Jumat, 29 Juni 2012

Cubung Wulung         

                                                                                            edohaput                  

  Ketujuh


Hari kesepuluh kematian Nyi Ramang, tamu - tamu pelayat mulai sepi. Tinggal satu dua saja yang datang melayat. Hari sibuk yang dialami keluarga Menik sudah sangat berkurang. Di rumah juga sudah tidak lagi banyak orang membantu. Karena memang sudah tidak lagi banyak pekerjaan seperti hari - hari sebelumnya yang harus menyuguhi tamu - tamu yang datang. Menyiapkan hidangan, bahkan juga menyiapkan makanan bawaan untuk si tamu yang datang membawa sumbangan berupa barang atau hewan. Hanya Gudel dan Yu Jumprit yang masih setia membantu di rumah Menik. Yu Jumprit memang masih ada hubungan darah dengan keluarga Menik. Jadi yu Jumprit masih akan terus membantu keluarga Menik, sampai benar - benar nanti keluarga Menik tidak lagi repot. Yu Jumprit sudah lama menjanda dan tidak memiliki anak. Hidup sendiri di rumah bagi yu Jumprit terasa sepi. Setelah  kematian Nyi Ramang yu Jumprit kepikiran ingin tinggal saja di rumah Menik daripada di rumah sepi sendiri. Kepikiran juga di benak yu Jumprit, siapa tahu pak Pedut yang telah lama ditinggal mati mboknya Menik akan menyukainya dan mengajaknya hidup sebagai suami isteri. 

Lain lagi dengan Gudel. Gudel ingin berjasa di depan Menik. Gudel tak menghitung waktu. Pagi, siang, sore, malam tidak mengenal lelah ada saja yang dikerjakan demi meringankan keluarga Menik. Terutama pekerjaan mengambil air dari sumber. Dari hari pertama meninggalnya Nyi Ramang sampai hari kesepuluh Gudellah yang selalu memikul bumbung - bumbung air dari sumber dibawa ke rumah. Untuk mengambil air dari sumber tidaklah gampang. Harus turun tebing, melewati jalan licin berbatu dan jaraknya cukup jauh dari rumah Menik. Gudel ingin berjasa. Dan jasanya ingin diketahui Menik. Gudel sangat berharap Menik menganggapnya sebagai pemuda yang bertanggung jawab. Pemuda yang tahu akan kerepotan orang lain. Gudel berharap Menik mengaguminya. Dan satu saat nanti Gudel akan bisa mendekati Menik dengan mudah. 

Gelap mulai menyelimuti dusun. Kabut mulai turun. Udara basah menjadi sangat dingin. Gudel berselimutkan sarung duduk di teras rumah Menik. " Duduk di dalam saja kang. Di luar dingin banget ". Sapa Menik sambil membuka pintu. Menik tahu kalau Gudel sedang duduk di teras. " Sudah disini saja Nik. Dak apa - apa. Aku dak kedinginan kok ". Jawab Gudel sambil tetap menikmati asap rokoknya. " Terima kasih banget ya kang. Kang Gudel bantu keluargaku terus. Malah kang Gudel sampai hari ini dak pulang rumah " Menik duduk di samping gudel. Gudel jadi deg - degan. " Ah ... dak usah dipikirkan, Nik. Aku senang kok bisa membantu ". Jawab Gudel sambil melirik Menik yang duduk di dekatnya. Menik mengenakan baju hangat. Rambutnya di tali kebelakang dengan karet. Telapak kakinya mengenakan sandal jepit. Sampai di atas lutut kaki Menik tidak tertutup. Gudel sempat juga melirik kaki Menik yang panjang dan berkulit bersih. " Terus yang ngurus sawah sapa kang ? Ini sudah sepuluh hari kang Gudel membantu disini ". Kata Menik sambil menggoyang - goyangkan kakinya. Sehingga roknya yang sebatas di atas lutut bergerak - gerak ke atas. Gudel menjadi tidak segera menjawab pertanyaan Menik karena jantungnya berdesir ketika matanya tertumbuk paha menik yang sedikit nampak lantaran roknya bergerak - gerak karena kaki Menik bergoyang. Lampu teras rumah yang hanya temaram membuat mata Gudel tak begitu kentara ketika menatap paha Menik. " Jagung tinggal panen kok Nik. Jadi tidak butuh perawatan ". Ahkirnya Gudel menjawab  sambil napasnya tertahan karena deg - degannya semakin menjadi. Gudel yang biasanya berangasan terhadap siapa saja, dengan Menik Gudel tidak berani melakukannya. Satu ketika, ketika Ginem duduk seenaknya di depannya sehingga celana dalamnya nampak oleh Gudel, dengan nekat Gudel menjulurkan tangannya dan sampai ke milik Ginem. Ginem memaki - maki. Gudel terbahak - bahak. " Dingin kang, dan aku ngantuk mau tidur. Kang Gudel tidur di dalam saja. Jangan tidur di luar, dingin kang. Nanti kang Gudel masuk angin " Menik berdiri dan meninggalkan Gudel masuk rumah. Gudel hanya bisa berdiam dan matanya mengikuti menik sampai pintu ditutup lagi. Hati Gudel berbungan - bunga. Ternyata Menik mengetahui jasanya. Dan kata - kata terahkir yang diucapkan Menik "  Nanti kang Gudel masuk angin " diterjemahkan oleh Gudel sebagai ungkapan rasa sayang Menik kepada dirinya. Gudel sangat senang. Gudel menjadi tidak ingat kalau Menik adalah pacar Gono. Gono yang sekarang sedang bekerja di kota. Gono yang tidak hadir pada saat kematian nenek Menik. 

Malam hampir mendekati tengah malam. Gudel benar - benar kedinginan. melewati pintu samping Gudel berjalan ke arah dapur. Ia akan menghangatkan tubuhnya di depan api tungku. Di dapur hanya ada yu Jumprit. Dan pasti yu Jumpri sudah tidur. " Kedinginan ya Del ?" Sapa yu Jumprit yang ternyata masih sibuk di depan tungku. " Belum tidur ta yu ?" Gudel balik bertanya. " Ni...masih manasi daging sapi. Sayang kalau besuk basi. Ni...masih banyak banget. Kamu makan lagi saja Del. Tu nasinya juga baru aku angetkan ". Kata yu Jumprit sambil sibuk. " Oh ya itu kamu saya buatkan wedang jahe " Sambung yu Jumprit menunjuk wedang jahe yang ada di amben tempat dia tidur. " Sana di minum biar anget !" Tanpa menjawab omongan yu Jumprit Gudel langsung menuju amben dimana ada wedang jahe dan jadah bakar. Langsung saja Gudel menyerutup wedang jahe dan sambil tangannya menyambar jadah bakar. Ketika sedang enak - enaknya menikmati wedang jahe dan jadah bakar matanya yang sedari tadi tidak memperhatikan yu Jumprit menjadi terpasak mengarahkan pandangannya ke yu Jumprit karena yu Jumprit bertanya " Kurang manis dak wedangnya Del ?" Dan pada saat itu jantung Gudel berdesir keras. Matanya menyaksikan yu Jumprit yang berjongkok di depan tungku, dasternya yang kombor tidak terkenakan semestinya, tidak menutupi selangkangannya. Milik yu jumprit yang tidak ditutpi celana dalam, yang mlenuk berambut lebat dengan diterangi api tungku sangat jelas terlihat oleh mata Gudel. Yu Jumprit selamanya tidak suka mengenakan celana dalam. Karena jongkoknya yu Jumprit aga kangkang menjadikan belahan milik yu Jumprit sedikit menganga. Karena mata yu Jumprit ke arah kayu - kayu yang sedang dibenahi masuk ke tungku menjadikan Gudel leluasa menatap milik yu Jumprit. Tak ayal kelelakian Gudel menggeliat dan mendesak - desak celana kolornya. Dan cepat menjadi kaku. Gudel terangsang. Gudel sangat kaget ketika tiba - tiba mata yu Jumprit memandangnya. Padahal ia sedang berhenti berkegiatan makan jadah dan matanya sedang menatap ke selangkangan yu Jumprit. " Habiskan saja jadahnya Del. Dari pada besuk dak kemakan !" Kata Yu Jumprit sambil tersenyum tetapi tidak merobah posisi jongkoknya. Sehingga selangkangannya tetap terbuka. " Ya yu tak habiskan ". Jawab Gudel sambil tergagap tapi matanya tidak kepingin ganti pandangan. Yu Jumprit kembali sibuk dengan kayu di tungku. Mata Gudel semakin membelalak menikmati pemandangan indah di selangkangan yu Jumprit yang membuka - buka karena yu Jumprit bergerak - gerak kadang membungkuk, kadang memajukan pantatnya. Milik Gudel menjadi sangat kaku. 

Yu jumprit bangun dari jongkok di depan tungku, berjalan ke arah kamar mandi. Sebentar kemudian keluar lagi dan menuju tempat dimana Gudel sedang duduk menikmati jadah yang sulit tertelan oleh kerongkongannya karena pemandangan tadi. 

bersambung ........


Tidak ada komentar:

Posting Komentar