Selasa, 22 Januari 2013



Cubung Wulung 

                                                                                                       Edohaput


Kelimapuluhtiga

Gono pulang desa. Berkat ketekunannya dan kerja kerasnya di kota, Gono berhasil mengumpulkan harta. Rumah kecil sederhana dan sekaligus sebagai tempat usaha telah dimiliki Gono. Bermodal itu Gono berani pulang ke desa untuk memenuhi janjinya terhadap Menik. Jika apa yang telah dimilikinya sudah mampu menyenangkan Menik, Gono bertekat membawa Menik ke kota. Tetapi jika Menik merasa apa yang dimiliki dirinya belum cukup, Gono akan kembali ke kota dan berusaha lebih ke ras lagi untuk memenuhi harapan Menik. Perasaan cintanya kepada Menik telah membuat semangatnya bekerja dan berusaha di kota tidak pernah kendur. Malam dijadikan siang, kepala dijadikan kaki, yang penting segera bisa mengumpulkan harta untuk membahagiakan Menik. 
Sore baru saja lepas.Matahari hilang di balik pepohonan yang menutupi lereng - lereng bukit. Rembulan besar merah muncul dari balik gunung. Suara binatang malam mulai terdengar ramai. Langkah Gono mantap menuju rumah Menik. Jarak rumah Gono dengan rumah Menik yang tidak begitu jauh dirasakan Gono berjarak berkilo - kilo meter. Rasa rindunya kepada Menik sudah tidak tertahankan. Sudah terbayang di benaknya Menik akan menyambutnya dengan senyum yang selalu mempesona dirinya ketika dirinya belum berangkat ke kota. Terbayang pula rambut Menik yang tergerai bebas, yang dulu selalu dielusnya ketika dirinya duduk bersama Menik malam - malam di tepi kali sambil menikmati rembulan. Terbayang pula di benak Gono ketika suatu malam di tepi hutan Menik meminta dirinya untuk meraba tubuhnya. Menik Sangat suka kalau kulit punggungnya diraba. Katanya hangatnya tangannya Gono bisa dirasakan menjalar keseluruh bagian tubuhnya dan membuatnya menjadi terlena. Dan Menik tidak pernah meberitahukan ini kepada siapa pun kecuali kepada Gono. Kalau kulit punggungnya sudah dielus, Menik biasanya langsung ambruk di dada Gono. Dan selanjutnya Gono akan terus melanjutkan rabaan - rabaan yang disukai Menik. Dan biasa pula Menik menuntun tangan Gono untuk meraba bagian - bagian milkinya yang kalau kena rabaan sangat membuat nikmat. 
Menik membuka pintu dapur karena ketukan yang dilakukan Gono. Menik sudah tahu kalau Gono hari ini pulang. Gono pasti akan segera menjumpainya. Menik sudah mempersiapkan diri untuk menyambut kekasihnya yang lama dirindukan. " Kang ... " Menik tersenyum dan terlihat sangat cantik di mata Gono. " Nik ... " Gono langsung memeluk erat tubuh Menik. Ketika wajah Menik mendongak berhadapan dengan wajah Gono. Gono melihat air mata menik menetes di pipi. " Kang ... aku kangen banget ... " Gono mengusap air mata Menik yang mengalir di pipi dengan punggung jarinya.  " Aku juga Nik " Gono kemudian dengan lembutnya mencium bibir Menik yang terbuka. Beberapa saat mereka berciuman di depan pintu dapur. Menik membimbing Gono untuk duduk di amben dapur. " Aku dah tahu kang, kalau kang Gono pulang. Maka ini gethuk lindri dah kubuat untuk kang Gono." Gono tersenyum melihat melihat gethuk lindri makanan kesukaannya. " Wah terima kasih Nik. Cuma sepring ya ?" Gono segara mengangkat piring berisi gethuk lindri dan disantapnya dengan lahap. " Besuk aku buat lagi kang. Itu ketelanya masih banyak." Menik menuangkang teh kental manis kesukaan Gono juga. " Kamu sehat - sehat saja ta Nik ?" Gono menyerutup teh. " Berkat doamu kang aku sehat." Menik memposisikan duduk di samping Gono. " Maaf ya Nik. Baru sekarang aku bisa pulang ke desa. Dan maaf pula Nik selama aku di kota dak pernah kirim kabar. Itu karena saking sibuknya aku kerja. Demi kamu Nik. Tetapi di kota dak sedetikpun aku melupakan kamu." Gono masih terus menyantap gethuk lindri buatan Menik. " Dak apa - apa kang. Maaf juga kang, aku pernah ragu kalau kang Gono akan tetap setia pada janji kang Gono. Aku pernah berpikir kang Gono dah melupakan aku. Aku juga pernah berpikir kang Gono telah tertarik gadis kota yang pintar berdandAan." Menik menuangkan teh ke gelas Gono yang mulai kosong. " Maaf banget Nik. Telah membuatmu ragu. Membuat kamu menanti dengan tidak pasti." Setelah menelan gethuk lindri di mulut Gono melanjutkan kalimatnya : " Nik aku baru bisa sedikit kumpul - kumpul harta. Di kota dah ada rumah kecil sederhana. Pekerjaanku dah baik. Apakah itu dah cukup Nik. Kalau dah cukup, kita segera saja nikahan. Dan kamu saya bawa ke kota. Kalau belum cukup aku akan berusaha lagi. Gimana Nik ?" Gono mengahkiri kalimatnya dengan menatap Menik. Mendengar penuturan Gono Menik sangat terharu. Ternyata Gono tidak ingkar janji. Kekasihnya ini telah berusaha keras demi dirinya. Demi cintanya. Menik tidak bisa menjawab pertanyaan Gono. Bibirnya bergetar. Rasanya mau meledakkan tangis bahagia. Yang dilakukan Menik kemudian hanya ambruk di dada Gono dan menangis. Menik ingat betapa telah meregukan Gono. Hampir saja dirinya menerima lamaran juragan Rase. Bahkan dirinya telah rela dicumbu rayu oleh juragan Rase. Ingat pula Menik akan Gudel. Yang terus menerus memperhatikannya. Pikirannya pernah memilih Gudel sebagai pendamping hidup. Bahkan dengan Gudel yang diperbuatnya telah berlebih - lebih. Gudel telah menerima kepasrahannya ketika dirinya dicumbu. Gudel pernah membuatnya selalu ketagihan berpelukan. Menik merasa berdosa telah meragukan janji Gono. Gono yang memeluk tubuh sintal Menik tidak tahu arti tangisan Menik di dadanya. Dibiarkannya Menik tersedu di dadanya. " Cukup kang ... sangat cukup. Bawa segera aku ke kota kang. Nikahi aku. Jangankan kang gono dah punya rumah dan pekerjaan, jadi gelandanganpun aku sanggup asal kang Gono disampingku." Menik berucap di antara sedu - sedannya. Menik sangat terharu dan gembira. Sejak kematian yu Jumprit kehidupan di desa sangat menakutkan bagi Menik. Menik merasa dirinya terancam. Menik merasa sangat kawatir terhadap dirinya sendiri. Jangan - jangan nasib yu Jumprit juga akan menimpa pada dirinya. " Jangan tunda - tunda ya kang. Kang Gono segera melamar aku. Besuk malam kang Gono temui bapak ya kang." Mendengar kata - kata Menik yang memelas Gono begitu trenyuh. Diangkatnya wajah Menik dengan cara menaikkan dagunya. Diciumnya bibir Menik yang terbuka dan basah. Tidak terasakan mereka telah rebah di amben. Tubuh Menik di atas tubuh Gono. Mereka berpagut bibir seolah tidak mau lepas. Menik sangat menikmati ciuman yang sudah lama dirindukan. Ciuman Gono berbeda rasa dengan ciuman Gudel yang sering dilakukan. Berbeda getaran dengan ciuman juragan Rase yang pernah dirasakan. Ciuman Gono dirasakan penuh dengan perasaan cinta. Perasaan kasih sayang. Ketika Gono melepasi kancing kain di depan dadanya Menik merasakan sangat bahagia. Total diserahkannya payudaranya untuk diremas lembut dengan perasaan cinta. Menik merasakan remasan dan hangatnya tangan Gono yang begitu menggetarkan hatinya. Sangat lain dengan remasan Gudel yang cenderung kasar dan penuh nafsu birahi. Berbeda pula dengan perlakuan juragan Rase terhadap payudaranya, yang dengan nekat memelintir puting susunya, dan menekan - nekannya serta mencubit hingga terasa sakit. Gono memperlakukan payudaranya seolah miliknya, lembut, berhati - hati dan tidak menyakiti. Ketika tangan Gono sampai di selangkangan Menik. Menik tidak menolak. Karena hanya kepada Gono yang satu ini akan diberikan. Gudel yang selalu mencoba menjamahnya tidak pernah dibukakan. Juragan Rase yang pernah sekali pula ingin merabanya tidak diberikannya pula. Satu saat ketika Menik sudah sangat ragu akan kepulangan Gono, Menik sudah berniat menyerahkannya kepada Gudel. Tetapi keteguhan hatinya untuk menunggu Gono telah menyelamatkan miliknya diraba dan dielus selain oleh kekasih yang dicintainya. Tangan Gono telah berada di atas miliknya yang menggunduk. Gono mulai mengelus lembut dari luar celana dalam. Menik mendesah : " Kang lamar aku kang. Semuanya milik kang Gono." Gono terus mengelus sambil menciumi pipi Menik yang semakin memerah dan merona. Milik Menik yang ada di selangkangan menjadi basah karena cara mengelus dilakukan Gono dengan penuh cinta. Begitu juga elusan dirasakan Menik dengan penuh arti sayang. Gono segera menghentikan elusannya dan bangun dari rebah. Tubuh Menik tetap di pelukkannya. " Nik ... besuk aku datang lamar kamu." Gono memeluk tubuh Menik sangat erat seolah tiudak akan dilepaskan. 

bersambung ................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar