Minggu, 23 Juni 2013

Cubung Wulung 

                                                                                                     edohaput


Kedelapanpuluhlima

Juragan Rase sedang menikmati secangkir teh di ruang depan rumahnya yang tidak ada banding baik mewah dan besarnya di desa kecuali rumah juragan Gogor. Juragan rase gelisah. Sejak malam mulai masuk hidung juragan rase membaui asap dupan kemenyan. Semakin malam bau asap dupa kemenyan semakin menyengat dan semakin mengganggu penciumannya. Perasaannyapun menjadi semakin tidak enak. Membuat dirinya gelisah. Asap rokok yang diisapnyapun tertindih bau asap dupa kemenyan. Juragan Rase mengira ada tetangga yang sedang melakukan sesaji dengan membakar dupa kemenyan. Tetapi mengapa baunya masuk ke dalam rumahnya yang rapat. Juragan Rase beranjak dari duduk dan memeriksa jendela pintu. Semua sudah tertutup rapat. Juragan Rase keluar rumah. Dan berkeliling. justru di luar rumah tidak ada bau asap dupa kemenyan. Juragan Rase kembali masuk rumah dan menutup rapat - rapat pintu. Bau asap dupa kemenyan semakin menyengat saja. Anehnya tidak ada asap. Mengapa baunya sungguh menyengat. Juragan Rase merinding. Bulu kuduknya mulai berdiri. Juragan Rase merasakan ada sesuatu berada di dalam rumahnya. Rumah besar yang duhuni sendirian tidak pernah ada sesuatu yang membuatnya takut. Tetapi kini kesendiriannya membuat dirinya ketakutan. Bau asap dupa kemenyan semakin menjadi. Dua batang rokok disulut sekaligus. Maksud juragan Rase asap rokok agar bisa mengalah bau asap dupa kemenyan. Ternyata tidak berhasil. Bau asap dupa kemenyan bahkan semakin kentara dirasa di hidung. Juragan Rase takut dan bingung. 
Pintu di ketuk orang. Tiba - tiba ada rasa tenang di perasaan juragan Rase. Yang ditunggu datang. Dengan demikian di rumah dirinya bakal ada teman. Bergegas juragan Rase membukakan pintu. Parni bergegas masuk rumah, seolah takut ketahuan orang. Kembali juragan Rase menutup pintu dan menguncinya kemudian segera menggandeng Parni masuk ke kamar dimana ada ranjang besar dan berkasur empuk. 
Parni janda kembang yang ditinggal pergi suaminya. Sebenarnya Parni belum janda. Hanya saja suaminya telah lama pergi meninggalkannya.Katannya kepada Parni akan bekerja di kota. Nanti setelah mendapat uang Parni akan diajak ke kota. Tetapi sudah dua tahun suaminya tidak kunjung menjemputnya. Parni kecewa. Parni tidak sanggup menunggu. Juragan Rase menawarinya kerja di rumahnya. Parni menolak. Tetapi kalau sesekali datang membantu Parni sanggup. Gayung bersambut. Juragan Rase setuju. Parni menjadi tenaga pembantu yang tugasnya mencuci baju juragan Rase, kadang - kadang memasak, dan yang menjadi tugas pokok Parni bersih - bersih rumah juragan Rase yang kelewat besar. Parni tidak setiap hari datang. Sesekali saja kalau diperkirakan sesuatu yang perlu dikerjakan sudah menumpuk. Sangat sering Parni digoda juragan Rase. Diiming - imingi uang. Dirayu - rayu, tetapi Parni tetap teguh setia kepada suaminya yang telah lama meninggalkannya. Sampai di satu sore ketika juragan Rase selesai mandi dan minta agar Parni mengambilkan handuk yang tertinggal di luar kamar mandi, Parni melihat mentimun juragan Rase yang besar dan sedang kaku. Rupanya juragan Rase memanhg sengaja agar miliknya dilihat Parni. Juragan Rase ketika menerima handuk dari Parni sengaja membuka pintu kamar mandi terbuka lebar. Parni hanya bisa melotot kemudian memalingkan muka. Tetapi tak urang jantungnya menjadi deg - degan. Parni segera berlalu dari depan pintu kamar mandi. Tetapi pikirannya menjadi amat kacau. Mentimun juragan Rase yang tegak kaku besar dan panjang di pelupuk matanya dan tidak mau hilang. Tidak urung miliknya yang terus dijaga agar tidak mengkhianati suaminya tiba - tiba berontak. Ada rasa gatal - gatal pegal. Dan ada sesuatu yang akan mengalir. Rasanya merekah - rekah ingin dijamah. Dua tahun lamanya miliknya nganggur tidak berguna. Miliknya rasanya mengembang dan sangat ngilu gatal geli. Pikiran Parni jadi kacau. Beberapa gelas di tangannya yang habis dicuci berjatuhan di lantai. Suara gelas pecah membuat gaduh suasana. " Ada apa Ni ?" Juragan Rase teriak dari kamar mandi. " Gelas pecah juragan !" Parni menjawab dengan teriak juga. Parni gugup. Dipungutinya pecahan gelas. Sial jarinya tertusuk pecahan gelas. Berdarah. Hanya berbalut handuk di pinggulnya juragan Rase keluar dari kamar mandi dan mendapati Parni sedang memijit - mijit jarinya yang berdarah. Segera digandengnya Parni masuk menuju kamar juragan Rase. Yang terjadi kemudian juragan Rase memberikan obat merah di jari Parni dan membalutnya. Kembali Parni menjadi amat deg - degan ketika melirik yang ada di balik handuk bergerak - gerak. Parni sangat tahu itu mentimun juragan Rase. Selesai membalut juragan Rase tidak melepas tangan Parni. Parni malah dipeluknya. Ketika pelukkannya tidak ditolak Parni, juraga Rase langsung menyerbu. Parni hanya bisa gelagepan ketika bibirnya telah dikuasi oleh bibir juragan Rase. Handuk di pinggul juragan Rase terlepas. Dan tangan Parni tidak sengaja menyentuh mentimun juragan Rase. Parni menjadi hilang kesadaran. Di samping nikmatnya bibir yang dikulum, juga pikirannya sudah pasrah terhadap apa yang akan terjadi. Dan kerinduannya pada jamahan menjadi semakin menggelegak. Parni dan juragan Rase yang telanjang ambruk di ranjang. Parni menjadi tidak ingat lagi kalau kainnya sudah satu - satu terlepas dari tubuhnya. Yang terasa kemudian hanya hangatnya tubuh juragan Rase yang menempel di tubunya yang sudah setengah telanjang. Yang dirasakan Parni kemudian hanya tubuhnya seluruhnya nikmat. Melayang - layang dan terlupakan segalanya. Sejak sore itulah awal Parni yang kemudian menjadi gula - gula juragan Rase. 
Bau asap dupa kemenyan masih sangat mengganggu hidung juragan Rase. " Ni Kamu membaui kemenyan di bakar ?" Juragan Rase menyari - nyari sumber bau dengan hidungnya dimoncong -moncongkan ke segela arah. " Kok tidak juragan. Aku dak membaui apa - apa kok juragan." Jawab Parni jujur dan hidungnya juga menyoba menyari - nyari bau. " Dak ada bau apa - apa kok juragan." Parni menegaskan sambil melepasi kainnya. Parni menjadi telanjang. Payudaranya tidak kecil tetapi tidak besar juga. Tegak menggunung di dadanya. Puting kecil karena belum pernah disedot bayi. Juragan Rase begitu juga sambil menyari - nyari sumber bau dirinya juga melepasi piyama yang membalut tubuhnya. Parni dan juragan Rase berdiri telanjang. Kemudian mereka berpelukan. Berciuman dan saling meraba. Bau tubuh wangi Parni malam ini tidak dirasakan oleh juragan Rase. Hidungnya amat terganggu bau dupa kemenyan dibakar. Parni dan juragan Rase bergumul di ranjang. Parni yang leher, payudara, dan bibirnya digarap membabi - buta oleh juragan Rase menjadi semakin tidak tahan. Ingin rasanya miliknya segera ditusuk mentimun juragan Rase yang besar dan panjang. Tetapi ketikan tangannya menyoba menyari mentimun juragan Rase, Parni kaget mentimun juragan Rase tetap lemas. " Juragan mentimunnya kok dak tegak ta ?" Parni bertanya disela - sela engahannya. Juragan Rase menghentikan kegiatannya dan memegangi mentimunnya. Digoyang - goyangkannya. Dikocok - kocoknya. Tetap lemas. Dilihatnya tubuh molek telanjang di hadapannya. Dipikirkannya tubuh telanjang ini akan digarapnya. Tidak membuat mentimunnya bereaksi. Parni dimintanya memegang dan menghidupkannya. Beberapa saat tidak berhasil. Bahkan nekat Parni memasukkan mentimun juragan Rase ke dalam mulutnya dan disedot - sedotnya. Tidak berhasil. Mentimun juragan Rase tidak bereaksi malah cenderung mengecil. Yang dirasakan kemudian oleh juragan Rase malah tubuhnyapun melemas tidak berdaya. Kakinya lemas tidak berasa dan tidak bisa digerakkan. " Ni ... aku kenapa ...Ni ... tolong Ni ... aku lemas ...!" Habis berkata begitu juragan Rase hanya bisa ambruk lemas di samping tubuh telanjang Parni yang kecewa. " Juragan ... juragan kenapa ... juragan ... bangun juragan ... juragan ... !" Parni panik. " Aduh ... Ni ... kenapa aku ini. Kakiku Ni ... dak bisa digerakkan ... Ni... toilong ... Ni ... !" Juragan Rase hanya bisa terlentang lemas. Parni hanya bisa panik dan bingung.

bersambung .............



Tidak ada komentar:

Posting Komentar