Kamis, 12 Juli 2012

Cubung Wulung

                                                                                           edohaput

Kesepuluh

Peringatan hari keempat puluh meninggalnya Nyi Ramang berlangsung sampai larut malam. Digelar doa - doa untuk arwah Nyi Ramang. Semua yang hadir mendoakan agar arwah Nyi Ramang memperoleh jalan yang terang, tidak tersesat - sesat. Ratusan orang mulai pada berpamitan untuk pulang ke rumah masing - masing ketika malam mulai sangat dingin dan kabut embun mulai membasahi tanah. 
Gudel kembali sibuk. Bersama Kliwon dan Menik Gudel beres - beres gelas, piring dan lain - lain yang tadi dipergunakan untuk jamuan makan, menggulung kembali tikar yang dipakai duduk para tamu, serta menutup pintu dan jendela rumah yang tadi terbuka lebar - lebar. " Kang dak usah pulang, tidur sini saja ". Kata Menik kepada Gudel yang sedang sibuk menumpuk piring kotor di dapur. Belum sempat Gudel menjawab permintaan Menik, yu Jumprit mendahului komentar : " Lha iya ta Del. Sebentar lagi pagi. Dah tidur di amben dapur ini saja. Anget ". Gudel tidak menjawab permintaan Menik dan juga tidak bereaksi terahadap komentar yu Jumprit. Gudel tetap sibuk. Tidak dimintapun oleh Menik, gudel akan tidur di rumah Menik. Gudel sangat berharap, selesai beres - beres bisa duduk - duduk dengan Menik. Gudel sudah merencanakan akan menyatakan kesukaaannya terhadap Menik. Gudel berharap Menik mau diajak ngomong - ngomong saat malam semakin sepi. Apapun jawaban Menik nanti Gudel sudah bertekat mau mengatakannya. Pekerjaan beres - beres selesai. Menik dan yu Jumpritlah yang masih tetap sibuk mencuci gelas dan piring kotor. Gudel menunggu Menik selesai dengan pekerjaannya sambil duduk di amben dapur dan menikmati hangatnya wedang jahe dan wajik ketan. Wedang jahe buatan yu Jumprit sangat terasa hangatnya. Jadah dan wajik buatan yu Jumprit juga sangat terasa gurihnya. Beberapa potong wajik dan jadah telah dilahap Gudel sambil sesekali dibarengi mengisap rokoknya.  Melihat pekerjaan Menik sudah beres Gudel bangkit dari duduk dan berjalan ke arah pintu keluar. Gudel sengaja membuka pintu dan menimbulkan suara. Maksud Gudel agar didengar Menik kalau ia membuka pintu. " Mau kemana kang ?" Teriak Menik dari tempat mencuci piring. Gudel tidak menjawab. Ia merasa berhasil menarik perhatian Menik. Gudel tidak menutup pintu dan segera duduk di lincak di teras rumah. Cahaya rembulan yang menimpa kabut tampak redup dan kekuning - kuningan. Di luar rumah sepi. Binatang malam sudah berhenti berbunyi. Dinginnya udara membuat binatang malam kembali ke sarang dan liang - liang mereka tinggal. Setelah beberapa lama menunggu sambil menikmati asap rokok yang terasa sangat nikmat diisap pada kedinginan malam, yang diharapkan Gudel  terkabul. Menik keluar dan menyapanya. " Dak dingin pa kang ? Belum ngantuk ya ? " Sapa Menik sambil ikut duduk di lincak. Tubuh Menik sudah dibalut baju hangat dan selimut. " Duduk di dalam saja yuk kang ! Di luar dingin ". Kata Menik lagi. Jantung Gudel berdegup. Tubuhnya bergetar. Lidahnhya kelu. Maksud hatinya ingin segera mulutnya berkata - kata tentang keinginannya menyatakan rasa sukanya kepada Menik. Tetapi mulutnya justru terkunci susah di ajak kerjasama. Pikirannya ragu - ragu. Jangan - jangan apa yang ingin dinyatakan kepada Menik ini akan ditolak mentah - mentah. Alangkah malunya. Jangan - jangan Menik akan berprasangka kalau selama ini ia membantu keluarga Menik karena akan mencoba mendekati Menik. Padahal benar begitu. Gudel yang berangasan di depan Menik ternyata menjadi laki - laki yang susah bisa berkata - kata. Keraguannya akan apa yang akan dinyatakannya kepada Menik menjadikan Gudel semakin bisu. Di dalam pikirannya berkecamuk antara ya dan tidak. Ya berani mengutarakan isi hatinya atau sama sekali tidak berani. Suasana menjadi begitu hening. Hanya derit lincak bambu yang memecah kesunyian ketika Gudel sesekali membenahi posisi duduknya. Hati Gudel sangat berontak agar mulutnya segera berucap. tetapi lagi - lagi mulutnya susah dibuka. Lidahnya terasa kelu dan kerongkongan terasa tersekat. Justru Meniklah yang membuka mulut memecah keheningan : " Kang Gono kok dak kabar - kabar ya kang ". Menik membetulkan selimutnya yang melorot dan memperbaiki posisi duduknya merapat ke tubuh Gudel. " Dingin ya kang ." Mata Menik melirik ke wajah Gudel yang karena gelap Menik tidak bisa melihat raut muka Gudel yang sedang mencerminkan kegaluan hatinya. " Gono sudah lupa sama kamu. Dia sudah dapat ganti perawan kota yang wangi !" Sekenanya saja jawaban yang keluar dari mulut Gudel. " Ah apa iya kang ? Kang Gono sudah kencantol perawan kota ?" Tanya Menik seolah ingin meyakinkan pernyataan Gudel yang sekenanya itu. " Siapa tahu ? " Kembali Gudel berucap sekenanya. " Bisa juga ya kang. Perawan kota kan cantik - cantik ya kang ? Kalau begitu kang Gono jangan - jangan benar- benar sudah melupakan aku ya kang. Kalau kang Gono ternyata sudah melupakan aku ya lebih baik aku sama kang Gudel saja ya kang ! " Menik nerocos tidak terkontrol yang memang didorong oleh hatinya yang sebenarnya telah menaruh simpati terhadap Gudel. Kalimat menik yang yang terahkir yang baru saja diucapkan Menik membuat Gudel kaget setengah mati. Menik menginginkannya. Tiba - tiba hati Gudel menjadi berbinar. Semua menjadi terasa ringan dan tidak ada hambatan. Begitu juga mulutnya dan lidahnya tidak lagi kelu dan tersekat. " Nik sebenarnya aku sangat menyukai kamu " Kata Gudel lirih sambil menatap mata Menik yang secara kebetulan sedang menatapnya juga. Menik hanya terdiam sambil menatap mata Gudel yang dikegelapan sehingga tidak begitu kentara sorot matanya. Melihat Menik terdiam dan terlongo kaget, tangan Gudel segera meraih tubuh Menik dan dipeluknya kuat. Belum juga Menik tersadar terhadap apa yang dikatakan Gudel, wajah Gudel telah persis di depan wajahnya dan tiba - tiba bibir Gudel telah berada di bibirnya. Menik merasakan kehangatan pelukan Gudel yang bertubuh besar. Dan bibirnya terasa begitu begetar oleh ciuman Gudel yang tiba - tiba. Menik merasakan ada rasa hangat, tenteram dan bahagia di hatinya, maka tidak sadar ciuman Gudel dibalasnya dengan cara menggerakkan bibirnya di bibir Gudel sambil mencoba menjulur - julurkan lidahnya. Mendapat sambutan dari Menik Gudel menjadi semakin berani. Dan secara reflek tangannya mencari - cari dada Menik. Menik yang sudah menjadi lupa dan karena juga rasa nikmat di bibirnya malah mencoba memberi kesempatan untuk tangan Gudel sampai di payudaranya. Dan meremas gemas. Tidak terasa Menik telah berada di pangkuan Gudel. Suara derit lincak karena ulah mereka tidak terdengar di telinga mereka tetapi terdengar sangat keras di telinga yu Jumprit yang berada di dapur. Gudel dan Menik sedang dimabuk nikmat cinta. Dengan berjinjit - jinjit yu Jumprit ingin tahu apa yang sedang terjadi di lincak yang terus berderit. Yu Jumprit mencoba melongok dari pintu. Apa yang diduga yu Jumprit benar. Gudel dan Menik sedang bercumbu. Dengan kaki tetap berjinjit - jinjit yu Jumprit segera kembali ke dapur. Pikiran yu Jumprit menjadi tak karuan. Yu Jumprit menjadi bingung. Tubuhnya menggigil dan sangat terangsang. Yu Jumprit kembali jongkok di depan tungku. Gudel semakin lupa. Tangannya sudah mulai kemana - mana. Sebaliknya menik sangat menikmati tangan besar Gudel yang ada di payudaranya. Tetapi ketika tangan Gudel menyentuh paha, Menik menjadi sangat kaget dan tersadar dengan apa yang sedang dilakukannya. Dengan cepat dan kuat tiba - tiba Menik meronta dan melepaskan diri dari pelukan Gudel dan segera lari masuk rumah meninggalkan Gudel yang tidak habis pikir. 
Yu Jumprit yang melihat Menik lari - lari kecil melewati dapur dan langsung masuk rumah induk sambil membetul - betulkan letak baju di bagian dadanya, hanya melongo. Kemudian tersenyum geli. Sejurus kemudian Gudel memasuki dapur. Menutup pintu dan segera merebahkan dirinya di amben dapur dan terus diawasi oleh mata yu Jumprit. 

bersambung ....................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar