Kamis, 05 Juli 2012


Cubung Wulung

                                                                                                       edohaput

Kesembilan

Di dapur yu Jumprit sendirian. Seluruh badannya terasa capai. Yu Jumprit duduk di amben dapur yang hanya diterangi lampu menyala redup. Malam begitu dingin. Yu Jumprit memijit - mijit kakinya sendiri. Mulai dari telapak kaki pelan - pelan naik ke atas. Ketika tangannya sampai di paha, yu Jumprit menyingkapkan kain yang menutupi pahanya. Kalau ada orang di dekatnya pasti akan bisa melihat seluruh paha yu Jumprit sampai ke pangkal pahanya. Dan akan bisa melihat milik yu Jumprit yang tidak bercelana dalam. Dan ketika yu Jumprit mencoba menggeliat - geliat ketika tangannya harus memijit bagian belakang pahanya, orang yang di dekatnya pasti akan melihat milik yu Jumprit. Karena merasa sendiri maka yu Jumprit tidak ambil pusing. Kainnya yang menutup pahanya semakin naik saja seiring ia ingin memijit pangkal pahanya. Yu Jumprit tidak tahu kalau ulahnya ini diperhatikan pak Pedut dari dalam kamar pak Pedut yang dihubungkan dengan jendela ke arah dapur. Pak Pedut tidak mengedipkan matanya. Bahkan juga membeliak - beliakkan matanya agar bisa melihat semakin jelas. Lampu yang hanya temaram membuat pandangan tidak begitu jelas. walaupun begitu pak Pedut tetap bisa melihat. Dan karena memang tidak begitu terlihat jelas justru pak Pedut memperjelas pandangan matanya dengan mereka - reka di pikirannya. Sehingga justru seolah - olah pak Pedut melihat dengan jelas apa yang semakin ingin dilihatnya.
Yu Jumprit yang masih saudara jauh pak Pedut ini sudah cukup lama menjanda. Suami meninggal saat mencoba membuat sumur. Suami mati lemas di kedalaman galian sumur yang sudah mencapai dua puluh lima meter. 
Dan sumur itu tidak pernah mengeluarkan air. Orang sedusun kembali putus asa dan tidak akan lagi - lagi mencoba membuat sumur. Mereka kemudian berpikir bagaiman caranya bisa menaikkan air dari sumber ke dusun, supaya orang - orang tidak sangat repot memikul bumbung dari sumber. Yu Jumprit menjanda tanpa anak. Ia hidup sendiri mengerjakan sawah - sawah suaminya. Yu Jumprit berparas cantik. Hanya karena tidak terawat, dan kulit putihnya menjadi kemerahan karena selalu diterpa sinar matahari, maka yu Jumprit tampak lebih tua dari usia sebenarnya yang baru tiga puluh lima tahun. Yu Jumprit yang berperawakan sintal dan banyak melakukan pekerjaan berat ini tubuhnya menjadi tampak padat. 

Pak Pedut tiba - tiba sangat terkejut. Dan matanya semakin membeliak. Pak pedut melihat yu Jumprit menyingkapkan kainnya semakin tinggi. Kalau hanya ingin memijit pangkal paha kenapa harus menaikkan kain begitu tinggi sampai ke batas pusar ? Apa yang diinginkan pak Pedut menjadi kenyataan. Ia menjadi bisa melihat milik yu Jumprit dengan jelas. Secara kebetulan duduk yu Jumprit mengadap jendela dimana di balik jendela itu ada pak pedut yang semakin deg - degan. Yu Jumprit berhenti memijit pangkal pahanya, dan tangannya beralih ke miliknya dan mengelus - elusnya. Tangan kiri yu Jumprit menyangga tubuhnya dan tangan kanannya berada di kemaluannya. Telapak tangannya mulai mengelus naik turun. Lututnya ditekuk ke atas dan selangkangannya dibuka lebar - lebar. Jari tengah yu Jumprit mulai mencari - cari dan menenkan - nekan diantara bibir kemaluannya. sesekali wajah yu Jumprit menengadah dan mulutnya meringis dan mendesah. Pak Pedut tahu kalau yu Jumprit sedang mencari kenikmatan. Yu Jumprit sedang melepaskan rasa kaku dibadannya dengan cara mencari kepuasan dengan tangannya. Menyaksikan itu  milik pak Pedut menggeliat - geliat dan menjadi sangat kaku. Pak Pedut ingin membuka jendelanya lebar - lebar agar ia bisa lebih jelas melihat apa yang sedang dilakukan yu Jumprit. Pak pedut tidak melakukannya, takut jendela berderit dan didengar yu Jumprit. Justru yang dilakukan pak Pedut kemudian adalah memelorotkan celana kolornya dan tangan segera memegangi miliknya yang kaku dan terasa pegal serta ujungnya terasa begitu membengkak. Pak Pedut menggenggam miliknya dan genggamannya bergerak maju mundur. Pak Pedut mendapatkan kenikmatan di kelelakiannya. Ingin rasanya pak Pedut melompati jendela dan mendekati yu Jumprit. Dan  pak Pedut menggantikan tangan yu Jumprit dengan tangannya. Pak Pedut kemudia memeluk yu Jumprit, menciumi pipinya, lehernya dan bibirnya sambil jari - jarinya terus bergerak diantara bibir kemaluan yu Jumprit yang semakin membuka lebar dan basah. Yu Jumprit yang dibuat demikian pasti tidak tahan. Yu Jumprit akan terus mendesah dan menggeliat. Yang dilakukan kemudian oleh pak Pedut merebahkan yu Jumprit, mengangkangkan lebar - lebar selangkannya dan segera menindihnya sambil menancapkan kelelakiannya di milik yu Jumprit dan segera menggoyangnya. Lamunan pak Pedut yang demikian membuat tangannya yang menggenggam mentimunnya menjadi bergerak semakin cepat. Dan ahkirnya sarung basah oleh muntahan cairan nikmatnya. Pak Padut berteriak tertahan merasakan kenikmatan di mentimunnya yang sedang klimak. Sementara itu matanya tetap keluar jendela melihat yu Jumprit yang badanya bergetar dan kakinya merapat - rapatkan selangkangan sementara jari - jarinya menjadi terjepit kedua pahanya. Yu jumprit menggelinjang dan mulut yu Jumprit mendesah keras sampai di telinga pak Pedut. Payudara yu Jumprit jadi menyembul - nyembul keluar dari kain kebayanya yang kancing bajunya sejak dari tadi sengaja memang tidak dikancingkan. 

bersambung ..................






Tidak ada komentar:

Posting Komentar