Minggu, 29 Juli 2012


Cubung Wulung 

                                                                                                                                      edohaput

Keduabelas

Tobil dan Plencing melaksanakan strategi yang telah direncanakan. Sasaran pertama yang akan didekati mereka adalah pak Pedut. Seperti kata juragannya, pak Pedutlah orang yang pertama - tama mungkin diwarisi jimat Nyi Ramang itu. 

Lampu di ruang tamu di rumah pak Pedut menyala terang. Malam baru saja datang. Di langit ada rembulan separo menggantung di atas gunung. Dinginnya udara belum begitu menusuk tulang. Pak Pedut menerima kedatangan Tobil dan Plencing. " Sampai hari ini aku sendiri juga bingung dan tidak mengerti, Bil ". Pak Pedut menjawab pertanyaan Tobil dan Plencing tentang keberadaan jimat Nyi Ramang yang sebelumnya tadi Tobil dan Plencing telah menyusun kalimat berputar - putar, termasuk menanyakan kalau nanti ada orang sakit siapa yang bisa menggantikan Nyi ramang,  agar mereka berdua tidak terlalu tampak campur tangan terhadap urusan rumah tangga pak Pedut. " Dari dulu sampai saat ajal mau menjemput, simbok belum pernah pesan apapun kepada saya. Saya ini anaknya. Bahkan anak satu - satunya. Tetapi kenapa simbok tidak pernah bicara tentang jimat itu kepada saya ". Pak Pedut melanjutkan kalimatnya. Plencing dan Tobil mencoba melihat sorot mata pak Pedut. Jangan - jangan disana ada cerminan kebohongan. " Sumpah mati, aku tidak diwarisi benda itu, Cing !" Tegas pak Pedut kepada Tobil dan Plencing yang lalu saling pandang dan saling bertanya dalam hati.  Benarkah pak Pedut tidak diwarisi jimat itu ? Benarkah pak Pedut Jujur seperti yang dicerminkan sorot matanya. Plencing dan Tobil ragu. " Mestinya ya kang Pedut ta yang harus dapat warisan jimat itu ". Kalimat Plencing meluncur sebagai akibat luapan keraguannya terhadap kejujuran pak Pedut. " Ya mestinya begitu, Cing. Tapi kenyataannya ? Mungkin saja simbok tidak memercayai aku. Sehingga simbok takut mewariskan jimat itu kepada aku ". Kata pak Pedut agak terbata - bata. Kalimat pak Pedut yang diucapkan dengan terbata - bata seolah - olah pak Pedut protes terhadap adanya ketidak adilan yang dilakukan Nyi Ramang terhadap dirinya, diterjemahkan oleh Plencing dan Tobil sebagai kalimat kejujuran pak Pedut. Tetapi kalau diingat selama ini pak Pedut adalah orang yang baik, orang yang terpandang, walaupun tidak kaya harta, dan juga pak Pedutlah satu - satunya orang terdekat Nyi Ramang selain Kliwon dan Menik, padahal juga pak Pedutlah yang selama ini merawat Nyi Ramang, mustahil jika jimat itu oleh Nyi Ramang diwariskan kepada orang lain. Kembali Tobil dan Plencing lagi - lagi benaknya dipenuhi keraguan. 
Yu Jumprit datang membawa nampan yang di atasnya ada wedang jahe panas dan songkong rebus bertabur kelapa muda parut. " Ooo .... dik Plencing sama dik Tobil ta ini. Saya kira tamu agung dari mana ". Kata yu Jumprit menyapa Tobil dan Plencing. " Ya kalau tamu agung tak bakalan disuguhi singkong rebus ta yu,....yu... !" Jawab Tobil sambil tertawa lepas. Ketika Yu Jumprit membungkuk meletakkan gelas - gelas berisi wedang jahe dan sepiring singkong rebus bertabur parutan kelapa muda, mata Tobil dan mata Plencing mendapat suguhan dada yu Jumprit. Dada yu Jumprit yang tidak mengenakan kutang, dan kainnya melonggar di bagian dada membuat