Kamis, 27 Juni 2013

Cubung Wulung

                                                                                                     edohaput

Kedelapanpuluhtujuh

Setelah menutup kedainya mbok Semi bergegas keluar rumah. Seperti biasanya bungkusan pisang goreng dan wedang serbat panas ditentengnya. Mbok Semi melewati jalan yang biasanya dilalui. Mbok Semi hafal dengan jalan setapak di pinggir kali yang menuju kuburan. Walaupun malam gelap mbok Semi bisa berjalan cepat. Mbok Semi ingin segera sampai di kuburan dan membuka pintu rumah pak Blengur. 
Pak Blengur yang sedang telentang di amben dan sedang melantunkan tembang, tidak kaget ketika pintu rumahnya di dorong. Pak Blengur tahu yang datang mbok Semi. Tembang yang belum selesaipun tetap dilantunkan sampai rampung. Mbok Semi sibuk membuka bungkusan pisang goreng dan wedang serbat panasnya. " Dah dik Blengur minum dulu, ni wedangnya mumpung masih panas. Pisangnya juga masih anget. Dah duduk jangan tiduran gitu." Mbok Semi menyodorkan wedang serbat dan pisang goreng di dekat pak Blengur yang bangun dari tidurannya. Tanpa menunggu disuruh - surah lagi pak Blengur segera menyambar pisang goreng dan dimasukkan ke mulutnya. Wedang serbatnyapun segera dipakai untuk melancarkan pisang goreng yang ditelannya. " Juragan Gogor lumpuh, juragan Rase juga begitu, kaihan ya dik mereka itu." Mbok Semi memposisikan duduk di amben. kainnya dikendorkan, sehingga seluruh pahanya sampai ke pangkalnya bisa dilihat pak Blengur. "Orang seperti juragan Rase dan juragan Gogor tu dak perlu dikasihani, yu. Mereka orang kaya. Walaupun lumpuh masih tetap bisa hidup enak, karena tetap ada yang melayani. Lha kalau aku yang lumpuh ? Ya pilih mati saja." Pak Blengur memberi jawaban sekenanya. " Tapi anehnya kok Menik dak mau menolong juragan - juragan itu ya, dik ?" Mbok Semi membuka kain yang menutupi dadanya. Pak Blengur melihat belahan di dada mbok Semi. Pak Blengur hanya tersenyum menanggapi pertanyaan mbok Semi. " Padahal Menik sekarang tamu - tamunya makin banyak saja. Bahkan banyak yang datang dari luar desa. Menik benar - benar telah seperti Nyi Ramang ya dik. Siapa saja ditolongnya. Sakitnya disembuhkan. Masalahnya diringankan. Tetapi terhadap juragan Rase dan juragan Gogor kok dak mau ya dik ?" Mbok Semi banyak bicara. Pak Blengur hanya kembali tersenyum dan terus mengunyah pisang goreng. " Trus tu begundal - begundalnya juragan Gogor si Plencing dan Tobil minggat ke mana ya dik ? Utangnya belum dibayar malah minggat !" Mbok Semi jadi menggerutu. Pak Blengur tidak menanggapi. " Tapi anehnya dik, desa ini, sejak Menik menggantikan Nyi Ramang kok jadi tentram. Rasanya di desa ini damai. Orang - orang tambah rukun, dan hasil panen kok ya jadi berlimpah." Mbok semi tidak mau berhenti ngomong. Pak Blengur tetap tidak menanggapi. Pak Blengur malah melepas kain yang menutupi tubuh bagian atasnya. Mbok Semi menjadi bisa melihat otot - otot menonjol pak Blengur. Mbok Semi menelan ludah. Mbok Semi selalu rindu dengan tiubuh pak Blengur yang berotot. Yang kalau sudah memeluknya sungguh terasa kuatnya. Mbok Semi semakin mengendorkan kainnya, sehingga hampir terlepas. Seperti malam  - malam sebelumnya mbok Semi