Selasa, 24 Juli 2012


Cubung Wulung 

                                                                                                   edohaput

Kesebelas

Di rumah juragan Gogor Plencing dan Tobil telah siap menunggu perintah juragannya. Plencing dan Tobil adalah pembantu setia dari juragan Gogor. Mereka berdua hidup dari pemberian juragan Gogor yang kadang melimpah ruah kalau tugas mereka berhasil membuat juragan Gogor puas. Walaupun keduanya sangat sering menerima dampratan dari juragan Gogor, tetapi keduanya tetap setia dan selalu tunduk kepada juragannya. Tak lain karena uang juragannya yang selalu dengan sangat mudah mengucur kepada keduanya. 
" Kali ini ini kita mau dapat tugas apa ya kang ? " Karena ucapannya ini rokok yang di bibir Plencing bergerak - gerak. Menjadi kebiasaan Plencing kalau ngomong rokok di bibir tak perlu berganti tempat di jari. Tobil yang ditanya diam tak bereaksi. Mulutnya tetap mengunyah kimpul goreng dan sesekali menyerutup wedang teh kental manis yang disuguhkan Liyem pembantu juragan Gogor. " Jangan - jangan tugas berat ya kang ? " Kembali Plencing membuat rokok di bibirnya bergerak - gerak dan abu rokok diujung rokok rontok jatuh mengotori celananya dan cepat - cepat tangannya mengibas - ngibas agar abu tidak mengotori celananya melainkan terbang kemana - mana. Termasuk terbang ke kimpul goreng di meja. Kembali Tobil tidak ambil pusing terhadap luncuran kalimat dari bibir Plencing. Mulutnya malah jadi memberengut karena abu rokok yang menimpa kimpul goreng di meja. 
Liyem kembali ke ruang tamu dimana Plencing dan Tobil sedang berada. Ditangannya ada sepiring kimpul goreng yang masih berasap. " Lho kok dah ditambah ta Yem. Lha yang ini saja belum habis kok ! " Kembali rokok di bibir Plencing bergertar - getar dan menebarkan abu. " Di dapur masih banyak kang, dak usah kawatir. Dah abiskan saja ! " Liyem menanggapi omongan Plencing. " Juragan belum bangun ya Yem ? " Kali ini Plencing mengambil rokok di bibirnya dengan jepitan jarinya dan meletakkannya di asbak. " Sudah ... tu baru mandi. Tadi malam Juragan pulang malam sekali dari rumah isteri mudanya ." Liyem memberi penjelasan kepada Plencing yang sedang memasukkan sebongkah kimpul goreng di mulut. Plencing manggut - manggut tanda mengerti terhadap penjelasan Liyem. 
Juragan Gogor tidak tinggal bersama isteri tua maupun dengan isteri mudanya. Melainkan ia tinggal di rumah lainnya yang setiap harinya hanya ditemani Liyem pembantu setianya serta para pekerjanya. Isteri tua bersama anak - anaknya tinggal di rumah besar. Isteri mudanya dibuatkan rumah yang tidak begitu besar dan berjauhan dengan rumah isteri tuanya. Di antara rumah isteri tua dan rumah isteri mudanya ia dirikan rumah untuk tinggal dan untuk mengendalikan semua pekerjaannya. 
Juragan Gogor adalah pengepul hasil bumi para petani dimana ia tinggal. Hasil bumi apapun dari petani ia beli. Kemudian setelah terkumpul ia kirim ke kota. Juragan Gogor adalah juragan kaya. Salah satu juragan dari banyak juragan  yang ada. Diantara juragan - juragan yang ada, juragan Gogor terkenal paling obral membeli dan menjual. Semua hasil petani dibelinya dengan harga yang pantas. Juragan Gogor mengambil sedikit untung dari para petani, tetapi mendapat banyak barang, karena petani lebih senang ke juragan Gogor yang membeli dengan harga yang baik dari pada ke lain juragan yang umumnya pelit. 
" Pagi - pagi tadi bangun tidur juragan minta dipijit pinggangnya. Katanya pinggulnya pegal Karena kerja keras semalam ". Berucap begitu Liyem sambil tersenyum dan menatap mata Tobil yang mulutnya terus tanpa henti mengunyah kimpul goreng. Liyem yang selama ini menaruh hati sama Tobil, mencoba memancing reaksi Tobil terhadap ucapannya ini. Liyem berharap Tobil bertanya, ya kamu terus mijitin juragan ya Yem ? Liyem ingin Tobil cemburu. Tetapi tak sedikitpun ada tanggapan dari Tobil. Melirik dirinyapun Tobil tidak melakukannya. Malah Plencinglah yang sambil mucu - mucu karena di mulut penuh kimpul goreng menanggapi Liyem : " Ya kamu terus mijitin juragan ya Yem ? " Yang ditanya begitu dengan kenesnya menjawab sambil memperhatikan raut muka Tobil. Liyem berharap Tobil cemburu. " Lha iya ta kang. Masak aku menolak. Setelah tak pijitin dan tak elus - elus juragan tidur lagi Kang. Trus tadi bangun minta disiapkan air anget. Tu sekarang lagi mandi. Tunggu saja ya kang. Paling sebentar lagi selesai ". Liyem berucap sambil terus memperhatikan wajah Tobil. Setelah itu ngeloyor lagi menuju dapur dengan langkah yang dibuat - buat agar pantatnya kelihatan tungging. Harapannya dilihat Tobil dan Tobil tertarik. Dan satu saat nanti Tobil akan mendekatinya. Mengajaknya ke hutan. Dan di hutan dirinya akan menikmati cumbuan Tobil yang selama ini hanya ada dibayangannya saja. 
Plencing dan Tobil buru - buru memperbaiki posisi duduknya begitu melihat juragan gogor berjalan mendekati tempat dimana ia duduk. Plencing dan Tobil buru - buru menelan kimpul goreng yang masih ada di mulut dan menggelontornya dengan teh kental manis dan segera mengusap - usap membersihkan mulutnya. Melihat dua pembantu setianya geragapan, juragan Gogor hanya tersentum dan berkata ringan : " Halah dak usah rikuh pekewuh, teruskan saja makan kimpulnya. Ayo dimakan lagi ". Berkata begitu juragan Gogor langsung duduk di hadapan Plencing dan Tobil sambil dari mulutnya terus mengepul asap rokok yang disedot dengan pipa gading gajah. " Ada tugas baru untuk kamu berdua. Tugas ini pasti tidak mudah. Tetapi kamu berdua harus berhasil ". Juragan Gogor mulai kalimat seriusnya. Tobil dan Plencing masing - masing saling berpandangan dan mengerinyitkan dahi. " Selidiki ! Dan cari titik terang ! Kepada siapa Nyi Ramang mewariskan jimatnya. Jangan terlalu kentara kalau kalian ingin menyelidiki itu. Terserah kamu berdua mau mulai dari mana. Dan dari siapa ". Juragan Gogor ambil napas panjang, kemudian menghisap pipa gading gajahnya dan menghempaskan asap tebal dari mulut sambil menerawang. Tobil dan Plencing masih mengerinyitkan dahi sambil terus menetap juragannya. " Ini sudah saatnya. Karena kematian Nyi Ramang sudah diperingati empat puluh harinya. Rupanya sudah tidak ada saru sikunya. Kita tahu kalau kesaktian Nyi Ramang itu ada pada jimatnya yang berupa batu akik Kecubung Wulung. Aku mengira kalau batu akik Kecubung Wulung itu oleh Nyi Ramang diwariskan ke pak Pedut anak satu - satunya. Tugas kamu berdua harus sudah bisa menemukan titik terang sebelum peringatan hari ke seratus meninggalnya Nyi Ramang diperingati ". Panjang lebar juragan Gogor memberi instruksi kepada kedua pembantunya. Tobil dan Plencing tahu akan tugasnya. Berat. Tidak mudah. Bukan seperti tugas - tugas yang lain yang pernah diperintahkan juragannya. Tugas yang sering dilakukan Tobil dan Plencing hanya mencari gadis perawan yang mau dibayar untuk dinikmati kesegaran tubuhnya oleh juragannya. Juragan Gogor sangat suka gadis perawan. Tidak pandang rupa, tidak pandang kemolekan tubuh. Yang penting perawan. Berapapun dibayar oleh juragan Gogor. Juragan Gogor yakin semakin banyak menyetubuhi gadis perawan ia akan semakin awet muda. Tobil dan Plencing merasa tugasnya kali ini sangat berbeda. Mereka berdua bingung. Belum pernah tugas sepertini dilakukannya. " Lalu kalau sudah ketemu titik terangnya, gan ?" Tobil membuka mulut. " Segera kalian laporkan kepadaku. Atau kamu bisa iming - imingi mereka dengan uang. Batu bertuah itu harus segera di tanganku. Berapapun mereka minta ganti uang, sanggupi ! Mengerti ! " Juragan Gogor tegas dengan perintahnya. " Siap menjalankan tugas, gan ! Kapan kami mulai ? " Plencing serius menjawab tantangan tugas yang diberikan juragannya. Dan Tobil mengiyakan dengan anggukan kepala sambil menatap mata juragannya. " Jangan tunda sampai besuk. Segera setelah keluar dari rumah ini kamu berdua harus segera melaksanakannya. Ingat jangan sampai terlewat dari peringatan seratus hari meninggalnya Nyi Ramang !" Juragan Gogor kembali menghisap pipanya sambil memperhatikan keseriusan kedua anak buahnya yang sangat setia menjalankan tugas - tugasnya. " Oh ya, .... aku masih sangat ingin Tumi. Dekati Tumi. Tawari dia uang. Berapapun. Aku sudah tidak sabar ingin menidurinya !" Juragan Gogor memberi tugas Plencing dan Tobil mendekati Tumi tetap terus dilaksanakan. " Siap gan ! " Serentak Plencing dan Tobil menjawab instruksi juragannya yang sangat royal ini. 

Juragan Gogor membayangkan tubuh Tumi yang sintal. Padat berisi. Payudaranya yang besar. Bokongnya yang begitu sintal dan nungging. Sudah banyak perawan disetubuhi juragan Gogor. Tetapi Tumi begitu menarik perhatiannya. Ah ... seandainya satu saat malam tubuh telanjang Tumi di hadapannya. Akan segera diterkam dengan gemuruhnya keinginan.

bersambung ...................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar