Sabtu, 08 Juni 2013

Cubung Wulung 

                                                                                                  edohaput 

Kedelapanpuluhempat

Juragan Gogor melepasi kain dan celananya. Hanya kaos singlet saja yang menutupi tubuhnya. Di ranjang telah tergolek perawan baru. Benar - benar perawan. Plencing dan tobil berhasil mencarikan juragannya gula - gula yang sangat muda. Perawan dari tetangga desa. Perawan Marmi ini telah termakan bujuk rayu Plencing dan Tobil. Dan ahkirnya bisa dibawa ke ranjang juragannya. Perawan Marmi belum genap lima belas tahun. Masih sangat muda. Tubuhnya saja yang memang subur sehingga nampak sudah gede. Marmi cantik. berkulit putih. Rambut panjang sebahu, hidung memang tidak mancung, tetapi memiliki bibir tipis dan merah. Perawan Marmi telah tergolek di ranjang dan tubuh telanjangnya masih ditutupi selimut. Dan sebentar lagi selimut pasti akan dibuka juragan Gogor. Dan tubuh telanjang perawan Marmi akan menjadi mainan yang sangat menyenangkan bagi juragan Gogor. Selimut yang menutupi bagian dada perawan Marmi tampak menonjol. Di balik selimut itu pasti ada payudara yang menggunung kecang, ranum dan padat. Buah dada perawan yang pasti puting susunya kecil merah muda. Puting susu yang belum pernah kena lidah. Dan belum pernah digigit - gigit kecil dan juga belum pernah disedot - sedot. Juragan Gogor sebentar lagi pasti akan melakukannya. Dan perawan Marmi pasti akan merintih - rintih. Perawan Marmi menunggu apa yang akan dilakukan juragan yang kemarin lewat Plencing dan Tobil telah memberinya tumpukan uang dan perhiasan. Ada perasaan takut menyelimuti perasaannya ketika lirikan matanya melihat orang yang bertubuh tinggi besar yang sedang bersiap - siap menerkamnya. Manakala teringat Tumpukan uang dan perhiasan yang telah disimpan di rumah, Marmi hilang rasa takut. Pasrah, tubuhnya mau diperbuat apa oleh orang yang matanya selalu menatapnya dan kadang - kadang menyeringaikan senyumnya. 
Plencing dan Tobil yang berada di lantai bawah tepat di bawah lantai dua dimana juragannya segera akan menikmati perawan Marmi, hanya terdiam. Mulutnya terus dan terus mengepulkan asap rokok. Sebentar - sebentar diserutupnya teh panas manis dan kental. Kupingnya di pasang. Tobil dan Plencing ingin mendengar suara yang berasal dari kamar juragannya. Setiap kali juragannya menikmati perawan hasil bujuk rayunya, Plencing dan tobil selalu nguping. Suara ranjang yang gaduh, rintihan dan desahan akan selalu didengarnya. Bahkan kadang Plencing dan Tobil tidak jarang mendengar jeritan dan erangan nikmat yang berasal dari kamar juragannya itu. Kalau sudah sampai demikian Plencing dan Tobil pasti tidak kuasa menahan. Segera mematikan lampu dan mereka sibuk dengan mentimunnya masing - masing. Dan kedua juga melenguh - lenguh, dan membuat suara berderit - derit kursi yang didudukinya. Plencing dan Tobil menunggu suara itu. Suara napasnya ditahan - tahan agar kupingnya bisa mendengar suara dari kamar juraganya. Tidak lama kemudian benar kuping Plencing dan Tobil mendengar rintihan perawan Marmi dan diiringi pula suara ranjang yang kerengket - kerengket. Di bayangan Plencing dan Tobil juragannya pasti sudah mulai bermain dengan tubuh perawan Marmi. Plencing dan Tobil menelengkan kepalanya agar kupingnya mengahadap ke atas ke lantai dua agar bisa semakin mendengar suara - suara yang menyenangkan itu. Bersamaan dengan itu hidung Plencing dan Tobil dikagetkan oleh bau asap dupa kemenyan yang dibakar. Sangat jelas bau dirasakan hidung. Seiring dengan datangnya bau asap dupa kemenyan ada pusaran angin yang tiba - tiba memenuhi ruangan dimana Plencing dan Tobil duduk. Pusaran angin membuyarkan asap rokok yang dikepulkan Plencing dan Tobil. Tobil dan Plencing yang kaget hanya bisa saling bertatap mata dengan penuh tanda tanya. Mulut mereka serasa terkunci. Tiba - tiba seluruh badan terasa dingin dan merinding. Tidak lama bau asap dupa kemenyang dan pusaran angin hilang. Plencing dan Tobil lega. Dipikirannya paling ada tetangga yang sedang membakar asap dupa kemenyan. Itu segera dilupakan Plencing dan Tobil karena suara rintihan dari kamar juragannya semakin jelas. Di pikiran Plencing dan Tobil juragannya pasti sudah di mabuk tubuh perawan Marmi.
Benar, di dalam kamar juragan Gogor sedang memeluk tubuh kecil perawan Marmi. Juragan Gogor dengan beringasnya berganti - ganti melahab bibir, puting susu, dan leher perawan Marmi. Perawan Marmi tidak ingat lagi sedang ada dimana dan sedang apa. Yang dirasakan hanya bibirnya geli enak, buah dadanya disedot - sedot, diremas dan terus diciumi, leher terasa sangat hangat dan geli mana kala bibir dan lidah juragan Gogor sedang ada di sana. Perawan Marmi hanya bisa menggelinjang, merintih keras, dan mendesah lepas tidak tertahan. Lebih - lebih ketika tangan juragan Gogor telah menyibakkan pahanya dan jari - jari juragan Gogor bermain - main di miliknya yang memang belum pernah dibegitukan. Rintingan, desahan, dan erangan perawan Marmi semakin menjadi. Lama juragan Gogor bermain - main dengan tubuh perawan Marmi. Semakin Marmi mendesah dan menggelinjang semakin beringas saja juragan Gogor bermain. Milik perawan Marmi yang dipermainkan jemari juragan Gogor telah banjir dan membasah. Menikmati itu juragan Gogor juga sudah tidak lagi tahan. mentimunnya sudah sangat kaku dan terasa begitu pegal. Tubuh perawan Marmi dilepaskan dari pelukannya. Selimut yang masih sebagian menutupi tubuh telanjang Marmi dilempar ke lantai. Perawan Marmi bulat telanjang telentang kangkang. Juragan Gogor segera menempatkan diri. Tubuh Marmi ditindih. Mentimunnya yang kaku sudah mengarah di selangkangan perawan Marmi. Bersamaan dengan itu tiba - tiba melalui celah mana ada pusaran angin keras masuk ke ruang kamar juragan Gogor. Bau asap dupa kemenyan menyengat dan sangat terasa di hidung juragan Gogor. Barang - barang ringan di kamar juragan Gogor berterbangan dan jatuh membentur lantai. Juragan Gogor kaget, dan menghentikan kegiatannya. Begitu juga perawan Marmi. Kaget dan takut. Sangat singkat pusaran dan bau asap dupa kemenyan berlangsung. Dan segera hilang. Juragan Gogor menduga itu hanya angin yang masuk dari lubang ventilasi. Dan bau asap dupa kemenyan pasti terbawa angin dari rumah tetangga. Kekagetan juragan Gogorpun cepat sirna. Kegiatannya segera dilanjutkan lagi. Dilahabnya lagi bibir perawan Marmi sambil tangan tidak berhenti meremas buah dada kenyal milik perawan. Napas juragan Gogor menderu - deru, mendengus, bagai napas banteng marah. Tetapi alangkah kagetnya juragan Gogor, ketika bermaksud menusukkan mentimunnya di milik Marmi yang masih perawan, ternyata mentimun lemas, dan mengecil. Dipegangnya mentimunnya dan digoyang - goyangkannya. Tetap lemas dan tidak mau kaku. Dirasakannya juga kedua kakinya yang lemas dan tidak mampu menopang pantatnya. Lututnya yang menopang paha dan pinggulnya serasa tak berdaya. Juragan Gogor ambruk menindih tubuh Marmi. Marmi yang tertindih tubuh lemas juragan Gogor menjadi sulit bernapas. Didorong dan ditepiskannya tubuh juragan Gogor dengan sekuat tenaganya, dan Marmi berhasil. Tubuh Juragan Gogor terlentang lemas di ranjang. Marmi hanya bisa dengan heran memandangi tubuh juragan Gogor yang tiba - tiba lemas tidak berdaya. Tangannya menggapai - gapai ingin meraih tubuh Marmi yang telah bangun dari ranjang dan duduk menatapnya. Tangannya juga tidak kuasa diangkatnya. Juragan Gogor tidak mampu menggerakkan tangan dan kakinya. Tubuhnya terlentang lemas di ranjang ditatap Marmi yang kebungungan. " Plencing ... Tobil ... tolong ... tubuhku kenapa ... tolong ...tolong... Cing ... Bil ..." Juragan Gogor keras berteriak. 
Plencing dan Tobil yang memang sedang memasang telinga untuk mendengarkan suara dari kamar , sangat kaget mendengar juragannya berteriak - teriak minta tolong. Dengan sigap dan cepat plencing dan tobil segera naik ke lantai atas, membuka pintu kamar yang tidak terkunci dan mendapati juragannya terlentang telanjang di ranjang dengan tangan dan kaki yang sudah tidak bisa digerakkan. Pelncing dan Tobil juga mendapati Marmi yang masih telanjang berdiri di pinggir ranjang dengan wajah yang kebingungan. Plencing dan Tobil segera mengangkat tubuh juragannya untuk didudukkan tetapi kembali ambruk dan lemas. " Cing ... Bil ... kenapa aku ini ... Cing ... tolong ... Bil ... kenapa ... aku ... tolong cing ... " Juragan Gogor sangat cemas akan tubuhnya. Setiap kali Plencing dan Tobil berusaha menegakkan tubuh juragannya, setiap kali itu pula tubuh juragannya kembali ambruk tidak berdaya. " Juraga sakit ? Bagaimana rasanya juragan ?" Plencing bertanya dengan nada cemas pula. " Aku tidak merasakan sakit Cing ... tapi aku dak bisa menggerakkan tangan dan kakiku, Cing... tolong Cing ...tolong Bil ... " Dengan nada memelas juragan Gogor minta kepada Plencing dan Tobil yang bingung. 

bersambung .......................



1 komentar:

  1. Sangat menarik... Saya mengikuti cerita dari awal dan bikin penasaran... Bagaimana kelanjutan nasib Juragan Gogor bro? Ditunggu kelanjutannya.

    BalasHapus