selalu dengan mudah mengendorkan kain bawahnya jika sudah di rumah pak Blengur. Seperti biasanya juga kalau mbok Semi sudah mulai melepasi kainnya mentimun pak Blengur langsung berontak. " Persis ketika Nyi Ramang masih hidup dan masih mau menolong orang, rumah menik selalu dipenuhi orang yang antri minta ditolong. Yaaaahhh .... mudahan - mudahan menik akan seperti Nyi Ramang." Mbok Semi mencopot kain bawahnya. pak Blengur melihat mbok semi telah telanjang tubuh bawahnya. Kini Pak Blengur yang menelan ludah. Milik mbok Semi yang berambut terlihat oleh mata pak Blengur. Mata pak Blengur tidak mau melepaskan pemandangan indah yang selalu ingin dilihatnya. Pemandangan yang selau ingin dilihatnya. Dan kalau sudah beberapa lama tidak disaksikannya rasanya membuat kepalanya menjadi pening. " Yaaaahhh mudah - mudahan jimat itu aman di tangan Menik. Nik ...Nik ... semua orang berterima kasih kepadamu." Mbok Semi mencopot kain atasnya dan perlahan terlentang di amben. Mbok Semi telah telanjang menunggu serangan pak Blengur.Mbok Semi selalu ingin diserang pak Blengur dengan kegarangannya. Kegarangan pak Blengur selalu diharapkan. Mbok Semi tidak tahan kalau seminggu tidak menyambangi rumah pak Blengur. Pak Blengur yang betah dan sanggup berlama - lama sangat menyenangkan mbok Semi. Hidup rasanya belum lengkap jika pelukan kuat pak Blengur lama tidak dirasakan.
Udara di luar rumah dingin. Ada gerimis kecil. Dan kabut menyelimuti kuburan dimana ada rumah pak Blengur yang di dalam rumah sedang ada mbok Semi yang menunggu pak Blengur memberikan kenikmatannya.  Pak Blengur melepas sarungnya. Dan mentimunnya tegak mengarah ke mbok Semi. Mbok semi melihatnya. Dan mentimun besar panjang itu segera ditangkapnya. Digenggamnya dengan lembut dan digoyang - gopyangkan. Pak belngur segera membungkuk dan menyerang payudara mbok Semi dengan mulutnya. Mbok semi merintih. Tangan pak Blengur yang meraba perut dan menuju selangkangan mbok Semi, membuat mbok Semi semakin merintih. " Dik ayo dik, aku dah dak tahan." Mbok semi menggeleng - gelengkan kepala sambil sesekali meringis menahan rasa nikmat yang semakin merasuki seluruh tubuhnya. Pak Blengur tanggap dan juga karena dirinya sudah seminggu tidak didatangi mbok Semi maka juga keinginannya menjadi menggelegak membara. Pak Blengur segera menempatkan pinggulnya di selangkang mbok Semi yang kangkang lebar. Pak Blengur menempelkan mentimunnya di bibir milik mbok Semi. Mbok Semi mendesah karena tahu pasti sebentar kemudian miliknya akan dijejali mentimun yang besar kaku dan panjang. Pak Blengur menekankan mentimunnya. Mbok Semi terbeliak sesaat kemudian memejamkan matanya sambil tubuhnya menggelinjang. " Aaaaaahhhhh .... dik .... " Mbok Semi menggeliat - geliat. Pak Blengur mulai berpacu. Yang terdengar kemudian hanya suara rintihan, dengusan napas yang memburu dan derak amben yang bergoyang - goyang lantaran keduanya terus berpolah menikmati kenikmatan yang selalu dirindukan.

t a m a t.

2 komentar:

  1. situs cerita ini yang the best punya bos.Waduh,ngaceng truss.Bikin cerita yg mbok mbok donk bos.jaminan mutu.thx

    BalasHapus
  2. Dua jempol dech unt penulis, dtunggu karya2 selanjutnya! Thanks!

    BalasHapus