Sabtu, 05 Januari 2013


Cubung Wulung 

                                                                                                         edohaput 


Kelimapuluhdua

Sejak sore mbok Semi sudah tidak bisa penuh konsentrasi. Menggoreng tempe jadi gosong. Lupa memberi garam pada wedang serbatnya, sehingga menjadi terasa hambar. Ketika warga datang untuk menghangatkan badan dengan wedang serbatnya mbok semi tidak perhatian. Bisanya yang murah senyum dan murah sapa tidak ditampakkan. Yang ada di benaknya hanya pak Blengur. Mbok Semi ingin malam segera tiba dan dirinya akan segera menutup kedainya dan pergi menemui pak Blengur. Sudah hampir sebulan mbok Semi tidak menemui pak Blengur. Tubuhnya terasa kaku - kaku. Panas dingin tubuhnya terus dirasakannya. Terlebih - lebih miliknya yang sangat pribadi itu terasa pegal. Serasa mengembang dan tiba - tiba membasah dan terasa gatal. Yang ada dibenaknya hanya pak Blengur. Blengur yang mampu membuat dirinya terlepas dari rasa - rasa yang tidak enak itu. Blengur yang sudah berkali - kali bisa membuat tubuhnya menjadi lega. Lepas dari rasa - rasa yang membuatnya gelisah. Mbok Semi ingin sore segera berubah menjadi malam. 
Begitu matahari hilang di balik rimbunya pepohonan dan sudah tidak lagi tampak ada warga yang datang di kedainya, mbok Semi gembira dan buru - buru menutup kedainya. Seperti biasanya mengambil jalan melingkar menyusuri pinggir kali, mbok Semi menuju kuburan dusun. Langkahnya disegerakan. Ingin segera membuka pintu rumah pak Blengur dan menjumpai Blengur yang sedang terlentang di amben melepas penat. 
Mbok Semi tanpa mengetuk langsung mendorong pintu rumah pak Blengur. Kaget pak Blengur langsung bangkit duduk dari tidurannya di amben. Mbok Semi tanpa basa - basi langsung mendekat ke pak Blengur sambil mengendurkan kain bawahnya. Mbok Semi sudah tidak sabar dijamah - jamah pak Blengur. " Kebetul yu. Yu Semi datang. Aku sudah kangen banget. Ni Punyaku kaku." Pak Blengur mengeluarkan mentimunnya dari celana kolornya. Mencuat, besar, panjang dan begitu kaku. " Sama dik. Aku juga sudah kangen banget. Sampai - sampai punyaku membasah terus." Mbok Semi membuka kain bawahnya. Pak Blengur melihat punya mbok Semi yang berambut lebat. Mbok Semi mendekatkan miliknya ke tangan pak Blengur. Tangan pak Blengur tidak menyia - nyiakan yang dengan milik mbok Semi yang sudah sangat dekat.  " Sini yu. Aku raba - raba dulu." Pak Blengur dengan lembut meraba milik mbok Semi. Tak pelak lagi mbok Semi segera mendesis merasakan tangan pak Blengur. Sambil meringis - ringis mendesis mbok Semi naik ke amben dan tangannya segera menangkap mentimun pak Blengur. " Dik aku sudah dak tahan." Pinta mbok Semi. " Sebentar yu. Biar basah dulu." Pak Blengur memacu jarinya di milik mbok Semi. Mbok Semi ambruk di dada pak Blengur yang tidak berbaju. " Ayo dik ... dah basah ... dik." Mbok Semi merengek. Karena miliknya sudah sangat geli dan membasah. Mbok Semi menutup - nutup pahanya karena miliknya sangat geli. Pantatnya dimaju - majukan sehingga dua jari pak Blengur masuk - masuk cukup dalam. Mbok Semi tiba - tiba menggeliat dan menggosok - gosokkan kakinya di tikar amben, dan menyebabkan suara ribut, karena jari pak Blengur ketemu dengan sesuatu di dalam milik mbok Semi, dan membuat mbok Semi sampai di puncak nikmat. " Aauugghh ... dik ... enak banget ... !" Mulut mbok Semi menggigiti kulit tangan pak Blengur. " Dah dik ... auggghh ... aku tobat ... aahhh !" Lagi - lagi mbok Semi bergerak - gerak menahan miliknya yang sangat geli. " Dik ayo ... aku dak kuat lagi ... aaaahhh .... !" Mbok Semi merapatkan pahanya dan menjepit tangan pak Blengur yang sedang berada di selangkangannya. Mbok Semi semakin meronta - ronta karena jari - jari pak Blengur terus mengilik sesuatu yang membuat mbok Semi kelabakan. " Aduuuhh dik ... jangan siksa aku ... aaaahh ... dik ... enak banget ... !" Pak Blengur tidak berhenti melainkan malah semakin gencar memainkan jarinya. Dan mbok Semi hanya bisa menjerit - njerit tertahan. Pak Blengur merasakan milik mbok Semi sudah sangat basah. Ditariknya jarinya dari dalam milik mbok Semi. Direbahkannya tubuh mbok Semi. Dikangkangkannya paha mbok Semi. Pak Blengur melihat milik mbok Semi yang menganga. Segera ditempatkannya pinggulnya diantara paha mbok Semi. Mentimunnya mengarah ke milik mbok Semi yang sudah menganga. Dengan sekali dorong amblas seluruh mentimun pak Blengur di milik mbok Semi. Dan tanpa ampun segera dipompakan dengan interval yang cepat. Mbok Semi hanya bisa memejamkan matanya dan menggeleng - gelengkan kepala. Karena genjotan pak Blengur yang semakin lama semakin menggila membuat mbok Semi setiap menit sampai di puncak. Rupanya mbok Semi juga ingin membuat pak Blengur keenakan. Digoyang - goyangkan pantatnya kekiri - kekanan. Dibuat begitu pak Blengur merasakan mentimunnya layaknya terpelintir, terombang - ambing dan menyentuh - nyentuh sesuatu yang lang lembut, hangat, dan terasa menjepit - jepit. Dan ini membuatnya tidak tahan. Ditekannya kuat - kuat mentimunnya di kedalaman milik mbok Semi. Pak Blengur mengerang dan mengejang. Mentimunnya menyemburkan cairan kenikmatan di kedalaman milik mbok Semi. Sementara itu mbok Semi yang merasakan di kedalaman miliknya tersebur cairan hangat dan membuat geli menjadi sekali lagi sampai di puncak. Dan Tubuhnhya yang dipeluk kuat pak Blengur menggeliat meronta menyebabkan suara ribut amben bambu. 
Suasana menjadi sepi. Hanya tinggal napas - napas yang memburu terengah - engah layaknya habis lari jauh. Dengan sarungnya pak Blengur mengelap keringat yang membasahi tubuhnya. Mbok Semi mengelap - elap miliknya yang sangat basah dengan kainnya. " Terima kasih ya dik. Aku lega dan puas sekali." Mbok Semi bangkit dari amben dan segera memunguti kainnya yang terserak di lantai. Pada saat badanya membungkuk dan tangannya memunguti kain matanya tertumbuk sesuatu yang teronggok di kolong amben. Sebentar mbok Semi mengamati. Dan tiba - tiba jantungnya berdesir keras, ketika mbok Semi tahu kalau yang teronggok di kolong amben itu ternyata kain milik  Jumprit yang dikenakannya pada saat Jumprit menghilang. Secara serampangan dan tergesa segera dikenakan kembali kainnya. Dan tanpa pamit mbok Semi segera membuka pintu dan meninggalkan rumah pak Blengur. Pikirannya terus tertuju pada kain Jumprit. Mengapa kain itu ada di kolong amben rumah Blengur. Dulu sandal  Jumprit. Sekarang kain Jumprit. Jadi ? Blengur memperdaya dan membunuh Jumprit ? Mbok Semi mempercepat langkahnya ingin segera sampai di rumah.

bersambung ...................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar