Senin, 03 Desember 2012


Cubung Wulung 

                                                                                                         edohaput

Keempatpuluhdelapan 

Kemi mengamati rumah induk. Dimana pak Lurah dan bu Lurah berada. Sepi. Semua jendela sudah ditutup rapat. Kemi mengambil kesimpulan pak lurah dan bu Lurah sudah berangkat tidur. Udara malam yang dingin disertai adanya gerimis mungkin membuat pak Lurah dan bu Lurah lebih memilih berada di kamar tidur daripada berkegiatan lain. Ini berarti dirinya tidak akan lagi disuruh - suruh untuk mengerjakan sesuatu. Memang Kemi bisa istirahat jika majikannya sudah tertidur. Kalau belum ada saja yang disuruhkan pak Lurah dan bu Lurah. 
Kemi yang sudah sejak sore ingin menemui Genjik di gudang sudah bersih - bersih badan. Kemi melangkah meninggalkan dapur. Gudang yang hanya bersebelahan dengan dapur sangat mudah dicapai Kemi. Kemi mengintip melalui jendela yang belum ditutup rapat oleh Genjik. Kemi melihat Genjik sedang membersihkan cincin bermata batu akik. Karena tempat Genjik tidur beralas tikar padan persis di bawah jendela, membuat Kemi bisa memandang jelas apa yang sedang dilakukan Genjik. Cincin bermata batu akik kecil warna merah ditimang - timang di tangan. Dibasahi dengan uap mulut, digosok - gosok menggunakan kain sarungnya. Batu akik merah delima bercahaya ditimpa lampu minyak. Selama ini Kemi belum pernah melihat Genjik mengenakan cincin. Tetapi mengapa malam ini dirinya melihat Genjik menimang cincin. Pikiran Kemi lalu melayang ketika dirinya ketemu dengan Gudel di sawah. Gudel bertanya banyak tentang Genjik. Bahkan menyinggung - nyinggung tentang jimat pula. Kemi juga menjadi ingat ketika Genjik pernah bercerita tentang keinginannya memiliki jimat Nyi Ramang yang pernah diwariskan ke yu Jumprit. Jangan - jangan yang memperdaya dan mengabisi nyawa yu Jumprit itu Genjik. Dan kini Genjik telah menguasai jimat yang berupa batu akik itu. Kemi merinding. Bulu kuduknya berdiri. Buru - buru Kemi menepis pikirannya sendiri dengan perbuatan Genjik yang selama ini selalu baik. Tidak pernak macam - macam. Adanya cuma kerja dan kerja. Keluar dari rumah kalau tidak karena menemani pak Lurah, genjik tidak pergi. Tidak. Kang Genjik tidak mungkin melakukan itu. Kemi berjingkat jinjit kembali ke dapur. Takut langkahnya didengar Genjik. 
Kemi kembali mendekati jendela dengan membawa nampan yang di atasnya ada gelas wedang jahe,  singkong goreng, sepiring nasi lengkap dengan lauk. Kemi berteriak di dekat jendela : " Kang, makan malam. Buka pintunya aku mau masuk !" Kemi melangkah memutar menuju pintu gudang. Terdengar jawaban Genjik yang juga berteriak : " Masuk Mi ! Pintu dak aku kancing !" Tumi mendorong pintu dengan kakinya karena tangannya memegangi nampan. Kemi selintas melihat Genjik yang buru - buru menyembunyikan cicinnya di bawah bantal ketika melihat dirinya datang. " Hayo ... apa itu kok disembunyikan ... " Kemi meledek genjik. " Ah ... bukan apa - apa, Mi. Dah sini aku sudah lapar banget." Kemi meletakkan nampan di lantai yang beralas tikar tempat Genjik duduk. " Dah dimakan kang, tak tunggui. Aku dah dak ada pekerjaan kok." Kemi duduk dekat Genjik. Genjik meraih nampan dan segera lahap  menikmati masakan Kemi. " Hari ini sedap betul masakanmu, Mi. Enak banget. Sayur lompong gandem. Ini gorengan tempe benguknya juga sedap." Kalimat Genjik diucapkan sambil terus memenuhi mulutnya dengan makanan. Kemi sangat senang masakannya dipuji - puji Genjik. " E ... kang, apa ta yang disembunyikan kang Genjik itu ?" Kemi mengulangi ledhekannya. " Ah ... kamu Mi...Mi mau tahu saja. Bukan apa - apa dah dak usah tanya - tanya !" Genjik dengan nada agak marah. " Ya dah ... aku dak tanya - tanya lagi." Kemi takut Genjik akan marah.  Jangan - jangan keinginannya untuk bisa dicumbu Genjik menjadi urung. Kemi  diam. Genjik makan.  Sudah beberapa hari ini Kemi mencoba mengamati Genjik. Genjik tidak pernah ada waktu. Pekerjaannya mengawut tembakau sepertinya tidak pernah selesai. Larut malam Genjik baru bisa istirahat. Kemi tidak memperoleh kesempatan. 
Genjik selesai makan. Bersendaha keras setelah menenggak wedang jahe. Matanya menatap Kemi yang diam. " Lho kok diam ta, Mi ?" Genjik meledhek kemi. " Lho tadi katanya dak boleh tanya -  tanya ..." Kemi pura - pura memberengut manja. " Kalau tanya - tanya jangan, tapi kalau ngomong kan boleh ta, Mi." Genjik tersenyum menampakkan sebaris giginya yang tersusun rapi. Melihat Genjik tersenyum deg - degan juga jantung Kemi. Di mata Kemi Genjik pria tampan, gagah dan mempesona. Kemi merubah posisi duduknya dan sengaja menggerakkan kaki agak nekat sehingga pahanya terbuka. Genjik yang masih menatap Kemi melihat selangkangan Kemi tidak dikenakan celana dalam. " Ih ... kamu dak pakai celana dalam ya, Mi ?" Genjik malah nekat melihat selangkangan Kemi dengan cara sedikit membungkukkan badan. " Basah semua kang, tadi aku cuci dak kering " Kemi bohong sambil pura - pura membetulkan kain bawahnya. Dan sengaja tidak dibetulkan dengan sempurna sehingga pahanya masih sangat terbuka. Kemi memang ingin Genjik terangsang dan kemudian mencumbunya seperti ketika tempo beberapa minggu yang lalu. Kemi memang sengaja tidak mengenakan celana dalam. Genjik menyulut rokok. Kemi nekat rebahan di sisi Genjik duduk. " Aku tiduran ya, kang. Capai banget ni badan." Kemi kembali berbohong. Kain bawah yang tidak dibetulkan sempuna, kembali tertarik ke atas. Membuat paha Kemi nampak sampai ke pangkal. Kemi yang tiduran terlentang dadanya nampak menggunung. Dan sengaja dadanya juga tidak dikutanginya. Melihat tubuh Kemi yang aduhai tidak ayal jantung Genjik menjadi deg - degan. Kejantanannya tiba - tiba tergugah. Rokok dimatikan di asbak dan tangan segera maraih tubuh Kemi ditarik kepangkuannya. " Lho kang ... jangan ... jangan kang ... " Kemi meronta kecil. Genjik segera memeluk tubuh Kemi dan tiada ampun segera dilahapnya bibir Kemi. Kemi yang mengharapkan ini terjadi segera membalas ciuman Genjik dengan panas. Tangan Genjik telah kemana - mana. Mula - mula yang jadi bulan - bulanan tangan Genjik payudara Kemi. Disana tangan Genjik yang besar, kuat, dengan jari - jari yang panjang meremas gemas buah dada Kemi yang memang masih sangat kenyal. Payudara perawan yang belum pernah teraba oleh perjaka kecuali pernah sekali oleh Genjik tempo beberapa minggu lalu dan pernah sekali oleh Gudel ketika kejadian di sawah tempo hari lalu. Sejak merasa payudaranya diremas perjaka, Kemi menjadi ketagihan. Ingin rasanya setiap hari payudaranya diperlakukan demikian. Genjik terus meremas dan meremas sementara mulutnya menggarap bibir Kemi yang mendesah tak jelas karena mulut terbungkam bibir Genjik. Tangan Genjik melorot ke bawah dan sampai ke milik Kemi. Kemi tidak menutup pahanya, tetapi justru malah melebarkan kangkangannya. Kemi sangat menikmati jari - jari Genjik yang berada di miliknya. Dan terus bergerak menekan, menyodok, mengilik dan menerobos miliknya. Kemi yang sudah kesetanan tangannya menyelusup ke dalam sarung Genjik dan menemukan mentimun Genjik yang sudah sangat kaku dan besar. kemi menggenggamnya dan menarik - nariknya. Kemi berkeinginan mentimun Genjik masuk ke dalam miliknya yang telah sangat basah karena ulah jari Genjik. Kemi memelorotkan sarung Genjik. Dan mencoba pula memelorotkan celana kolor Genjik, yang juga memang dibantu - bantu oleh Genjik. Genjik menjadi tak lagi bersarung. Dan juga celana Kolor telah lepas. " Mi ... " Genjik melepas ciuman dibibir Kemi. " Kang ... ayo ... " Napas Kemi sangat memburu. Dada kemi sangat kentara sekali naik turun seirama dengan debur napasnya. Tangan Genjik yang berada di selangkangan Kemi berhenti begiat. " Mi ... aku takut kamu hamil " Kalimat ini muncul disela napasnya yang menderu. " Aku bersedia jadi isterimu, kang ... " Kemi merangkul leher Genjik dan menempelkan bibirnya di bibir Genjik. Kembali mereka berciuman panas. Genjik telah menindih tubuh Kemi. Kemi membuka pahanya semakin lebar. Genjik menempelkan mentimunnya di milik Kemi yang memang sudah sangat siap dan sangat mengharap diterobos. Sekilas Kemi ingat ketika miliknya sudah ditempeli mentimun Gudel saat kejadian di sawah tempo hari. Tetapi urung karena keburu orang - orang datang. Sejak itu milik Kemi menjadi sering pegal, gatal, basah dan rasanya seperti menganga ingin ditabrak. Mentimun Genjik yang sudah menempel di bibir milik Kemi yang membasah tidak segara didorong. Kemi yang sudah menunggu, tidak sabar. Digerakkannya pantatnya ke atas dan membuat ujung mentimun Genjik menerobos masuk. Sebaliknya Genjik yang merasakan ujung mentimunnya terjepit sesuatu yang sangat lunak, hangat dan basah menjadi tidak tertahankan. Dengan sekali dorong mentimun besar Genjik amblas di milik Kemi. Kemi hanya bisa memekik, menjerit sakit, miliknya yang perawan diterobos mentimun Genjik. Sebentar saja Kemi merasakan sakit. Selebihnya dan selanjutnya yang dirasakan Kemi adalah kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan yang belum pernah diperolehnya. Genjik terus memompa dengan tekanan - tekanan yang nekat karena semakin lama mentimunnya semakin merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan. Pernah pula sebetulnya Genjik melakukan hubungan dengan perempuan ketika di kota. Genjik melakukan dengan peeska. Tidak seenak milik Kemi yang perawan. Tidak semencengkaram milik Kemi. Sebentar saja Genjik sudah tidak tahan. Mentimunnya telah begitu membengkak. Demikian juga Kemi yang dilakukannya hanya terus menggelinjang dan mendesah. bergerak tidak karuan. Tumit kakinya membuat tikar pandan tidak lagi pada posisinya. Tangannya memeluk kuat tubuh Genjik. Kemi berkali - kali sampai. Genjik tidak lagi kuat menahan. Tiba - tiba tubuhnya mengejang seiring dengan gelinjang hebat Kemi. Keduanya menjerit, terpekik. dan sejurus kemudian lunglai. Kemi merasakan miliknya sangat basah kena guyuran air lelaki Genjik. Kemi sangat puas. Kemi sangat bahagia. 

bersambung ....................




Tidak ada komentar:

Posting Komentar