Sabtu, 26 Januari 2013

Cubung Wulung 

                                                                                                     edohaput 


Kelimapuluhempat

Kepulangan Gono yang tidak diperkirakan membuat Gudel kelimpungan. Hatinya sangat panas. Selama tujuh hari sejak kepulangan Gono, Gudel tidak bisa menemui Menik, karena Gono selalu ada di rumah Menik. Rasa cemburunya meledak - ledak mengisi relung hatinya yang terus panas, dongkol, dan sakit. Sebenarnya dari semula Gudel tahu kalau Menik mencintai Gono. Tetapi sejak Gono meninggalkan desa dan bekerja di kota, Menik seperti telah menerima cintanya. Gudel sangat berharap Menik menjadi pendamping hidupnya. Gudel memperkirakan Gono sudah melupakan Menik. Gono tidak mungkin pulang untuk Menik. Ternyata Gono kini pulang dan kembali lengket dengan Menik. Gudel sangat sakit. Cintanya kepada Menik terhalang. Pikiran jahatnya muncul. Ingin rasanya melenyapkan Gono dari muka bumi ini. 
Hari - harinya ketika tidak bisa bertemu dengan Menik hanya diisi dengan melamun. Perasaannya begitu menderita. Mengapa Menik ketika diciumnya tidak menolak. Mengapa tangan - tangannya ini dibiarkan oleh Menik untuk meraba seluruh miliknya. Mengapa juga ketika bercumbu Menik juga sangat menikmati. Jika Menik waktu itu selalu menolak, cintanya pasti tidak akan tumbuh subur seperti sekarang. Gudel hanya bisa nelangsa. 
Bagai mendengar halilintar di siang bolong tanpa mendung dan tanpa hujan jantung Gudel serasa berhenti ketika telinganya mendengar Menik telah menerima lamaran Gono. Kepala menjadi pusing, mata berkunang - kunang, hati bagai diiris - iris sembilu. Air matanya menetes tak kuasa terbendung. Gudel patah hati. Gudel hanya bisa nelangsa. Hidupnya menjadi tidak lagi bersemangat. Pikirannya semplah tidak ada daya. 
Pikirannya merlayang ke Tumi. Sebenarnya Tumi tidak kalah cantik dengan Menik. Bakan tubuh Tumi lebih padat. Postur tubuh Tumi lebih tinggi dari pada Menik. Tumi lebih mengerti apa yang disenanginya. Tumi lebnih perhatian. Tumi sangat mengerti apa yang dideritanya. Bahkan Tumi telah mampu melepaskan persoalan keluarganya. Dan dirinya menjadi terbebas dari urusan ekonomi yang membelit. Tumi telah banyak membantunya. Tetapi rasa cinta kepada Tumi tidak ada. Yang ada hanya rasa kasihan. Tumi yang begitu menggebu menyukainya, diladeni dengan rasa iseng saja. Tetapi rasa iseng yang dilakukannya sebenarnya sudah kelewatan. Keperawanan Tumi pun telah direnggutnya. Walaupun itu bukan karena keinginannya, melainkan keinginan Tumi. Tetapi perbuatan iseng ini telah membuat Tumi semakin menyukainya. Semakin menyintainya. Hal yang tidak disukainya yang melekat di tubuh Tumi adalah sifat Tumi yang kenes. Braok, wak - wakan, suka bicara keras, dan kadang - kadang berkelakuan layaknya laki - laki. Tumi tidak lembut dan mendayu seperti Menik. Tumi jauh dari sifat keibuan yang sangat disukainya. Tumi cenderung kasar, nekat, dan cenderung vulgar. 
Selama ini Gudel tidak pernah merasa berdosa mengabaikan cinta Tumi. Setiap kali ketemu dengan Tumi dan berbuat iseng dengan Tumi, Gudel tIdak pernah merasa ada bekas kenangan indah. Yang dilakukan bersama Tumi hambar bagai sayur tidak bergaram. Gudel tidak menikmati sampai ke relung hati. Beda dengan apa yang diperbuat bersama Menik. Menik membuat dirinya bergetar. Berirama indah. Yang dilakukannya dicatat dalam benaknya menjadi kenangan yang indah. Yang kalau diingat dan dibayangkan akan membuat hatinya berbunga - bunga. Wajah Menik selalu dirindukan. Suara Menik yang lembut sangat ingin selalu didengarkan. Gemulainya gerak - gerik Menik selalu ingin dilihatnya. Cara menik mengatupkan pelupuk mata ketika dicium bibirnya sangat membuat durinya suka. Cara Menik terbeliak matanya ketika payudara diremas membuat dirinya tambah sayang. Cara Menik mendesah ketika teralu lama bibirnya dikulum membuatnya semakin bernafsu. Menik adalah segala - galanya bagi Gudel. 
Gudel tidak pernah tahu kalau Menik tidak menyintainya. Gudel tidak pernah tahu kalau yang dilakukan Menik, dengan mau dicium, mempersilahkan seluruh miliknya diraba - raba adalah hanya karena Menik ingin membayar jasa terhadap apa yang telah disumbangkan untuk keluarganya. Gudel tidak pernah tahu kalau jasa tenaga dan pikiran yang telah diberikan untuk keluarga Menik telah dibayar dengan relanya Menik dipeluk, dicium bahkan dicumbu dengan penuh cinta. 
Kini Gono berada di samping Menik. Tidak akan lama lagi Menik pasti akan dibawa Gono ke kota. Dirinya akan kehilangan orang yang sangat disayang dan dicintainya. Desa ini pasti akan sangat sepi bagi dirinya. Kesemarakan akan hilang. Rembulan tidak akan lagi membuat hatinya penuh dengan rasa bahagia. Sebaliknya kemunculan rembulan akan membuatnya bersedih dan penuh rasa kecewa. Mengapa Gono Pulang. Mengapa Gono tidak mati saja di kota. Mengapa Gono bisa betrhasil mengumpulkan harta. mengapa. 
Gudel bingung. Gudel linglung. Gudel kehilangan akal. Gudel hanya bisa berlari ke hutan. Dan disana berteriak - teriak keras memanggil nama Menik. Gudel menangis sejadinya - jadinya. Gudel ingin melepaskan derita dan cemburunya. Di dalam angannya Menik sedang berada di pelukan Gono. Sedang menikmati ciuman dan rabaan - rabaan Gono. Menik sedang menggelinjang nikmat karena tangan - tangan Gono yang terus tiada henti meraba milik Menik. Diangannya Menik bermanja - manja di pelukan Gono. Menik yang menggeliat. Menik yang mendesah. Menik yang menggelinjang, sangat mendesak - desak angannya. Bayangan Menik bermanja - manja di pelukan Gono semakin jelas di angannya. Cemburunya semakin meledak - ledak. Terbayang di angan Gudel Gono membuka kancing kain di depan dada Menik, seperti dirinya pernah melakukan. Gono kemudian mengeluarkan payudara Menik dari kainnya, dan menciuminya. Mengulum puting susunya dan Menik berkelenjotan karena rasa gelinya. Gono juga membuka - buka kain bawah Menik. Sehingga seluruh paha Menik bisa dilihat oleh mata Gono. Dan sambil menciumi buah dada Menik Gono mengelus - elus paha Menik yang sudah tidak tertutup kain. Dari mengelus paha tangan Gono semakin merambat ke selangkangan Menik yang pahanya membuka karena mempersilahkan tangan Gono untuk mengelus - elus miliknya. Bayangan rekaan yang diangankan Gudel semakin jelas saja. Dibenaknya seakan nyata.  Rekaa - rekaan di alam pikirannya semakin mempengaruhi otaknya. Tanpa terasa dan tidak diharapkan, mentimunnya mulai bergerak - gerak menuju kaku. Bayangan payu dara Menik, bibir Menik, dan rontaan - rontaan Menik yang diiring desahan membuat dirinya tiba - tiba bernafsu. Mentimunnya menggeliat dan segera kaku. Pikirannya yang terus ke Menik. Dan yang terbayang Menik yang sedang dicumbu Gono. Menik yang pakaiannya mulai tidak tertata lagi karena tangan Gono yang terus melucutinya, membuat mentimunnya mendesak - desak celana. Gudel tiba - tiba memelorotkan celananya. Mentimunnya mencul tegak kaku, dan mendongak - dongak. Nafsu birahinya semakin menjadi karena bayangan Menik tidak mau pergi dari angannya. Gudel menggenggam mentimunnya sendiri. Telapak tangannya yang kasar kapalan karena banyak memegang tangakai cangkul membuat mentimunnya sakit digenggamannya. Gudel celingukan. Matanya menumbuk daun camcau. Dengan sekali raih daun camcau diremas. Getah daun camcau membuat telapak tangannya menjadi licin. Mentimunnya semakin digenggamnya, dan digerak - gerakkannya. Telapak tangannya yang menggenggam mentimunnya bergerak maju mundur. Licinnya getah daun camcau membuat mentimun Gudel laksana ada di dalam milik seorang perempuan. Dipikiran Gudel mentimunnya berada di dalam milik Menik. Dan sedang didorong dan dimundurkan. Gudel membayangkan Menik sedang ditindihnya terus menggeliat dan mendesah karena mentimunnya bergerak semakin cepat. Mulut Gudel menganga - nganga. Napasnya memburu. Telapak tangannya yang menggenggam mentimunya semakin cepat bergeral maju mundur. Gudel yang berdiri dan bersandar pada pohon cemara tiba - tiba tubuhnya mengejang, dan mulutnya yang terus menyebut Menik, menggeram dan tanpa sadar berteriak keras memanggil nama menik. Dari ujung mentimunnya muncrat air maninya. Dan sebagian maninya membasahi telapak tangannya yang menggenggam mentimunnya. Sejurus kemudian Gudel ambruk di atas rerumputan di bawah pohon cemata di hutan ujung desa. 

bersambung ...................



Tidak ada komentar:

Posting Komentar