payudaranya menggelantung ketika membungkuk. Payudara yang tidak kecil tetapi tidak tergolong besar. Payudara yang masih tampak kencang dan kenyal. Payudara yang putingnya belum pernah disedot bayi, karena yu Jumprit janda kembang. Tobil dan Plencing tidak sadar terus memelototi dada yu Jumprit. Dalam khayalnya Tobil memeluk yu Jumprit, menciumi pipinya, dan tangannya ada di dada yu Jumprit dan meremas gemas payudara yang menggelantung seperti buah pepaya. Sedangkan dalam khayalan plencing, dirinya sedang menghisap - hisap puting merah buah dada yu jumprit. Dipangkunya yu Jumprit, dan dibukanya kain yang menutup dadanya, dan Plencing segera membungkuk dan menciumi dan menghisap - hisap buah dada yu Jumprit. Mereka berdua tersadar dari khlayalan dan kaget ketika yu Jumprit selesai membungkuk dan menawarkan minum : " Ayo diminum dik ! Tu singkongnya gurih banget !" Begitu yu Jumprit terus berlalu. Tobil dan Plencing membenahi posisi duduknya karena milik mereka menggeliat bangun. 
" Sekarang aku ganti bertanya sama dik Tobil dan dik Plencing, kenapa kamu berdua menanyakan jimat milik simbok itu ? Kok perhatian benar kamu dik ?" Kalimat ini muncul dari pak Pedut membuat Tobil dan Plencing kaget. Tetapi Plencing segera menemukan jawaban bohongnya : " Ya ... ya ... aku dan kang Tobil ini kan peduli ta kang Pedut. Selama ini orang desa kita sangat tertolong oleh jimat itu, kang. Lha kalau terus jimat itu tidak diketahui siapa pemiliknya, terus nanti kepada siapa orang desa ini minta tolong jika menderita sakit ". Tobil manggut - manggut mengiyakan jawaban bohong Plencing dan ia pun menyambung : " Benar lho kang, selama ini Nyi Ramang itu sangat dibutuhkan orang sedesa. Bahkan orang - orang di luar desa ini juga tidak sedikit yang datang. Sejak Nyi Ramang sakit tua dan tidak lagi mau menolong orang, orang desa kita sudah pada kelabakan. Lha kalau tidak ada penerusnya terus gimana kang. Desa kita ini jauh dari kota. Banyak orang miskin. Terus gimana kalau ada orang sakit. Siapa yang mau menolong ". Plencing ganti manggut - manggut mengiyakan pernyataan Tobil dan segera juga menyambung kalimat Tobil : " Saya dan kang Tobil ini kesini ketemu dengan kang Pedut tak lain diutus juragan Gogor. Beberapa hari ini juragan Gogor sering pusing - pusing kepala. Bahkan kalau kumat juragan Gogor sampai pingsan, kang. Jurugan Gogor sebenarnya mau datang minta tolong sama kang Pedut. Karena juragan Gogor memastikan jimat itu ada di tangan kang Pedut. Jadi kang pedutlah yang dikira oleh juragan Gogor dapat menolong mengobati pusing - pusingnya ". Plencing berbohong lagi dan diiyakan oleh manggut - manggutnya kepala Tobil. Mendengar kalimat - kalimat Tobil dan Plencing yang begitu serius menyatakan maksudnya pak Pedut hanya bisa mengerinyitkan dahi. Dan kemudian menyerutup wedang jahe dan segera pula menikmati singkong bertabur parutan kelapa muda : " Ayo diminum dan wah... singkongnya benar - benar gurih. Jumprit memang pinter buat makanan enak. Ayo dimakan mumpung masih anget ". Tobil dan Plencingpun tidak menyia - nyiakan tawaran pak Pedut. 
Di dapur terdengar Menik dan yu Jumprit tertawa lepas. Yu Jumprit sedang mengolok - olok Menik yang terus banyak membicarakan Gudel. Yu Jumprit tahu kalau Menik lagi kasmaran. 

bersambung .................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar