................

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar